Bagian 17

3.5K 380 19
                                    

Sesuai permintaan Gracia yang ingin menyembuhkan semua lukanya terlebih dahulu sebelum bertemu orang tua Shani, hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Pertemuan pertama ini belum masuk ke tahapan lamaran karena Gracia bersikeras ingin meminta restu terlebih dahulu kemudian melamar Shani.

Butuh waktu hampir sebulan lamanya untuk Gracia mempersiapkan diri. Dan selama menunggu hari itu tiba, Gracia melakukan banyak sekali perubahan yang dimulai dari hal kecil. Seperti datang ke sekolah tepat waktu, kebetulan masa skorsnya pun telah selesai. Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, dan bersikap baik kepada semua orang.

Bukan tanpa alasan Gracia ingin berubah. Sejak ia mendapat dongeng sebelum tidur dari mamanya perihal anak, Gracia perlahan-lahan mulai mengerti jika sikap orang tua akan turun kepada anaknya kelak.

"Kamu tuh jangan bandel-bandel. Shani lagi hamil, bentar lagi kalian punya anak. Asal kamu tau ya Ge, anak itu nanti bakalan nurunin sifat dan sikap dari orang tuanya. Kalo kamu bandel, siap-siap aja anak kamu bakalan ikut-ikutan! Coba deh ubah sikap kamu. Jangan kek anak kecil mulu! Kasian Shani mesti repot rawat kamu. Belum lagi rawat anak kalian nanti."

Bukan sekali dua kali Shania memberi pengertian tentang anak dan pasangan, hampir setiap hari Gracia selalu ia teror dengan semua pembicaraannya itu hingga akhirnya ia berhasil menyadarkan sang anak walaupun tidak sepenuhnya sadar.

Hari ini untuk yang pertama kalinya Gracia merasa insecure disertai gugup tak berkesudahan. Berulang kali bertanya mengenai penampilan dan perubahan sikapnya pada Shani apakah sudah masuk dalam kriteria menantu idaman papanya atau belum.

Dan bukannya menenangkan Gracia yang gelisah, Shani justru menertawakan Gracia yang menurutnya sangat berbeda dari Gracia yang sebelumnya.

"Aku serius, ci! Kemarin kan, aku udah nggak telat ke sekolah lagi. Aku udah rajin belajar sama kerja tugas. Aku juga patuh sama orang tua. Akhir-akhir ini aku juga rela nemenin Cici begadang buat nonton Drakor. Nilai ujian aku juga udah lumayan walaupun ranking aku cuma naik satu tingkat. Apa aku udah bisa disebut menantu idaman papanya ci Shan?"

Shani tersenyum ke arah Gracia. Ia memang merasakan perubahan-perubahan itu. Beberapa hari setelah menyelesaikan ujian kenaikan kelas, Gracia menemuinya dan mengumumkan jika peringkatnya telah naik satu level dibandingkan semester sebelumnya. Walaupun hanya berada di posisi 38 dari 40 siswa, pancaran bahagia dari wajah Gracia terlihat jelas.

Shani tidak pernah mempermasalahkan angka itu, yang terpenting Gracia sudah tidak bandel dan suka bolos sudah cukup membuatnya lega.

"Aku nggak tau pasti, Ge. Tapi papa paling suka sama orang yang bertanggung jawab. Kamu juga udah tanggung jawab kan? Udah, nggak usah cemberut gitu. Jadi pergi nggak nih?"

"Tapi aku kok tiba-tiba takut, ci? Gimana kalo papanya ci Shani nggak restuin kita? Kalo nanti aku di usir, gimana?" Dan berbagai pertanyaan yang Shani pun dibuat pusing. Gracia bahkan melampaui pemikiran negatif Shani mengenai hal-hal yang belum tentu terjadi.

"Jangan mikir aneh-aneh dulu, Ge. Kita coba aja dulu ngelewatinnya. Setuju atau enggaknya papa itu urusan belakangan. Yang penting kesiapannya kamu." Shani membingkai wajah cemberut Gracia. Makin kesini, Shani makin gemas melihat Gracia yang seperti anak kecil hingga satu kecupan ia berikan di pipi Gracia.

Cup!

"Yuk, berangkat!"

****

Shani tahu jika tatapan papanya kali ini menunjukkan ketidaksukaan. Sudah hampir setengah jam lamanya Keenan diam tanpa membuka suara sejak kedatangan Shani dan bocah yang ada di sampingnya. Ia tidak seperti Veranda yang begitu ramah kepada Gracia. Percakapan mereka pun hanya didominasi Shani dan mamanya, sementara Keenan dan Gracia hanya berdiam diri.

Tetangga Masa Gitu? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang