1

3.3K 246 5
                                    


Pria mungil saat ini tengah terikat dikursi dengan penampilan yang tak bisa dikatakan baik-baik saja. Bahkan banyak lebam di wajah cantiknya itu, juga pergelangan tangan yang dapat dipastikan membiru karena ikatannya. Pria mungil itu terus menangis dan menangis tanpa perduli dengan apapun, bahkan dengan bahaya yang akan dia dapatkan tak lama lagi.

"Lebih baik kau hentikan tangisanmu itu. Seharusnya kau bersyukur karena aku sudah membunuh semua keluargamu. Bahkan Paman dan sepupumu juga tahu kalau kau sudah tiada. Bukankah bagus? Sekarang kau bukan lagi Nakamoto, tapi Huang. Dan tak akan ada yang mengenalmu karena semua hang mengenalmu sudah tiada. Kau hanya milikku. Mengerti? Jadi, berhenti menangis brengsek." Kesal pria dihadapannya itu dan dia hanya memejamkan matanya saja karena sangat takut.

"Aku mohon siapapun selamatkan aku. Aku belum tiada." Mohonnya dalam batin.

Tok...tok...tok...

"Tuan perias akan merias nyonya sudah datang."

"Masuk!"

Ceklek.

Para perias itu kaget melihat kondisi orang yang akan dia rias saat ini.

"Kalian harus memastikan dia terlihat indah, jangan sampai dia terlihat seperyi terkena kekerasan."

"Baik tuan."

"Laksanakan." Ucapnya lalu diapun keluar, salah satu dari ketiganya membuka ikatan dari tangan juga tubuh kecil itu. Bahkan dia benar-benar sangat mencemaskan orang itu saat ini.

"Apa kau baik-baik saja nyonya?"

"Bisakah kalian membantuku keluar. Aku mohon." Ucap pria mungil itu menangis.

"Maafkan kami nyonya, kami masih sayang nyawa." Pria mungil itu hanya bisa terdiam bahkan dia mengabaikan rasa sakit di seluruh tubuhnya dari atas hingga bawah. Sekarang dia hanya berharap kalau Tuhan cepat mengambil nyawanya.

"Dia menyuruh kalian cepat bukan? Lakukan." Ucapnya pelan dan semuanya memulai pekerjaan untuk mendandani pria mungil yang sudah menjadi tawanan pria itu selama satu tahun dan selalu mendapatkan kekasaran karena penolakan selama setahun ini.

"Kalau sakit tolong katakan pada kami nyonya." Ucap salah satunya sedangkan pria mungil itu hanya menatap dari cermin.

"Saya bahkan tak tahu lagi rasa sakit. Rasanya sudah sangat kebal sekali." Ucap pria mungil, Huang Renjun. Karena pria brengsek itu mengganti nama belakangnya tanpa mencaritahu kalau keluarga renjun yang lainnya adalah keluarga Huang. Termasuk mendiang ibunya. Dia benar-benar merasa sendirian karena dia melihat secara langsung pria itu membunuh habis keluarganya. Dia hanya sebatang kara dan ntah kenapa umurnya masih sangat panjang.

"Maafkan kami." Ucap semuanya merasa sangat bersalah.

"Tak masalah. Lakukan pekerjaan kalian. Jika kalian nantinya datang lagi untuk merias ku, aku pastikan hanya mayatku. Untuk saat itu buat aku terlihat lebih menawan. Mengerti?" Ucap renjun yang bahkan ketiganya dapat melihat kalau dia benar-benar menyerah dengan hidupnya. Ketiganya hanya diam saja karena tak mau mengiyakan permintaan renjun, mereka bertiga yakin kalau renjun pasti akan baik-baik saja juga akan bisa keluar dari sangkar emas itu.












Di tempat berbeda terlihat pria tegap dengan wajah rupawan dan sikap dingin juga datarnya pada semua orang tengah melihat pria yang tak berbeda jauh darinya.

"Kenapa kau kemari Jung Jeno?"

"Ayolah na jaemin, kali ini kau memang harus datang ke acara itu. Lagian kau sampai kapan ingin diam saja dan tak ikut serta?"

Ordinary (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang