8

1.5K 240 9
                                    

Keesokan harinya, renjun membuka matanya secara perlahan dan diapun menyesuaikan cahaya lampu saat membuka matanya, lalu diapun merasa asing pada tempat ini tapi dia sangat yakin kalau dia telah bebas dari sih brengsek itu.

Ceklek.

Renjun mengalihkan pandangannya kearah pintu toilet yang terbuka dan menampilkan jaemin, orang yang membantunya, dia sangat ingat. Jaemin melihat kearah renjun dan langsung mendekat karena renjun telah sadar.

"Apa kau baik-baik saja?" Cemasnya.

"Aku baik-baik saja tuan, terimakasih." Ucap renjun masih takut-takut. Jaemin menangkap gurat takut dari renjun, lantas diapun menggenggam tangan renjun dan menatapnya teduh.

"Kau aman, aku bukan orang jahat injunie." Ucap jaemin membuat renjun gelagapan karena pria yang tak dia kenali ini bisa tahu nama panggilannya. Yang ada didalam pikirannya saat ini adalah, apakah jaemin tahu identitas nya yang sebenarnya? Dan jika dia tahu? Apa dia akan bernasib sama seperti setahun yang lalu?

Jaemin menyadari kererdiam renjun lantas diapun melepaskan genggaman tangan nya lalu mengambil kamera dan memberikan pada renjun.

"Kau akan tahu jawabannya setelah melihat semua itu, sekarang kau lihat saja, aku akan mengambilkan sarapan dan tenang saja. Tempat ini aman, aku tak akan membiarkan sih brengsek itu menyentuhmu sedikit saja." Ucap jaemin lalu diapun keluar dari kamar, dan renjunpun membuka kamera itu lalu melihat video yang ada di kamera itu tanpa terlewatkan sedikitpun.

Ting!

Semua maid dan bodyguard lantas membungkuk pada jaemin, tapi jaemin mengabaikannya dan diapun pergi ke dapur lalu melihat kepala koki yang sedang sibuk dan bibi kwon.

"Bibi?" Sang empu lantas berhenti dan membungkuk.

"Ada yang bisa saya bantu Presdir?'

"Tolong buatkan bubur, saya hanya bisa percaya padamu."

"Apa nyonya sudah sadar Presdir?" Jaemin hanya mengangguk dan bibi kwon senang mendengarnya.

"Baik Presdir, akan saya buatkan sebentar." Ucap bibi kwon lalu segera melakukan pekerjaannya dan jaemin menunggu diruang makan dengan pikiran melayang, lalu diapun mengambil ponselnya.

Jeno.

Datang dengan istrimu nanti, ada yang perlu aku bahas.

Ne.

Setelah nya jaemin kembali memasukkan ponselnya dan mengepalkan tangannya karena biar bagaimanapun dia tak akan membiarkan Lai Guan Lin bebas dengan mudahnya.

Beberapa menit kemudian, jaeminpun kembali dengan membawa nampan yang berisi bubur juga segelas air dan diapun mendekat pada renjun lalu meletakkan di sebelah nakas.

"Apa kau benar-benar Nana?" Jaemin tersenyum lalu diapun mengulurkan tangannya untuk menghapus airmata renjun.

"Hmm, maaf aku terlambat injunie. Tapi, aku tak akan membiarkan dia menyentuhmu sesenti pun. Aku akan pastikan dia lebih menderita darimu. Dia akan habis di tanganku. Aku—" ucapan jaemin terpotong karena renjun memeluknya erat bahkan menangis.

"Jangan tinggalkan aku Nana hiksss... Aku sangat takut hikss...." Jaemin lantas membalas pelukannya dan mengelus kepalanya.

"Tak akan aku lakukan injunie. Aku akan membuatmu merasa aman dan sih brengsek itu akan sengsara." Ucap jaemin. Renjun hanya diam saja dan semakin memeluk erat jaemin.




At. Mansion utama keluarga Jung.

Taeyong menatap suaminya yang telah siap di dalam kamar mereka, dia bingung, perasaan dia yakin suaminya tak ada acara apapun.

"Kau akan kemana sayang?"

"Aku harus pergi ke Jepang, karena ada sedikit masalah."

"Kenapa tak menyuruh, Mark, jeno ataupun sungchan. Jaemin juga pasti bisa sayang."

"Kalau menyuruh Mark, aku tak tega melihat Jung woo harus berpisah dengan suaminya saat kandungannya semakin membesar, menyuruh jeno aku takut dia tak akan bisa fokus karena meninggalkan istrinya, menyuruh sungchan dia sedang sibuk dengan agency, menyuruh jaemin tak mungkin sayang, anakmu sangat sibuk dari pada aku." Ucap jaehyun.

"Tapi?"

"Kau tenang saja, aku akan baik-baik saja. Lagian hanya dua hari sayang."

"Apa aku tak perlu ikut?"

"Tak perlu sayang, aku akan menjaga diri dengan baik."

"Hmm." Angguk taeyong mengerti dan jaehyun hanya tersenyum lalu mengelus pipi istrinya itu, lagian dia tak bisa.membetitahu jika belum jelas. Dan lagi, dia takut sungchan hanya bermain, makanya dia akan melakukan sendiri saja. Setidaknya taeyong tak boleh malu karena anaknya.






Sementara itu, di mansion nohyuck terlihat keduanya tengah sarapan bersama.

"Sayang?" Haechan lantas melihat suaminya itu.

"Kenapa no?"

"Kita akan ke mansion jaemin setelah sarapan."

"Kau serius? Apa jaemin tak akan merasa terganggu? Seperti katamu tadi malam, kita harus membiarkan jaemin menjaga renjun sendiri untuk kenyamanan renjun."

"Jaemin yang menyuruh, jadi tak akan masalah sayang."

"Hmm." Angguk haechan tersenyum senang lalu memakan sarapannya dengan semangat. Sedangkan jeno hanya tersenyum tipis melihat istri mungilnya itu.






Kembali lagi ke mansion utama Na, jaemin membantu renjun untuk membersihkan tubuhnya dengan melap menggunakan air hangat karena biar bagaimanapun renjun masih sangat lemas apalagi lebam pada daerah perutnya masih sangat sakit bahkan untuk bergerak sedikit saja.

"Sudah lebih nyaman?" Ucap jaemin walaupun renjun harus menggunakan bajunya yang masih terlihat besar pada tubuh mungil itu.  Renjun hanya menganggukkan kepalanya.

"Minum obatnya dulu." Ucap jaemin memberikan beberapa butir obat. Dan renjun langsung meminumnya.

"Sekarang kau istirahat saja ya." Ucap jaemin dan renjun hanya mengangguk lalu jaemin pun membantu renjun kembali berbaring dan menyelimutinya.

"Istirahatlah, aku akan keluar sebentar." Ucap jaemin sembari mengelus kepala renjun dan sang empu hanya menganggukkan kepalanya saja. Lalu jaeminpun keluar setelahnya. Renjun hanya memandang kepergian jaemin sembari tersenyum tipis.

"Semuanya sudah baik-baik saja renjun." Monolognya lalu menutup matanya kembali.









































🍁🍁🍁

Ordinary (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang