- 💉 : Never Give Up

49 8 0
                                    

❀┊"Jangan dulu menyerah. Masih banyak yang menginginkan hadir mu disini, kumohon jangan dulu pergi"

𔘓𓂃 ִֶָ🌹

Sementara, di dalam ruang IGD itu. Terdapat sebuah tubuh yang kini terbaring lemah di atas bangsal rumah sakit dengan mata indah nya yang senantiasa tertutup rapat. Mengistirahatkan dirinya untuk sementara.

"Dokter, Detak jantung pasien menghilang!!" Seru salah satu perawat disana yang sedari tadi memperhatikan mesin Elektrokardiograf atau yang ering orang lain dengar dengan mesin EKG.

"Siapkan alat Defibrillator segera!" Seru dokter Jaya, yang kini tengah menangani Pemuda tersebut.

Dia lah Reihanza, yang kini tengah berjuang melawan masa kritis nya.

Perawat tersebut segera memberikan alat Defibrillator itu kepada dokter Jaya.

Defibrillator tersebut diatur menjadi 200 joule oleh sang dokter sebelum ia letakkan diatas dada telanjang Reihanza.

Shoot!

Belum ada perubahan.

Lantas dokter tersebut mengatur nya menjadi 250 joule.

"Reihan, kumohon.. kembali" Batin sang dokter sebelum ia letakkan Defibrillator tersebut kembali keatas dada Reihanza.

Shoot!

Dan, belum juga ada perubahan.

Elektrokardiograf itu masih senantiasa menunjukkan garis panjang yang tak henti nya menakuti dokter muda itu.

Tidak, Reihan tak akan menyerah semudah itu.

Alat Defibrillator itu kembali ia atur menjadi 360 Joule.

"Reihanza, kumohon kembali. Mereka telah menunggu kehadiran mu di luar sana" Batin sang dokter kembali.

Reihanza, kami mohon jangan dulu menyerah. Mereka, orang yang menyayangi mu senantiasa menunggu kembali hadir mu di luar sana.

Lantas alat itu kembali ia letakkan di atas dada Reihanza.

Shoot!

Dengan hati yang sangat penuh harap, Ia sangat berharap bahwa keajaiban tersebut kembali datang kepada Reihanza.

Titt..... titt.. tittt....

Dan itu adalah sebuah keajaiban lainnya.

Reihanza telah kembali.

Mesin EKG tersebut kembali menampilkan denyut jantung dari Reihanza.

Beberapa perawat dan juga sang dokter yang sedari tadi telah mengkhawatirkan Reihanza kini dapat bernafas lega.

Reihanza berhasil. Ia kembali bertahan di tengah kondisi nya yang memburuk.

Sang dokter tersenyum dan lantas mengusap puncak kepala Reihanza pelan.

"Terimakasih karena memilih untuk kembali, Reihanza" Ucap nya.

"Segera pindahkan Reihanza ke ruangan ICU. kondisi nya masih terbilang kritis untuk saat ini" Perintah nya kepada beberapa perawat disana.

"Baik dokter"

Lantas beberapa perawat tersebut kini memasangkan infus dan juga masker oksigen kepada Reihanza sebelum ia diarahkan ke ruangan ICU.

Dan, perjuangan Reihanza pada hari itu kembali berhasil.

Ia berhasil untuk kembali melihat Haekala yang senantiasa menunggu nya disini.

𔘓𓂃 ִֶָ🌹

Sang dokter keluar dari ruangan itu dan langsung mendatangi Ayah dari Reihanza. Pria paruh baya yang merasakan kehadiran Dokter Jaya kini menatap sang dokter yang juga sedang menatap nya saat ini.

"Bagaimana dengan kondisi Reihan, dokter?" Tanya nya.

"Detak jantung nya hampir saja menghilang ketika diri nya drop tadi. Namun keajaiban itu kembali mendatangi Reihanza. Ia telah kembali" Ucap sang dokter sambil tersenyum lega.

"Namun untuk saat ini Reihan masih berada dalam kondisi lemah. Dan untuk sekarang ia akan dipindahkan ke ruangan ICU terlebih dahulu"

Terdengar helaan nafas lega dari pria tersebut. Ia lega saat mengetahui sang anak dapat melewati masa kritis nya lagi saat ini.

"Syukur lah.. terimakasih banyak dokter Jaya" Ucap pria paruh baya tersebut kepada sang dokter yang dibalas dengan anggukan dan senyuman nya yang manis.

"Apakah aku dapat menjenguk nya?" Tanya nya.

"Untuk sekarang sebaiknya jangan dulu paman. Karena Reihanza baru saja melewati masa kritis nya, mungkin besok paman baru bisa menjenguk nya" Ucap sang dokter menjelaskan.

"Baiklah, terimakasih sekali lagi dokter"

"Sudah menjadi tugas ku, paman. Aku akan ke ruangan ku sekarang, jika terjadi sesuatu segera kabari aku"

Ayah dari Reihan itu hanya menganggukkan kepala nya tanda meng-iyakan.

Lantas sang dokter meninggalkan pria tersebut dan melangkah menuju ruangan nya.

Pria paruh baya tersebut --- Aryo, melangkahkan kaki jenjang nya menuju ruangan tempat dimana Reihanza berada.

Ruang ICU.

Dari balik kaca bening besar yang membatasi ruangan tersebut, Aryo memandangi tubuh sang anak.

Banyak selang-selang medis yang ditempelkan di badannya dan juga beberapa alat penunjang kehidupannya juga ada disana.

Seketikas hatinya meringis memandangi pemandangan seperti ini. Anak nya, Reihanza Abdi Arkana selalu berjuang dengan penyakit yang ia punya, penyakit mematikan yang kapan saja dapat merenggut nyawanya.

Selalu ada rasa khawatir yang hinggap di diri Aryo setiap harinya. Rasa khawatir akan kehilangan sang putra dalam sekejab.

Tanpa ia sadari bibir nya membentuk kurva senyuman teduh yang selalu di lihat oleh Reihanza.

"Terimakasih karena telah memilih untuk kembali, Reihanza"

𔘓𓂃 ִֶָ🌹

- Annyeong yeorobun! gimana nih dengan chapter yang satu ini?? Nge-feel ga tegang nya pas dibagian Reihanza? aku harap kalian ga bosen dan selalu enjoy dengan cerita ku yaa 😁

- jangan lupa voment yeorobun! see u in another chapter 🏃🏻‍♀️. . .

Berakhir || END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang