I'm Yours (End)

12.3K 398 10
                                    

"Elora, kamu dipanggil Pak Aska ke ruangannya." Elora yang sedang memindai beberapa berkas ke komputer menaikkan alis bingung tak ayal juga menurut kata temannya.

"Oke, thanks infonya, Din," sahut Elora sembari membereskan beberapa tumpukan kertas dan map sebelum beranjak dari kursi.

Tok

Tok

Tok

"Permisi, Pak. Saya Elora." Setelah menunggu beberapa saat hingga suara dari dalam menyahut Elora bergerak mendorong pintu. Pusat perhatiannya langsung tertuju ke Aska yang berkutat dengan komputer.

"Masuk, Ra. Kamu temani Ibu saya ke butik, ya, Ra." Elora mengarahkan pandangan ke samping sampai manik nya melihat wanita paruh baya duduk elegan dengan pakaian yang rapi dan cantik di pakainya.

Elora menunduk memberi salam sebelum menghampiri Ibu dari Aska. "Selamat pagi menjelang siang, Bu. Saya Elora karyawan di divisi yang Pak Aska pimpin."

"Salam kenal Elora." Melinda langsung meralat ucapannya. "Nona Elora. Saya Melinda Ibu Aska. Kamu ikut saya ke butik ya."

Saat Elora ingin membuka mulut, Melinda segera menambahkan. "Temani saya."

"Maaf, Bu Melinda tidak bermaksud menolak tetapi mengapa tidak dengan sekretaris Pak Aska saja?"

Melinda menoleh ke Aska. Putranya itu hanya memberikan senyum tipis. "Tetapi kalimat dari pertanyaan mu terdengar menolak. Kamu tidak mau?"

"Baik, Bu saya temani ke butik," sahut Elora memberikan senyum terbaiknya.

Melinda mengangguk dia berdiri. Aska juga ikut berdiri. Elora bingung melihat keduanya.

"Saya antar kalian berdua ke butik." Aska mendekat ke Elora, tangannya terangkat merapikan rambut perempuan itu. Aska sengaja membuat kontak fisik dengan Elora.

Elora mundur beberapa langkah memberikan senyum kaku ke Ibu Aska karena perbuatan barusan bisa menimbulkan skandal. "Maaf, Bu."

"Ayo, Mom." Aska beralih menatap Elora yang berada di belakangnya. "Ayo, Elora."

Di perjalanan dia hanya mampu bernapas perlahan dan tidak menoleh ke belakang. Aska yang memang bahasa tubuhnya menyentuh menjadikan Elora duduk kaku dikarenakan tangan lelaki itu seenaknya bertengger ke sandaran kursi terkadang menepuk atau bermain di atas kepalanya, terkesan berlebihan bagi atasan dan bawahan apalagi di lihat oleh Ibu pimpinan nya.

"Ra bisa minta tolong kirim pesan ke sekretaris saya?" tanya Aska menoleh sekilas sembari memberikan ponsel pribadinya ke Elora.

"B-Bisa, tapi tidak apa-apa saya buka ponsel, Bapak?" Ragu hanya itu. Ujung matanya melirik ke belakang melihat respon dari Ibu Aska namun Elora hanya melihat wanita paruh baya itu hanya diam sembari menunduk fokus ke ponsel.

"Tidak apa-apa," balas Aska.

Elora mengambilnya. Dia membuka ponsel Aska yang menampilkan wallpaper punggung seorang perempuan berambut hitam panjang sepunggung. Menelan ludah, Elora menahan rasa untuk tidak melihat ke samping. Ternyata pimpinannya mempunyai kekasih. Jemarinya bergeser. "Pak dikunci. Sandinya apa?"

"Dua enam dua belas sepuluh kosong lima," balas Aska.

Elora tanpa berpikir memasukkan digit angka yang disebutkan Aska. Tanpa dia sadar kalau salah satu angka adalah tanggal dan bulan lahirnya.

Hampir menempuh satu jam mobil yang dikendarai Aska berhenti tepat di depan butik ternama. Elora, Melinda dan Aska sudah masuk. Perempuan muda itu diam dibalik kedua punggung manusia berbeda generasi tersebut. Mengikuti kemana keduanya melangkah. Yang Elora simpulkan Aska mau menikah karena dari semua isi butik hanya pakaian pengantin.

"Kalau boleh tahu pengantin wanita nya di mana, Nyonya?" Pertanyaan yang terlontar dari pramuniaga tersebut terdengar jelas. Elora ikut mencari sampai namanya dipanggil oleh Melinda.

"Coba dia saja yang pakai karena badannya sama," ujar Melinda.

Pramuniaga tersebut mengangguk sembari meminta Elora untuk ikut masuk ke dalam ruang ganti.

Sementara Aska sudah selesai berganti dengan jas hitam nya. "Mommy tidak sabar melihat Elora memakai pilihan Mommy. She is gorgeous kamu pintar memilihnya."

Aska menarik kedua sudut bibirnya. "Ya, Mom. Dia cantik, sangat dan aku berhasil merebut milikku. Kekasihnya bodoh sekali mencampakkan Elora."

Melinda terkekeh kecil. Dia suka dengan sifat sang anak. Menurun dari sifatnya. "Setelah ini bawa Elora ke hotel, pernikahan kalian berlangsung pukul tiga sore."

"Nyonya, Tuan bagaimana penampilannya? Cocok, bukan?" Si pramuniaga dengan senyum mengembang memperlihatkan Elora hingga Melinda dan Aska mengalihkan atensinya.

Melinda melirik wanita di samping Elora dia memberikan senyuman. "Kau sangat cantik, Nona Elora."

Elora setuju dengan tanggapan Melinda. Sangat aneh apabila gaun yang di desain untuk kekasih Aska terasa cukup di tubuhnya.

"Tidak terlalu terbuka kan Aska?"

Aska mendekat. Sorot matanya meneliti sampai Elora terintimidasi.

"Menurut kamu bagaimana, Nona Elora?"

Elora menimpali. "Menurut saya tidak terbuka, Bu. Cocok untuk kekasih Pak Aska."

Aska menganggukkan kepala. "Sempurna, Mom. Ayo Elora ikut saya."

Ucapan Aska berikutnya langsung membuat Elora terkejut. "Kita menikah."


End

Short Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang