..
.
Rabu pagi hujan dan langit mendung mengukung apartemen Fang. Di sana, Solar terbangun menyambut ruang kamar yang dingin dengan rambut luar biasa berantakan dan selangkang yang masih berdenyut nikmat.
Dengan rasa malu yang tidak tertahan laki-laki bermata serupa madu itu menunduk, kemudian menggeram frustasi ketika mendapati celana ketatnya yang basah dan lengket.
"Sialan," Solar mendengus, mengacak rambut hingga makin berantakan. "Ini pasti karena aku sudah lama tidak menyentuh perempuan." Sambungnya, melirik permukaan ranjang tempat Fang tidur semalam. Kemudian menggeleng cepat saat bau kopi samar-samar mulai meraih hidung.
"Iya." Bisiknya, "pasti ini gejala penyakit karena terlalu sering melihat muka orang jelek." Menampar wajah beberapa kali usai menghela napas frustasi, laki-laki jangkung itu dengan tergesa berlari menuju kamar mandi.
.
.
15 menit berlalu saat Solar keluar dari kamar mandi dan baru menyadari kalau Fang tidak ada di manapun, kemungkinan sudah meninggalkan apartemen cukup lama. Well, jika ia tidak salah ingat, hari ini si belukar ungu dan Shielda memang memiliki jadwal kelas di jam pagi.
'Baguslah.' Pikir Solar. Sekarang, dia memang butuh jauh-jauh dari si muka suram. Memang sebagusnya ia menghindari dulu radiasi wajah jelek Fang untuk beberapa waktu. Setidaknya sampai gejala-gejala aneh pada dirinya mereda.
Setidaknya, sampai bayangan wajah Fang di mimpi bodoh semalam tidak terus-terusan muncul dan membuat-ekhem... membuat reaksi tertentu di salah satu bagian khusus tubuhnya.
Solar bergidik, dengan cepat menggelengkan kepala. "Virus orang jelek memang sangat berbahaya. Pokoknya mulai hari ini tidak usah dekat-dekat si jelek!" Ucap laki-laki itu ketika ia berjalan memasuki dapur dengan selimut tebal yang masih memeluk tubuh telanjangnya.
Dingin lantai dapur benar-benar mengigit telapak kaki saat Solar menghampiri meja makan dan menemukan sepiring sandwich di sana. Di sebelah sandwich, toples penuh biskuit serta segelas susu yang ditempel note kecil juga tertata dengan rapih.
"Tse- orang macam apa yang masih menulis hal begini." Solar meraih kertas note, membacanya dengan penasaran. "Makan ini dan cepat pergi dari apartemen ku." Laki-laki itu tidak bisa menahan dengus geli begitu sampai pada akhir note. "Titip kunci di pos satpam? Ckck mudah sekali percaya pada orang asing." Cemoohnya kemudian berdehem singkat, melirik sekitar ruang dapur sebelum dengan cepat membuka kamera ponsel, memotret note kecil lalu dengan kikuk menyimpan kertas note di dalam case ponsel.
.
.
.
Hujan makin deras dan baju Solar basah karenanya, tertimpa tirai air saat laki-laki itu berlari kecil dari gedung apartemen menuju area parkir terbuka.
"FUCK!" Umpatnya begitu tidak sengaja menginjak genangan dalam. "Lumpur sialan!" Ia mengutuk sepenuh hati, membanting pintu dan mengutuk sekali lagi sebelum akhirnya menjalankan mobil menjauhi gedung apartemen dan segala kesuraman tempat itu.
Solar benci hujan, dan kalau ada hal lain yang lebih ia benci maka itu lumpur. Sekarang, benda lembek, kotor dan menjijikan itu menempel tepat di celana dan sepatunya. Jadi jangan salahkan dia, jika ia sampai di kelas dengan suasana hati yang 3 kali lebih buruk dari biasanya.
Ditambah, bajunya masih lembab, rambut berantakan dan dia bahkan tidak sempat memakan sarapan dengan tenang karena manusia-manusia bodoh yang sekarang sedang mengerubunginya terus menelpon agar secepat mungkin datang untuk pertemuan project grup.

KAMU SEDANG MEMBACA
Confused
Fiksi Penggemar⚠️Solar x Fang Menurut Solar, Fang itu mahasiswa dengan penampilan paling tidak menarik di angkatannya. Suram dan kusam. Rasanya 10 detik saja dia tidak akan sanggup memandang wajah pucat yang bersembunyi di bawah semak ungu itu. Benar-benar memuakk...