√ 24

35 3 2
                                    

§§§§§§§§

§§§§§§§

§§§§§§

§§§§§

Wrushh... Wrush....

Hampir sajaaa....

Hei lo denger kagak?

Syukur ges, puji Tuhan semuanya ternyata baik-baik aja.

Perlahan pria berseragam polisi langsung bangkit dari posisi duduk. Baru saja habis siuman. Ia melawan rasa sakit yang menyayat di tubuhnya. Darah mereka mencuat sampai membasahi hampir seluruh tangan.

"Sial, mana pake jebol segala!" Polisi 1 merapikan seragam.

"Jalan macam apa ini? Banyak curam. Bisa-bisanya institusi pendidikan bawa mahasiswa ke daerah sesat kek begini?"

Di sekeliling mereka adalah puluhan pohon pinus. Hampir semua jalan tertutupi daun, mungkin saking jarangnya orang yang lewat sini.

"Gue yakin pasti ada aja teroris yang jebak kita waktu di perjalanan."

"Sudah, yang penting kita harus segera datang ke lokasi, mumpung Askar lagi sharelock."

"Benar, lagi pula biar mereka gak meragukan kinerja kita."

"Mobil masih aman? Kita masih bisa melanjutkan perjalanan kan?"

Sebagian rekan polisi memposisikan mobil seperti semula. Dari sekian pengecekan, beruntung mereka tidak menemukan kendala apapun. Bahkan mesin mobil masih bisa dinyalakan.

"Ayoo istirahat sebentar habis tu kita lanjut!" ajak polisi yang sudah menekan pedal mobil.

Perjalanan akan segera dilanjutkan. Berharap semua orang masih selamat.

÷÷÷÷

Saat kondisi sudah agak baikan, Askar baru bisa keluar dari kamar. Langkah kaki Askar sangat lambat, karena masih fokus menahan denyutan di dada sebelah kiri.

Kebetulan pandangan Askar menangkap Nara sedang duduk. Bahasa mata gadis itu seolah mengintimidasi Askar. Belakangan ini Askar mulai merasakan aura gelap pekat pada diri gadis itu.

"I see," lirih Askar.

"Napa lo baru nongol langsung sarkas?" bentak Nara.

"Gue tau lo udah gak sabar pengen nangkep gue disini..."

Firasat gue udah gak enak. Cewek ini rasanya udah ga sabar pengen bunuh gue. Tapi ga masalah kan?

Askar memejamkan mata sejenak demi menarik energi positif. Seberusaha mungkin Askar akan mengontrol emosi dibandingkan lawan bicaranya.

"Lo udah mikirin ini secara mantap kalo gue dalang dari semuanya?"

"Gue gak perlu validasi lo!!"

Settt!!

Plag!!

Pisau nyaris menusuk kepala Askar yang sudah menghindar duluan. Apakah setipis itu bentuk emosi Nara? Wajah Askar sampai gemetar akibat syok berat. Askar mencoba tenang, relaksasi nafas, kemudian mulai membuka suara lagi.

"Gue gak bisa biarin lo begini terus Ra. Plis tahan dulu ego lo."

"Bacot!!"

Askar langsung meraih bahu Nara tanpa ragu namun sudah segera ditepis oleh sang empu. Lantas, Askar membalasnya dengan menatap Nara lembut.

"Gue cuma mau meyakinkan lo aja biar gak salah tuduh kayak Lars. Gue tau orang kayak lo ga layak dipandang sebelah mata. Lo keliatan jahat tapi bukan berarti lo pelaku. Kali ini gue ikhlas cuma bantu lo kok."

Theory 247  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang