My Love, My Neighbor (End)

5.1K 160 36
                                    

Liam melepas kacamata dan baju atasannya. Melempar punggung ke ranjang dia mendesah panjang usai seharian duduk di dalam pesawat. Dia bangkit dan menelepon temannya. "Kau sudah menemukan nya?"

"C'mon dude, kau pikir mencari orang tidak sulit? Sabar, ini masih satu jam tunggu dulu dan jangan menelepon ku sebelum aku menelepon mu."

"Ah biasanya kau handal dan kau juga pemiliknya kenapa kau kesulitan?" balas Liam marah. Dia mencengkeram pembatas balkon. "Satu jam aku memberi waktu satu jam lagi." Setelahnya Liam mematikan panggilan sepihak.

"Serlin, Serlin, Serlin. Perempuan itu membuatku hilang akal. Oh, sayang semoga aku menemukanmu. Aku akan langsung mengurung mu dan membuatmu terikat denganku." Monolog Liam dengan seringai tipis di wajahnya.

Ketika Liam akan menuju kamar mandi, ponsel yang dia letakkan di nakas berdering segera Liam angkat setelah melihatnya. "Kau menemukannya?"

Di seberang sana pria itu menganggukkan kepala sembari mengamati sosok yang seperti Liam kirim. "Aku menemukannya Liam. Saat ini dia keluar, sepertinya ingin menuju ke pantai."

"Apa kau yakin itu kekasihku? Kau tidak salah lihat?" Liam mengambil kaus yang langsung dia pakai. Sembari mengunci pintu dia menyahut ucapan temannya tersebut.

"Kau kira aku rabun sampai tidak mengenali dengan jelas orang yang kau maksud, sialan?!"

Liam masuk ke dalam mobil, menempelkan ponselnya di dashboard sembari mengendarai. "Bukan seperti itu. Kalau salah kau tahu akibatnya. Sekarang aku dalam perjalanan. Kau ikuti Serlin atau kau bisa mencoba mendekatinya, ponsel mu bahkan GPS jangan kau matikan aku memantau dari sini."

"Oh Tuhan. Kau ini kenapa? Menyuruhku menjadi penguntit? Dude itu bukan aku sama sekali, kau tahu?" Namun ucapan tidak sesuai tindakan, pria suruhan Liam atau temannya itu tetap melangkah mengikuti jejak Serlin dari belakang dengan memberi jarak aman. "Kau bertengkar atau kekasih mu kabur dari acara pernikahan sampai menyuruhku seperti ini?!"

"Liam ini bukan dirimu. Sikap berwibawa, tegas, dingin mu ke mana? Kalau kekasih mu ini kabur, kau cari yang lain atau kembali saja kepada mantan istrimu itu. Dia sangat terobsesi padamu."

"Shut up! Diam dan lakukan saja, aku tidak akan membuatmu rugi. Kau ingin pergi liburan ke tempat keinginanmu itu, bukan? Besok apabila memang itu kekasihku dan aku berhasil membawanya aku akan memberikan tiket dan permintaan mu lainnya," balas Liam menghentikan perkataan sepihak lawan bicara nya.

"Kau kira aku miskin? Cih!"

Liam tidak langsung membalas dia memutar kemudi sesuai dengan arah tujuan. "Anything. Anything you want I'll give you."

Keduanya saling diam. "Well, aku setuju."

Liam berdecih. Semua orang tidak akan mau mengeluarkan uang ketika disuguhkan keuntungan yang bisa membuat mereka untung. Membelokkan mobilnya Liam mengurangi sedikit kecepatan karena titik terakhir pelacak temannya di daerah ini hingga tatapan Liam terpaku beberapa detik sebelum sorot matanya melihat seseorang yang dia rindukan.

"Kau sudah sampai? Liam?!"

"Ya, aku sudah sampai." Liam menatap ponselnya. Dia mengajukan pertanyaan yang jelas dia sendiri tahu itu benar. "Sebutkan ciri-ciri nya? Aku tidak bisa menemukan di keramaian ini."

"Aku melambaikan tangan kalau kau lihat. Lihatlah orang depan ku itu kekasih mu, aku benar?"

"Aku melihatmu. Turunkan tanganmu, jangan membuat atensi semua orang kepadamu."

"Ok. Aku pergi dan cepat kirimkan tiket nya kepada ku. Permintaan ku berlaku selama tiga hari dan aku akan merecoki mu di hari itu. Have fun Liam, jangan membuat kekasihmu kabur!" Setelah itu panggilan dimatikan sepihak. Orang yang Liam suruh memutar badan dan menghilang di keramaian.

Short Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang