Epilog

5.3K 438 59
                                    

5 Tahun Kemudian..

Sudah berulang kali ia mempelajari bahan yang akan ia presentasikan hari ini. Semua materi telah ia kuasai begitupun dengan kata-kata yang akan ia ucapkan pada klien pentingnya hari ini. Walaupun wajahnya terlihat biasa saja, namun rasa gugup itu tidak bisa hilang.

"Santai, bos. Lagian mereka pasti puas kok dengan hasilnya. Nggak akan ada yang bisa menolak pesona seorang Shani Indiva!" Seru Desy, satu-satunya orang yang menemani Shani dari awal hingga ia tahu bagaimana sepak terjang seorang perfeksionis seperti Shani.

Walaupun perusahaan lama Shani hancur akibat pengeboman lima tahun yang lalu, wanita itu tetap setia di samping Shani untuk membantunya bangkit. Setahun setelah kejadian itu, Shani kembali memulai semuanya dari nol dengan bantuan papanya. Walaupun mereka sempat tidak bertegur sapa.

Keenan yang ingin memberi pelajaran pada Shani dengan sengaja memblokir tabungan Shani hingga sang anak tidak memiliki apa-apa. Itu adalah hukuman karena Shani telah menghancurkan kepercayaannya dan juga membuatnya kecewa.

Namun ditengah kesulitan itu, Shani bisa melewati semuanya. Keenan selalu memantau sang anak dari jauh. Lambat Laun ia mulai tersentuh melihat ketegaran Shani yang tidak lagi mengeluh atas hukumannya yang begitu berat. Hingga akhirnya ia mau memaafkan Shani dengan bantuan Veranda.

Ia membuka kembali kartu ATM dan tabungan Shani. Anak itu juga datang meminta maaf pada kedua orang tuanya. Hubungan mereka pun membaik dimana sekarang Keenan telah menyerahkan semua perusahaannya pada Shani.

Wanita itulah yang melanjutkan kepemimpinannya di kantor.

"Meetingnya jam berapa, Des?" Tanya Shani sembari merapihkan semua dokumen-dokumen yang tercecer di atas meja kerjanya.

"Tiga jam lagi soalnya klien kita landing sekitar sejaman. Biar mereka ada waktu buat istirahat." Jelas Desy.

"Oke. Siapin ruang meeting. Tiga jam lagi kita ketemu di sana."

"Siap!"

Desy meninggalkan ruangan Shani dimana wanita itu kini tengah menghembuskan nafas lelah. Selama lima tahun belakangan ini yang ia lakukan hanya kerja dan kerja. Tidak banyak yang berubah dengan Shani kecuali wajahnya yang semakin hari semakin cantik di umurnya yang sudah menginjak kepala tiga.

Sifatnya yang semakin matang dan dewasa pun membuat siapa saja akan kagum apalagi dia sangat bijaksana dan disegani banyak orang. Shani benar-benar definisi sempurna.

Wanita itu kemudian melirik sebuah bingkai yang di dalamnya terdapat potret seseorang yang begitu ia rindukan. Seseorang yang berhasil membuatnya menutup hatinya pada siapapun pria yang mendekatinya.

"Ge, kamu apa kabar? Cici kangen." Lirihnya. Shani memang sengaja menyimpan foto Gracia di atas meja kerjanya untuk menjadi penyemangat di kala ia bekerja atau sebagai obat rindu jika ia ingin melihat wajahnya.

Setelah kepergian Gracia lima tahun lalu, perasaannya semakin dalam dan juga semakin mengharapkan Gracia kembali. Setidaknya jika tidak bersama, ia bisa melihat wajah Gracia lagi agar rasa rindunya terbayarkan.

"Sampe kapan pun cici tetap nungguin kamu." Lirihnya.

****

Jarum jam terus saja berputar begitupun dengan langkah orang-orang yang terus saja berlalu lalang. Di tengah kerumunan orang yang tengah sibuk kesana kemari di sebuah bandara, terdapat sosok yang sedang terburu-buru sambil sesekali melirik jamnya. Ia terlihat rapih dengan setelan jas kantor dan sebuah koper kecil di tangannya.

"Mas Gito, ya?" Ucapnya pada seorang supir yang sedang menunggu di depan mobil.

"Bener, mas. Kalo boleh tau mas tau nama saya dari mana?" Tanya Gito heran.

Tetangga Masa Gitu? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang