Bagian 36

4.2K 415 79
                                    

Setelah tibanya Gracia dan Shani di rumah, keduanya terkejut melihat sudah ada Shania dan Veranda yang sudah menunggu mereka.

"Ge!"

"Ci!"

Masing-masing para ibu berlari memeluk sang anak yang saat ini dalam keadaan kacau balau. Tidak ada seorang ibu yang baik-baik saja melihat anaknya yang hampir saja terenggut nyawanya.

Shania menangis dalam pelukan Gracia. Anaknya ini memang terlalu bandel. Padahal sebelumnya ia sudah melarang Gracia untuk pergi kemana pun itu. Tetapi Gracia tetap kekeuh dan ingin membantu Shani.

"Ma, Gege nggak papa. Liat nih, masih sehat!" Ucap Gracia untuk menenangkan mamanya.

"Diem kamu! Bisa-bisanya bikin mama khawatir! Kamu kira mama nggak liat berita hah?!" Emosi Shania meluap namun Gracia hanya terkekeh.

"Kamu nggak papa, ci? Mama syok banget pas tau kantor kamu kebakaran sama kena bom!" Kali ini Veranda yang berbicara pada Shani.

"Cici nggak papa, ma. Kalo aja Gracia nggak cepat datang tolongin cici, udah nggak tau lagi deh Cici jadi apa." Lirih Shani sambil menatap Gracia dengan sendu.

"Makasih ya, nak. Kamu memang paling bisa diandalkan. Mama berutang budi sama kamu Gracia." Ucap Veranda pada Gracia.

"Iya ma, sama-sama." Balas Gracia dengan senyuman.

"Papa mana, ma?" Tanya Shani.

"Iya, ya? Papa sama papa Keenan mana?" Kali ini Gracia yang bertanya pada mamanya.

"Mereka lagi menyelidiki kasus kantor Shani yang kebakaran sama kena bom. Kalo dipikir ini aneh banget. Kayaknya ada yang sengaja mau hancurin kantor itu." Ucap Veranda sedih.

"Tangan kamu luka, Ge. Kita pulang ya, obatin luka kamu di rumah sama ganti baju." Shania menangkup wajah Gracia.

"Obatin di sini aja, ma. Ini juga rumah Gracia." Ucap Shani namun mendapat lirikan tajam dari Shania.

*Nggak usah! Aku bisa urus anak aku sendiri! Ayo, Ge!" Ketusnya menarik Gracia namun ditahan oleh anaknya. Sementara itu Shani nampak bingung dengan sikap Shania yang tidak seperti biasanya. Mama mertuanya itu seperti memiliki dendam pribadi dengannya.

"Ma, tadi kita udah sepakat, kan?" Bisik Gracia membuat mamanya mendengus kesal.

"Nggak bisa, Ge! Bawaannya mamak pengen ngamuk!" Jengkel Shania.

"Udah. Kita masuk aja, yuk." Lerai Gracia. Ia menarik tangan mamanya untuk ikut masuk ke dalam rumah Shani.

"Mama pulang aja, deh! Males di sini!" Lagi-lagi Shania bersikap aneh membuat Shani dan Veranda terheran-heran.

"Mama kenapa? Ada masalah?" Tanya Shani hati-hati.

"Iya!" Balas Shania ketus namun Gracia kembali menenangkannya.

"Ma, you promise me." Sambil memperlihatkan jari kelingkingnya pada Shania.

"Iya, deh! Sini mamak obatin luka kamu aja!" Shania mendudukkan Gracia di sofa lalu mengambil kotak p3k.

"Habis ini jadi kan, Ge? Kamu udah janji mau selesaikan hari ini." Gumam Shania.

"Iya. Makanya biarin aku aja yang ngomong. Mama nggak usah nyeletuk sembarangan. Janji hari ini."

Karena tidak paham arah pembicaraan ibu dan anak itu, Veranda dan Shani hanya bisa menyimak saja.

"Ci, ganti baju aja terus istirahat." Titah Veranda.

"Iya, ci. Bersih-bersih gih. Nanti aku nyusul ke kamar sekalian mau ngomong berdua." Ucap Gracia.

"Iya." Shani mengangguk patuh. Ia pun pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri.

Tetangga Masa Gitu? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang