Kain putih menutupi ujung bawah sampai ujung atas tubuh seorang laki-laki seumuran anak remaja. Tangisan histeris mengiringi keranda yang hendak berjalan ke ruangan khusus. Dokter selaku tim medis sudah tidak bisa lagi memberikan penanganan apapun kepada pasien ini. Semuanya berada di atas kehendak pencipta yang mengalahkan akal dan logika manusia.
Siapa yang bisa menyangka kematian secara mendadak? Belum sempat berpesan, tapi masa kehidupan sudah duluan habis. Betapa mirisnya menghadapi kejadian tragis dalam kesendirian, mulai dari senyuman yang cukup menipu mereka, padahal penderitaan akan datang menghampirinya.
Perlahan sebuah siluet memotong jarak pada ambang pintu. Separuh badannya hanya mengintip dari luar ruangan, tanpa harus berkutik ataupun sekadar ikut berempati terhadap keluarga itu.
----
Askar menyesal karena sudah mengambil jalan pintas, eh malah berujung mendapatkan pemandangan syahdu. Tadi hati kecilnya sudah menangis brutal. Beruntung ekspresinya tetap cool sehingga orang lain tidak akan pernah tahu bagaimana ingus Askar berterbangan jika seandainya beneran menangis.
Oke, sekarang fokus Askar justru mengarah pada seorang gadis di seberang sana. Tebakan Askar mengatakan bahwa ia pasti sedang membeli obat. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Askar bergegas pergi menuju kulkas minuman.
"HAII!"
Ah, sial! Bisa-bisanya orang asing kembali mengusik ketenangan Nara. Tiba-tiba pipinya terasa seperti tersambar es batu. Ternyata pelakunya adalah Askar yang sengaja iseng setelah membeli minuman.
"Bisa-bisanya bidadari kegelapan terdampar disini. Keluhannya apa neng? Jadi orang gak enakan atau people pleasure?" sambar Askar.
"Nganter bocah yang lagi susuban pisau!" Tangan Nara menunjuk sebuah ruangan.
"Dih gitu doang minta dianter. Lo sih terlalu baik jadi orang. Kan jatuhnya malah dimanfaatin!"
Belum menyelesaikan omelan, Askar justru buru-buru mengubah topik. Lantas, Askar mengulurkan tangan sembari tersenyum tulus. Tak akan pernah Nara duga kegantengan laki-laki itu semakin terpancar.
"Lo beruntung udah ketemu presiden kampus Antajaya Indonesia sekaligus pemenang juara 1 nasional kapten sepak bola!"
"Terus?" tanggap Nara jutek.
"Ya... nama gue Araskard Gentaraja lah alias Askar. Masa lo ga tau?"
Berlagak santuy, bahu Nara terangkat tanpa beban. Jujur, hati Askar agak sakit menerima respon si gadis brutal, apalagi sekarang seorang pemuda menghampiri Nara dengan langkah kaki versi paman sangkuni- menambah kecurigaan Askar terhadap hubungan mereka.
"Widih... baru aja ditinggal bentar, udah langsung dapet selingkuhan," ejeknya saat membenahi posisi tongkat. Sebut saja namanya Lars.
"Bacot! Bukannya bilang makasih udah gue bayarin sampe bokek."
"Iya nih, kudu red flag banget sama pacar sendiri," timpal Askar.
"Diem lo, gausah ikut campur!" Bola mata Nara melirik Askar tajam.
"Kampret! Amit-amit gue pacaran sama dia. Yang ada gue malah jadi daging cincang."
"Emang Nara sejahat itu?"
"Jahat kali lah, soalnya dia tuh ketua geng motor paling kejam. Cocok dikasi julukan iblis! Lo lihat kan kaki gue sampe pesek gini?"
Sontak hidung Askar berhenti bernafas. Tenang, Askar hanya sedikit terkejut. Sisanya, rasa antusias kian menyelimuti hati Askar atas tamparan fakta ini.
"Seriuss? Kebetulan banget pengen gabung sama lo!" pekik Askar.
"Jangan sok jadi jagoan lo! Fokus kuliah aja sono!" tolak Nara.
"Gue janji bakal ngikutin aturan lo kok," rengek Askar.
"Ga usah, bahaya!"
"Kan tinggal kasih tau aja apa yang mesti gue lakuin-"
Nara menyambar pisau dari tangan lelaki di sebelah. Kini giliran Askar yang menjadi target kedua. Askar mengurungkan niatnya untuk memberontak, karena ujung pisau sudah mendekati hidungnya.
"Begini nih cinta buta. Lo tersiksa sekalipun bakal tetep anggep dia cewek idaman," celetuk Lars.
"Sekali lagi berani anggap komunitas gue sebagai permainan, mampus hidup lo!" bisik Nara sinis.
"Yang ngejelekin geng lo siapa?" sahut Askar pelan.
Jarak antara pisau dan hidung Askar semakin dekat. Nara mempertegas ancaman, hingga mengundang teriakan histeris dari beberapa orang.
"Ah iya-iyaa, ampun bre... ampun..." suara Askar gemetar.
Perlahan Nara melunak. Ia mulai menyadari situasi di sekitar sudah tidak aman. Sebelum tertangkap satpam, Nara memutuskan untuk segera pergi dari hadapan mereka.
"Aneh banget selera lo. Kok bisa yaa suka sama cewek model begituan?" Lars menggelengkan kepala heran.
"Unik aja gitu, gue punya cewek yang brutal. Tapi gue yakin hatinya selembut permen yupi kok."
Lars menepuk pundak Askar yang masih gemetar. Pasti efek serangan Nara sangat keras. "Ga semudah itu bro. Btw, lo tahu kabar dari kampus kita ga?"
"Lah, kita satu kampus?"
"Iya, kebetulan gue tau nama lo udah melonjak banget sekarang. Tapi ntar dulu, kita fokus satu berita nih!"
"Yaudah, buruan apaan?"
Sekilas Lars celingak-celinguk sampai orang lain mulai sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Lars langsung mendekatkan wajahnya menuju telinga kanan Askar. Secuil kalimat keluar dari ujung lidahnya.
"Ada kasus mutilasi salah satu mahasiswa."
#BERSAMBUNG
Hahaa gimana ges kesan pertama cerita ini? Apakah kalian tertarik dengan ke-barbar-an Nara?
So, jangan lupa votement yaa sebagai bentuk dukungan kalian. Terima kasih 🍀

KAMU SEDANG MEMBACA
Theory 247 ✅
Mystery / Thriller[KASUS PEMBUNUHAN] Civitas akademika Universitas Antajaya dibuat gempar akibat sebuah kasus yang merenggut nyawa salah satu mahasiswa berprestasi. Nara yakin kalau pelaku sengaja ingin menjatuhkan nama baik kampus sebagai motif pembunuhan. Dari segi...