..
.
Rambut Fang basah.Dan dari kursi meja makan tempatnya duduk, Solar bisa dengan jelas melihat bulir air menetes-netes dari ujung rambut hingga jatuh pada pangkal leher dan bahu pucat Fang yang memerah hangat. Tetes air mengecil, terpencar kemudian perlahan melewati dada bidang yang bersemu di puncak mungilnya, mengalir halus di antara lengkung pusar sebelum menghilang di balik lipatan handuk putih yang melingkar pada pinggang kurus laki-laki ungu di depannya.
Solar menelan ludah.
Lamat-lamat manik keemasan melirik tubuh basah Fang yang berjalan makin dekat kearahnya.
'Sialan.'
.
.
.
*Beberpa menit yang lalu.
Solar menghela napas saat mengutuk hujan badai yang bersahut-sahutan dengan beringas di balik dinding tipis apartemen Fang. Kakinya melangkah panjang, menghentak-hentak saat melewati pintu dapur, laki-laki jangkung itu akhirnya duduk dengan gusar setelah meletakkan botol teh yang ia ambil dari dalam lemari pendingin.
Beberapa menit yang lalu ia kembali dari apartemen Shielda. Usai mengantar gadis itu dan mengobrol sebentar di depan pintunya Solar mati-matian mendaki undakan anak tangga. Undakan-undakan menyebalkan yang berhasil membuat Solar berkali-kali mengutuk bangunan apartemen tua itu.
"Mereka tidak kenal lift huh!?"
Solar mendengus, sekali lagi meneguk teh dingin saat manik keemasannya mendapati secangkir kopi hangat mengepul di atas meja, memenuhi dapur dengan aroma yang mengingatkan ia kepada laki-laki pucat yang sekarang entah di mana. Solar berdiri, melongok ke arah ruang depan hingga beranda dapur kemudian mengernyit saat tidak mendapati semak unggu di manapun.
Mencoba untuk tidak terlalu perduli, Solar menggaruk kasar belakang kepala yang sebenarnya tidak gatal sebelum memutuskan berbalik untuk membuka lemari-lemari dapur apartemen. Jari-jari kokohnya meraba asal satu-persatu permukaan tiap lemari kemudian berhenti saat akhirnya menyentuh toples kaca yang terasa sedikit menghangat.
Toples Biskuit!
"Khekeke di sini kau rupanya." Seringai miring ditarik begitu kekehan culas lolos dari pangkal tenggorokan si jangkung yang saat ini berjinjit diam-diam menunju meja makan.
Sudah biskuit kelima yang ia kunyah saat bunyi nyaring knop pintu yang diputar memenuhi ruang dapur. Tidak lama pintu kamar mandi membuka, mengeluarkan uap hangat yang mengepul lemah. Membawa tubuh basah tepat kehadapan manik keemasan Solar yang membeku. Menolak mengalihkan pandangan dari apapun yang saat ini ada di depannya.
Fang basah.
Dan saat ini berjalan mendekat hanya dengan sehelai handuk yang membelit malas pinggang kurusnya.
"Hee... Kupikir kau sudah kabur." Ucap si ungu saat jari-jari lembabnya meraih telinga cangkir kopi.
"K- Kabu- EKHEM!" Solar mengalihkan pandangan, menatap susunan panci serta penggorengan yang entah bagaimana terasa lebih aman untuk ditatap. "Shielda bilang aku harus menginap." Ucap Solar cepat, melirik Fang sekilas sebelum dengan cepat-terlalu cepat-menarik sekali lagi pandangan saat mendapati puncak mungil dada bidang di depannya.
'Dari semua bagian yang pucat kenapa harus bagian itu yang merah???'
Fang mengernyit, mendapati tingkah laki-laki di depannya yang makin seperti biawak otak rusak. Tapi tidak mau ambil pusing ia menyeruput kopinya sekali lagi sebelum melenggang santai menuju kamar tidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Confused
Fanfiction⚠️Solar x Fang Menurut Solar, Fang itu mahasiswa dengan penampilan paling tidak menarik di angkatannya. Suram dan kusam. Rasanya 10 detik saja dia tidak akan sanggup memandang wajah pucat yang bersembunyi di bawah semak ungu itu. Benar-benar memuakk...