9.ingpo mazzeh

6.1K 284 0
                                    

"huh.."

Disalah satu bangku lapangan basket,terlihat Arthur yang tengah menatap layar ponselnya dengan serius

"sialan kemana dia" umpatnya sambil mengelap keringat yang membasahi pilipisnya

Tanpa pikir panjang Arthur mengambil tindakan darurat yaituu

"ayo,ayo,sedikit lagi,sedik—"

Dengan cepat notifikasi panggilan dari Arthur memenuhi layar Net

Net lantas berteriak,"TIIIDDDAAAAAKKKKK!!!"

"haaahhh brengsek " umpat Net sambil menarik keatas tombol hijau dilayarnya

"Net,dimana kau sekarang!" tanya Arthur dengan nada khawatir dan nafas yang terburu buru

"aku sedang di ko—" lantas Net baru teringat akan sesuatu

"aku di komplek ***,memangnya kenapa?"

"kebetulan aku sedang berada disekitar sana,aku akan segera menyusul mu"

"apa!?tunggu,Arthur"

Belum sempat Net melanjutkan kalimatnya,Arthur langsung menutup panggilan

"ck.." Net berdecak kesal

Ia langsung bersiap siap untuk pergi ke komplek tersebut,tentu Net harus menghilangkan barang bukti yang berada diatas kasurnya,tak lain dan tak bukan adalah bungkus snack serta kaleng minuman bersoda yang sudah menumpuk dilantai

Setelah selesai,Net bergegas pergi untuk menyusul Arthur

Selang beberapa menit Net sudah sampai dikomplek yang ia maksud

"fyuhhh...dia lambat juga" gumam Net sambil berjongkok

"lambat,hmm??" sahut seseorang dari arah belakang

Dengan cepat Net menoleh kebelakang dan benar saja itu Arthur yang sedang berdiri sambil tersenyum miring kearahnya

Lantas Arthur berjalan menghampiri Net kemudian melemparkan tas miliknya kepada Net

"bawa itu,aku kelelahan karena berlatih tadi" kata Arthur

"ck.." Net pun berdiri sambil membawa tas milik Arthur

"kau berbohong ya kalau ada janji?" tanya Arthur

Net langsung menoleh kesamping,"t—tidak kok.." sangkal Net

Kemudian hening

Tak lama kemudian sebuah mobil datang menghampiri keduanya dan berhenti tepat di depan

"ayo" ajak Arthur dengan nada datar

Net hanya mengangguk

Setelah masuk,suasana didalam mobil benar benar hening,bahkan Pak Supir tak berani bertanya dan hanya bisa melihat keduanya dari pantulan kaca spion

"Arthur.." panggil Net

"hm" Arthur hanya berdehem singkat

"besok aku sudah mulai mengajarmu,kau ingin les sore atau malam?" tanya Net

"entah" jawab Arthur,singkat

"huh..yang benar saja" gumam Net,ia kemudian mengeluarkan ponselnya,niatnya untuk mencari info tentang bioskop terdekat dan termurah disana

Arthur melirik Net yang sedang asik memainkan ponselnya

"ehh..!" Net terkejut karena ponsel miliknya tiba tiba dirampas oleh Arthur

"aku akan menyimpan benda ini" ucap Arthur sambil memasukkan ponsel Net kedalam saku celananya

Net sejujurnya kesal dan ingin sekali menghajar orang disebelahnya

Kini giliran Net yang badmood sementara Arthur terlihat tersenyum tipis,dia memang suka melihat ekspresi kesal Net,menurutnya itu lucu

Sesampainya dirumah Arthur

"huh.." Net menghela nafasnya

"ah..Tuan Arthur sudah kembali" ucap salah satu pelayan wanita yang menghampirinya

"apa mereka pergi lagi?" tanya Arthur,ia seperti sudah tahu kalau orang tuanya pergi kemana

"Tuan mereka berpesan agar kau tidak melewatkan jam makan malam lagi untuk pergi keluar bersama —"

"sudahlah,aku bisa menjaga diriku sendiri!" bentak Arthur kemudian ia bergegas pergi

Net dan pelayan itu hanya terdiam sambil melihatnya masuk kedalam kamar

"um.." Net menoleh kearah si Bibi,terlihat bibi benar benar mengkhawatirkan Arthur

"bibi,boleh kita bicara sebentar diluar"

"eh..t—tentu saja,apa Tuan Net ingin dibuatkan sesuatu untuk menemani"

"ah,boleh saja"

Setelah itu Net dan bibi pun memilih mengobrol ditaman belakang,dari sana Net bisa melihat dengan jelas balkon yang berada dikamar Arthur

"jadi Tuan Net ingin membicarakan apa dengan saya?" Bibi mulai membuka topik

Net langsung menghela nafasnya,"apa sikap Arthur memang seperti ini sejak kecil?"

"saya sudah mengenal Tuan Arthur sejak ia baru lahir ke dunia" jawab bibi pelayan

Kedua bola mata Net seketika terbelalak

"sejak benar benar baru lahir?!" nada suara Net sedikit meninggi karena tidak percaya dengan apa yang dikatakan Bibi itu

Bibi hanya terkekeh lalu kembali melanjutkan kalimatnya,"Bibi sudah membesarkannya seperti anak Bibi sendiri,mulai daru belajar merangkak,berdiri,berjalan,dan hal hal lainnya"

"lalu kemana dengan Ibu kandungnya Arthur?maaf kalau aku sedikit lancang bertanya" Net menujukkan ekspresi tak enak

"tidak masalah kalau ini ada kaitannya dengan Tuan Arthur,Nyonya besar dulu sedikit kesulitan merawat anaknya sendiri dikarenakan urusan bisnis dan juga beliau memang belum siap menjadi seorang Ibu"

Mendengar itu Net semakin takut untuk bertanya lebih lanjut

"b—begitu ya.."

"tapi,karena Nyonya besar sudah memberikan Bibi kepercayaan penuh untuk mengasuh Tuan Arthur,jadi Bibi tidak ragu menganggap Tuan Arthur sebagai anak Bibi dan terlebih lagi.." diakhir kalimat Bibi memelankan nada suaranya

"hm..?"

"Bibi juga sudah tidak bisa melahirkan seorang keturunan"

"j—jadi Bibi..!" Net kembali dibuat terkejut dengan pengakuan Bibi pelayan

Bibi hanya tersenyum,"karena Bibi tidak bisa memiliki seorang anak,suami Bibi jadi menceraikan Bibi dan menelantarkan Bibi begitu saja"

Kali ini Net benar benar dibuat diam tak berkutik,tak ada sepatah katapun yang berhasil ia lontarkan dari mulutnya

"maaf yaa,Bibi malah curhat tentang kehidupan Bibi"
ucapnya sambil mengelap air mata yang hampir membasahi pipinya

"ahhh..Bibii jangan menangiss" Net yang hampir ikut menangis pun langsung beralih tempat untuk memeluk Bibi pelayan

Beberapa menit kemudian mereka kembali lagi ke topik awal

"terserah Bibi ingin mulai dari mana,aku hanya ingin mengenal Arthur lebih dalam lagi" kata Net

Bibi tersenyum lalu mulai bercerita


























Bersambung...

My boyfriend is my former private tutor | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang