Bagian 13

4K 383 36
                                    

Jangan tanyakan bagaimana Gracia saat ini. Karena saat kedua mata wanita di depannya itu tertuju padanya, seketika nyalinya pun menciut. Jantungnya berdisko membuat tubuhnya ikut bergetar. Ia tidak masalah jika harus keluar masuk ruang BK. Ia juga tidak masalah jika setiap hari mendapat hukuman dari mamanya. Atau motor kesayangannya itu disegel untuk selamanya pun Gracia tidak masalah.

Tapi untuk bertanggung jawab atas bayi yang tidak disangka-sangka akan hadir itu sepertinya Gracia angkat tangan. Anak seumurannya saja masih bebas bermain, belajar, bersekolah dan melakukan apa yang mereka inginkan. Tidak mungkin Gracia yang masih remaja sudah merawat bayi dan juga menafkahi istri. Belum nikah sih, emang. Tapi ujung-ujungnya pasti begitu.

"Maksud kamu apa, Shan? Kok, harus nanya Gracia?" Shania meminta penjelasan.

"Karna dia yang udah nidurin aku." Jawab Shani. Ia memang tipikal wanita yang tidak suka basa basi. Sekalipun ia ragu apakah ini saat yang tepat untuk membuka kedok Gracia karena dirinya sendiri pun masih belum bisa menerima fakta bahwa orang yang bersamanya malam itu adalah Gracia dan bahkan sekarang sudah mengandung anaknya.

Shania membulatkan matanya. Lantas ia menatap Gracia kembali tetapi anak itu justru sudah menunduk takut.

"Ge? Kamu nggak mau jelasin sesuatu sama mama?" Tanya Shania. Walaupun nadanya terdengar pelan, tapi saat ini aura Shania sangat horor. Bahkan Shani dibuat takut.

Gracia kini mendongak saat mendengar ucapan mamanya. "M-ma..gege nggak sadar waktu itu! Gege mabuk!" Jelas Gracia gugup.

"Bahkan kamu udah berani banget minum-minum!! Siapa yang ngajarin, hah?!" Shania mendekati anaknya lalu menarik kerah baju Gracia. Kali ini amarahnya sudah pasti akan meledak.

"A-ampun ma!! Gege nggak–"

"Kalo aja ini nggak di rumah sakit, udah mama smackdown kamu dari tadi, Ge! Sekarang siniin kunci mobil, dan kamu pulang! Mama nggak mau liat kamu sekarang!"

Gracia langsung memberikan kunci mobil kepada Shania.

"Gege minta maaf, ma!"

"Diam!! Keluar kamu anak kurang ajar!!"

Gracia berlari dengan cepat meninggalkan ruangan Shani. Ini masih permulaan karena sesungguhnya riwayatnya sudah tamat. Shania memang tidak terlalu menunjukkan taringnya. Lihat saja saat mereka di rumah nanti.

Shania mengatur nafasnya yang memburu. Sebenarnya dia ingin sekali memberikan pelajaran pada Gracia. Tapi melihat situasi dan tempat yang tidak memungkinkan, Shania harus menahan semuanya untuk sementara.

Setelah kepergian Gracia, Shania pun mengalihkan perhatiannya pada Shani.

"Aku benar-benar minta maaf, Shan. Salahku nggak bisa ngedidik Gracia dengan baik. Aku sampe nggak nyangka ternyata anakku ngelakuin hal sebrengsek itu sama kamu, teman aku sendiri. Kamu jangan khawatir, Gracia akan tanggung jawab sama anak yang ada dalam kandungan kamu." Sesal Shania.

Shani menggeleng. Bukan karena ucapan  Shania yang salah dalam mendidik, tapi untuk kata tanggung jawab itulah yang Shani tidak inginkan.

"Aku nggak mau nikah, Shania. Apa yang aku lakuin sama Gracia itu nggak sengaja. Aku sama dia mabuk, nggak sadar. Aku aja nggak yakin bisa mempertahankan kandungan ini." Lirih Shani.

"Jangan ngomong gitu! Kamu harus pertahankan kandungan kamu. Jangan karena kesalahan yang tidak kalian inginkan kamu rela mengorbankan janin yang tidak berdosa itu. Kamu sudah dewasa, kamu harus bisa mempertanggungjawabkan apa yang sudah kamu lakukan!"

Shani membuang pandangannya ke segala arah. Sejujurnya dia pun tidak tega jika harus mengorbankan darah dagingnya sendiri hanya karena pemikiran egois yang selama bertahun-tahun menjadi alasan Shani hidup menyendiri.

Tetangga Masa Gitu? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang