Rainatan, pemuda yang sekarang sedang melamun di dalam kamarnya memikirkan sesuatu. Sakit kepalanya yang tadi ia rasakan sudah hilang sejak tadi namun ada hal yang mengganggu pikirannya saat ini.
Apakah ia pernah dekat dengan Arsa? Kenapa rasanya sangat dekat dengan Arsa tapi kenapa tidak ada ingatan sedikitpun tentang gadis itu.
Hufh
Rain menghela nafas gusar lelah memikirkan perasaannya sendiri, semakin ia paksa untuk mengingat kepalanya akan terasa sakit lagi.
Cklek
Pintu kamar rain terbuka menampilkan perempuan cantik yang berdiri di ambang pintu. "Mama boleh masuk" tanyanya di jawab anggukan oleh sang empu.
"Lagi mikirin apa ini anak mama" ucap sara, sara dirgantaran mama rain. Rain menghela nafas panjang lalu menceritakan semua yang dia rasakan saat bersama Arsa.
Sara menegang saat mendengar nama Arsa, sahabat kecil anaknya yang dulu pernah di tinggalkan oleh keluarganya.
Sara tidak ingin putranya kembali mengingat kejadian 1 tahun setelah kepergiannya dari indonesia. "Kenapa mama diam aja? Mama tau sesuatu" tanya rain menatap hangat mamanya.
Sekarang giliran sara yang menghela nafas, "kepalamu terasa sakit?" Tanya sara di jawab anggukan dari rain yang membuat sra menghela nafas lagi.
Sepertinya anaknya harus tau sekarang setelah 4 tahun dia sembunyikan, sara tidak ingin nanti saat ingatan putranya kembali seperti semula rain malah membencinya karna menyembunyikan ini semua.
"Dulu kamu pernah dekat dengan Arsa, nat. Arsa itu sahabat kecilmu, dulu kamu dekat sekali dengan dia tapi karna bisnis keluarga kamu ikut sama mama sama papa ke luar negri. Satu tahun lamanya kita tinggal di negara orang, saat itu kamu dengan adikmu" ucap sara menjeda sebentar lalu air matanya turun tanpa di minta.
"Diqto putra dirgantaran, adikmu itu mengajakmu pergi ke Tama kota untuk menghilangkan rasa bosan. Saat... Saat diqto sedang ingin menyebrang jalan dia tidak melihat kanan kiri, dia tidak melihat jika ada truk yang melaju kencang ke arahnya" lagi lagi sara menghela nafas dan berusaha menetralkan suaranya supanya tidak terdengar parau.
"Tapi, kamu melihatnya, kamu melihat truk itu melaju kencang ke arah adikmu. Dengan sigap kamu berlari kearah adikmu dan memeluknya saat truk itu menghantam tubuh kalian berdua" tangis sara pecah sana mengingat kejadian itu, rasanya ia menyesal tidak menyelamatkan putranya dan merasa gagal sebagai seorang ibu.
"Tubuh kalian berdua terpental jauh dari lokasi kejadian, saat itu dengan sisa tenaga dan kesabaran kamu, kamu mendekap erat tubuh adikmu yang sudah kehilangan kesadaran. Luka kalian sama sama fatal, tangan adikmu patah ke-kepalanya mengalami kebocoran pembulu darah membuatnya meninggal saat dilarikan kerumah sakit. sedangkan kamu, keadaan kamu tak jauh berbeda tadi adikmu. Kamu mengalami koma selama 1 setengah tahun hingga kamu sadar dari koma dan dokter mengabarkan jika kamu kehilangan ingatan setelah kecelakaan itu."
Tangis sara tak terbendung lagi, tangisnya pecah sejadi jadinya saat mengingat kejadian kelam itu. Sedangkan rain ada rasa penyesalan di dalam dirinya karna gagal sebagai seorang Abang.
Gagal melindungi adiknya yang seharusnya dia lindungi sepenuhnya,rain mendekap mamanya dengan erat seakan tak mau kehilangan.
"Maaf" satu kata itu keluar dari bibir rain yang dengan susah payahnya menahan air mata supanya tidak keluar.
"Itu bukan salahmu, nat. Mama malah bersyukur karna kamu masih di beri kesempatan untuk hidup. Kamu sudah menjadi kakak yang baik untuk adikmu" ucap sara mengelus surai rain lembut.
"Sekarang kamu tidur jangan terlalu dipikirkan nanti kepala kamu sakit, mama gk mau kamu kenapa kanpa" perintah dari sara itu membuat rain menganggu lesu.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN: Sahabat Masalalu
Short StoryAnara putri Alexander, gadis penyuka novel dan komik, berimajinasi jika ia bisa merasakan kisah cinta seperti di novel novel membuat Anara tidak merasa kesepian disaat Daddy nya sedang bekerja. Bunda Anara sudah meninggal dunia sejak Anara ke...