15. teror?

13 1 0
                                    

Di sini mereka sekarang, di ruang keluarga menonton TV bersama. Tadinya rain ingin pulang tapi mengingat jika ini hari pertamanya sekolah dan dirinya sudah membolos pasti akan di marahi oleh bundanya.

Ya, jam masih menunjukkan pukul 13.48 masih lama jam pulang sekolah. Tadinya Alan menyuruh adiknya untuk beristirahat agar tidak sakit tapi adiknya ini kekeh ingin bersama dengannya dan rain.

Tok

Tok

Tok

Sebuah ketukan di pintu nek uat perhatian tiga orang itu teralihkan, Arsa berjalan pelan kearah pintu untuk membukakan pintu. Siapa tau orang penting.

Saat Arsa membuka pintu tidak ada siapa siapa di sana, sepi tidak ada orang sama sekali. "Siapa dek?" Tanya Alan saat melihat Arsa kebungungan.

"Gk tau bang gk ada orang" jawab Arsa sedanya karna penasaran Alan pun menghampiri Arsa dan menoleh kekanan dan kekiri, benar tidak ada orang sama sekali.

Tiba tiba sebuah batu yang di lempar dari arah luar pagar membuat Arsa dan alan terkejut, Alan yang melihat baru itu mengarah kepada adiknya pun dengan sigap melindungi adiknya. Hingga batu itu mengenai punggungnya.

Alan memungut batu itu, melihat lihat baru itu. Di sana ada secarik kertas lusuh yang terdapat beberapa bercak darah. Melihat keadaan sekitar yang sepertinya tidak aman, Alan mengajak Arsa untuk masuk kedalam.

Di ruang keluarga, rain menatap Arsa dan alan bergantian sepertinya ada masalah pikirnya. "Ada apa?"tanya rain penasaran.

"Gk ada, cuman orang iseng" jawab Arsa lalu duduk di sebelah rain, Arsa terlihat begitu tenang berbeda dengan Alan yang terlihat sedikit bingung.

"Itu bukan orang iseng sa"ucap Alan

"Terus apa bang?"

"Ini di sengaja" ucap Alan memperlihatkan batu dengan secarik kertas yang ditempelkan di batu tersebut. Terlihat baru tersebut bertuliskan.

MATI SAJA

15413L4

Begitulah tulisan yang berada pada kerta di batu tersebut, Arsa dan rain yang membaca itu pun mengerutkan alisnya bingung.

Arsa tak merasa jika memiliki musuh, Arsa tak memiliki musuh selain beela tapi ini apa ia yakin jika beela tak akan melakukan hal senekat ini.

Rain meraih batu itu lalu menatapnya intens, ada hal yang janggal ada nomor nomor tak jelas di sana rain rasa itu hal yang di sengaja.

"Ini, nomor apa?"tanya rain sambil menunjuk deretan nomor itu, mencurigakan satu kata itu yang bisa di jabarkan.

Arsa dan alan menoleh melihat batu tersebut, ada beberapa deretan angka yang pasti itu bukan angka biasa.

Arsa mengerutkan kening saat melihat angka itu, "bukannya ini" kata Arsa menggantung saat mendengar dobrakan keras dari arah pintu.

Semua mata mengarah pada satu titik yaitu pintu yang baru saja di dobrak, di sana terlihat Andro yang berada di depan pintu dengan nafas tersengal senggal.

Andro berjalan cepat ke arah mereka bertiga dengan raut wajah panik, "ba-bang, sa, An-andra"ucapan Andro terpotong karna nafas yang tak beraturan.

"Bicara yang jelas atur dulu nafasnya"ucap Alan pelan.

"Andra kecelakaan"

Deg

Seakan atmosfer semakin menipis, udara semakin kedap, detak jantung semakin cepat, apa ini? Andra kecelakaan? Karna apa?.

"Jangan bercanda Lo Andro"ucap Alan dengan intonasi yang dingin membuat aura di sekitarnya ikut berubah.

"Gue gk bercanda bang, gue serius tadi Andra kecelakaan"

"Kenapa bisa?"

"Kejadiannya begitu cepat bang, gue gk tau tapi waktu pulang sekolah Andro di tabrak dari arah berlawanan sama mobil"

Arsa tak bisa berkata kata walaupun Andra telah jahat kepadanya tapi andra tetaplah abangnya, entah kenapa ada rasa janggal saat mendengar cerita andro, itu bukan kecelakaan tapi itu di sengaja.

"Bang Al ayo kesana" ucap arsa, Arsa sungguh takut jika ada apa apa dengan andra, bagaimana pun Andra tetaplah abangnya.

Alan hanya mengangguk untuk memberi jawaban, rain merasa sedikit nyeri di kepalanya. Seperti ada yang berusaha masuk kedalam ingatanny.

Sepertinya dia perlu istirahat, karna itu dia lebih memilih untuk pulang dari pada iku dengan Arsa dan abangnya ke rumah sakit. "Rain mau ikut?" Tanya Arsa menawarkan.

"Enggak, gue langsung pulang aja"ucap rain lalu pergi dari sana.

§§§§§

Sekarang mereka sedang berada di rumah sakit lebih tepatnya di ruang rawat Andra, di sana ada teman teman andra dan juga beela.


Didalam ruang rawat itu hanya ada keheningan, sepi karna menunggu Andra terbangun dari pingsannya. Sudah sejak satu jam yang lalu Arsa menunggu tapi tak ada yang terjadi.

Tadi kata dokter Andra mengalami luka dibagian kepalanya karna benturan, itu yang membuat Andra pingsan begitu lama dan juga Andra mengalami syok saat kedajian terjadi.

Setelah menunggu sekitar 30 menit akhirnya Andra mulai membuka matanya membuat orang orang di sana langsung bangkit dan memencet tombol untuk memanggil dokter.

Selang beberapa menit dokter itu datang dan memeriksa keadaan andar. "Semuanya baik baik saja tidak ada yang perlu di khawatirkan, tentang luka di kepalanya itu memerlukan waktu yang cukup lama untuk sebuh jadi tolong hati hati dengan bagian kepalanya" jelas dokter tersebut membuat Arsa bernafas lega.

"Kalau begitu saya permisi dulu" ucap dokter itu lalu pergi dari ruangan itu. Andra yang baru saja bangun dari pingsannya pun menatap seluruh ruangan, seakan mencari sesuatu.

"Kenapa?" Tanya Alan penasaran dengan yang di cari oleh Andra. Andra hana menggeleng sebagai jawaban yang di berikan.

Kepalanya masih terasa pusing dan berdenyut nyeti mungkin ini karna benturan tadi. Sebenarnya sesaat sebelum dia kehilangan kesadarannya dia melihat seseorang keluar dari mobil itu dengan menatapnya remeh.

"Mati kau" ucapan itu yang terakhir Andra dengar sebelum kesadarannya hilang. Karna itu ia seakan mencari sesuatu tadi, dia mencari seseorang yang telah menabraknya dia nyakin salah satu dari temannya adalah penghianat.

"Bang" ucapan lembut dari Arsa membuyarkan lamunan Andra yang sedari tapi memikirkan kejadian tadi. "jangan terlalu di pikirin dulu nanti kepalanya sakit"ucap Arsa perhatian.

Andra menatap Arsa dengan tatapan yang sulit di artikan, "dari mana?" Tanya Andra membuat semua orang di sana menatapnya keheranan, tumben sekali pikirnya.

"Dari rumah sama bang al, tadi kata bang Andro Abang kecelakaan jadi arsa kesini"mendengar penjelasan itu membuat Andra mengangguk singkat.

"Ada masalah di rumah?" Nyanyya lagi membuat orang orang yang di sana tambah terheran heran termasuk Arsa sendiri, tumben sekali batinnya.

"Ada, ada orang ang lembar batu tadi hambir kena Arsa" jelas Alan melihat kebingungan tercetak jelas di muka orang orang yang ada di sana.

"Bang kau masih menyimpannya? Aku ingin melihatnya" ucap Andra melihat ke arah alan. Alan yang ditatap begitupun membuatnya terpikir batu tadi kemana? Dia panik saat tau Andra kecelakaan sampai sampai melupakan batu itu.

"Aku tak tau, tadi aku panik jadi aku tak memperhatikan" ucap Alan menjelaskan, Alan menatap adiknya dengan perhatian.

"Lebih baik Lo istirahat" ucapan alan di balas anggukan dari Andro lalu memposisikan dirinya dengan nyaman.

Alan menatap temna teman adiknya itu lalu menghela nafas pelan. "Lebih baik kalian pulang" ucapan itu membuat teman teman andra kengangguk pelan lalu pergi dari sana.

¶¶¶¶

Jangan lupa vote
1088 kata

QUEEN: Sahabat MasalaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang