Bagian 5

4.2K 324 9
                                    

Terjebak dalam suasana menegangkan seperti ini lebih menyeramkan daripada menghadapi kemarahan Shania. Gracia tidak pernah menduga jika hari ini dia kembali bertemu dengan 'Partnert' nya malam itu. Tapi apakah Gracia akan mengaku? Oh, tentu saja tidak.

Dia tahu saat ini dirinya sudah masuk ke dalam masalah yang besar. Nametag yang berada di tangan Shani sudah cukup menggali ingatannya beberapa malam yang lalu. Bahwa, manusia jelmaan bidadari di depannya ini adalah korban kekhilafan dan ketidaksengajaannya.

Padahal ia sudah mengubur memori itu dalam-dalam karena menurutnya untuk bertemu kembali dengan pasangan satu malamnya akan sangat mustahil.

Nggak! Gue nggak mau dibunuh mama kalo sampe mama tau tentang ini!!

Gracia memang egois. Bukan, dia cuma takut jika wanita di depannya ini meminta pertanggung jawaban.

Seorang Gracia Tanuwijaya yang masih merengek, manja, ceroboh, tidak bisa diandalkan dan masih dalam masa nakal-nakalnya belum siap untuk menghadapi wanita dewasa di depannya yang kali ini memiliki tatapan yang cukup tajam.

"Saya tanya sekali lagi, ini punya kamu kan?" Kali ini Shani menaikkan nada bicaranya membuat Gracia tersentak.

"B-bukan–"

"Iya! Kamu tidak bisa mengelak Gracia! Kamu tidak bisa membohongi saya! Sekarang kamu harus menjawab pertanyaan terakhir. Apa kamu memiliki kenalan laki-laki? Atau kamu melihat wajah laki-laki yang bersama saya malam itu? Karna jujur, saat saya terbangun di hotel, nametag ini ada di samping saya. Saya juga ingat ada seorang gadis remaja membawa saya keluar dari club. Dan saya pastikan itu kamu. Benar, kan?"

MAMPUS!

Gracia kalah telak kali ini. Bukan lagi Shania yang hobi memarahi dan memberinya hukuman. Tapi hanya dengan tatapan dan ekspresi Shani pun sudah membuat bulu kuduknya berdiri.

"I-itu memang punya saya. Tapi saya nggak tau apa-apa. Dan saya juga nggak paham sama yang tante bilang!"

Gracia memang pandai dalam bersandiwara. Bermodalkan wajah polos seperti anak kecil, seorang Shani Indiva pun dibuat percaya.

Yaampun Shani! Dia kan masih bocah! Mana paham sama yang begituan!

Melihat Shani diam dan sepertinya memikirkan sesuatu, Gracia mencari celah untuk kabur.

"S-saya pulang dulu ya, tante! Mama saya pasti udah marah-marah! Makasih sekali lagi!" Gracia langsung berlari keluar dari rumah Shani.

"Anj!! Bisa-bisanya gue ketemu tante-tante itu!! Mana tetanggaan lagi! Semoga aja gue nggak ketahuan! Gue belum siap dicincang mama sama Anin!!" Gracia terus saja misuh-misuh dengan langkah seribunya meninggalkan rumah Shani.

Sementara itu, Shani hanya menatap punggung Gracia dengan intens. Masih ada yang mengganjal dalam hatinya. Tentang semua, tentang Gracia yang saat ini menjadi pokok pikirannya.

"Kita lihat sejauh mana kamu bungkam, Gracia."

****


"Mama mau kemana cantik-cantik begini?" Tanya Gracia setelah mamanya keluar dari kamar dengan penampilan yang cukup memukau. Wanita yang hampir menginjak kepala empat itu memang tidak dapat diragukan lagi kecantikannya. Shania masih awet muda.

"Mama mau jalan sama tetangga baru kita! Itu tuh, cewek cantik di sebelah!" Jawab Shania dengan semangat.

"Mama kenal sama tante tetangga sebelah kita?"

"Iyalah!! Orang mama udah bestian sama Shani! Lagian umur kita juga nggak jauh beda kok!"

Gracia terdiam. Mamanya sudah kenal wanita itu. Bagaimana jika Shani bertanya atau menceritakan kejadian yang bersangkutan dengan dirinya? Bisa-bisa Gracia hanya tinggal nama.

"Nah itu orangnya udah di depan! Mama pergi dulu ya? Jangan nakal! Nggak usah pergi-pergi walaupun hari libur. Temenin Dedel aja di rumah!"

Gracia menatap nanar mamanya yang kini telah masuk ke dalam mobil Shani. Gracia menggigit jari.

"Semoga aja tante itu nggak ngomong apa-apa sama mama!"

Gracia berdoa di dalam hatinya. Walaupun doanya terkabulkan, tapi doanya itu justru berbanding terbalik. Bukan Shani yang bercerita aneh, melainkan Shania yang tidak bisa menjaga mulutnya hingga Shani mulai mengetahui sedikit fakta tentang Gracia.

"Aku tuh bingung banget, Shan! Anak aku cewek dua-duanya pada nggak bener! Sekolah suka bolos, di rumah ngajakin war mulu! Belum lagi anak aku yang pertama tuh, si Gracia. Kelas dua SMA kelakuannya kayak bocil SD! Lebih dewasa adeknya malah dari pada dia! Makanya aku sama mas Boby sepakat buat jodohin dia sama anak koleganya. Biar dia bisa dituntun sama tunangannya. Kebetulan dia juga lebih dewasa dari Gracia." Jelas Shania panjang lebar.

Shani yang setia mendengar cerita Shania terdiam cukup lama saat mengetahui fakta jika Gracia sudah bertunangan. Itu berarti dia memiliki hubungan dengan seorang laki-laki.

Apa jangan-jangan laki-laki yang bersamanya itu...

"Tapi sayang, Gracia nggak suka sama dia. Padahal calon mantu aku itu cantik banget! Body goals malah! Bisa-bisanya dia nggak mau sama bidadari!" Lanjut Shania yang sukses membuat Shani terkejut.

"Cantik?! Maksud kamu tunangan Gracia cewek?"

Shania terkejut. Sepertinya dia sudah kelewat batas. Tidak seharusnya ia menceritakan hal privasi seperti itu. Padahal Boby sudah mewanti-wanti agar tidak terlalu menceritakan mengenai keluarga mereka. Apalagi tentang anak-anaknya.

"Eh kita udah sampai, Shan! Aduh, nggak sabar mau shopping!" Shania mengalihkan pembicaraan. Shani bukan orang bodoh, namun ia harus menahan diri untuk tidak ikut campur dalam urusan orang lain.

Tapi tetap saja. Dia merasa harus mencari tahu lebih dalam lagi mengenai Gracia ini.

****

Akhir-akhir ini Shani menjadi tidak fokus dalam bekerja. Berulang kali dia mengecek hp nya menunggu notifikasi dari orang suruhannya yang sampai sekarang belum mendapatkan kabar.

Awalnya Shani hanya ingin mencari tahu siapa Gracia dan orang-orang yang dekat dengannya. Tapi makin kesini, Shani menjadi terobsesi untuk mengetahui jati diri seorang Gracia.

Bukan tanpa alasan. Kemarin, dia mendapatkan bukti baru rekaman cctv club' yang memperlihatkan dirinya dan Gracia yang masuk ke dalam sebuah taksi. Itu artinya, orang terakhir yang bersamanya malam itu adalah Gracia.

Belum lagi Shani sampai mencari si supir taksi yang menjadi saksi mata malam itu.

"Menurut keterangan, laki-laki ini cuma nganterin kalian sampe hotel. Dan itu murni cuma kalian berdua. Nggak ada laki-laki yang ikut jadi penumpang. Dia juga bilang kalo si Gracia ini ngaku jadi saudara kamu. Terus dia juga yang gendong kamu ke dalam hotel."

Shani cukup terkejut mendapat informasi dari orang suruhannya itu. Berarti memang tidak ada orang lain selain Gracia.

Setelah mendapat informasi itu, Shani langsung mengetik angka yang cukup fantastis ke orang suruhannya. Satu informasi dengan bayaran tinggi menurutnya tidak seberapa. Uangnya masih cukup untuk memenuhi kebutuhannya hingga tujuh turunan. Bukan sombong, tapi ini fakta.

"Seorang Shani Indiva selalu mendapatkan apa yang dia mau. Gracia, kamu mau main-main sama aku?"

Shani menarik sudut bibirnya. Hanya sedikit namun itu bukan pertanda bagus. Tidak pernah sekalipun ia merasa tertantang untuk mendapatkan sesuatu. Kali ini, Shani benar-benar akan memulai misinya.

Misi untuk memberi pelajaran kepada Gracia.

Bersambung...

Segitu dulu🙏

Tetangga Masa Gitu? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang