√ 26

31 1 0
                                    

Hello guys 👐

Jangan lupa share cerita ini ke temen-temen kalian yaa biar makin ramee.

Lets goo for next chapter!!

.

.

Mungkin seharusnya Askar tidak mengambil langkah ini. Sejauh apapun Askar berlari...

Jurang sudah disiapkan di tengah jalan kapan saja...

Tit.... Tit ..... Tiiiiiitttt......

Pendengaran berdengung kencang, amat membekas di alam bawah sadar Askar. Tiba-tiba badan anak laki-laki itu duduk tegak di atas kasur. Hawa kamar terasa sedikit panas akibat sinar yang menembus masuk. Askar langsung menghela nafas lega.

Tanggal 12/3/2006. Pupil mata Askar membesar karena antusias menyambut isi kalender. Askar melempar ujung selimut sebelum beranjak dari kasur.

Ternyata ia hanya ingin mengecek benda kotak yang terbungkus kertas karton. Askar memeluknya sejenak sambil tersenyum kecil. Pipi bocah laki-laki ini mengembang gemas.

"Aras, cepat berangkat sekolah nak. Udah mau telat nih," suara lembut serta sosok wanita berdaster mulai menerobos pintu kamarnya.

"Karang libur, Mom. Gurunya ada lapat." Askar menurunkan benda kotak itu.

"Rapat sayang, bukan lapat. Ohh iyaa juga ya. Mom lupa kemarin Bu Hesti sempet ngasih tau."

"Hihihihi..." Lucunya, bocah Askar terkekeh geli.

"Kalo gitu Mom mau nyiapin syukuran neh, munpung belum sibuk. Aras, ntar Mom panggil kamu ya kalo udah jadi masakannya. Daaa... cuci muka dulu, baru boleh main yaaa!"

Percakapan mereka cukup sekian, karena badan Eni sudah berpaling dari anaknya. Askar justru merasa ada yang kurang, lelaki kecil imut itu belum puas dengan obrolan Sang ibu.

'Hmm, tidak biasanya mereka melupakan ulang tahun Askar. Apakah hanya trik semata sebagai kejutan awal?'

Apapun alasannya, hati mungil Askar sudah terlanjur sesak. Berharap nanti mereka bisa menggantikannya dengan kejutan spesial.

----

Waktu begitu cepat berlalu, mengalihkan shift pagi menuju malam. Sejak tadi pemandangan yang Askar lihat tetap sama, kedua orangtuanya sedang sibuk mendekor seisi rumah bersama para pekerja.

Askar terus menunggu, menempatkan dagu di telapak tangan. Bahkan sudah melewati 2 jam, mata Askar terasa berat hingga bibirnya menguap. Ini serius tidak ada kode-kode khusus dari mereka?

Alhasil, Askar memutuskan untuk singgah sebentar ke kamarnya. Kesabaran bocah laki-laki ini sudah habis. Askar langsung merobek bungkusan kotak yang sempat ia siapkan di meja.

Askar mengangkat sebuah album foto. Disana terlihat antara Askar dan kedua orangtuanya sedang memotong kue di tahun lalu. Rencananya Askar akan memajang foto ini saat mereka mulai merayakan hari ulang tahunnya.

----

Tepat pukul 00.00 yang hampir melewati hari ulang tahun Askar. Mereka masih saja belum berniat mengucapkan dan merayakan moment spesial kepada Askar. Kini, bocah laki-laki itu sudah tengkurap pulas di meja. Bersama album foto sebagai bantal kepala mungilnya.

Sebuah siluet muncul. Perlahan tangan pria paruh baya mengelus puncak rambut anaknya. Mata yang sayu seolah menunjukkan sesuatu, tanpa berkata sekalipun. Ia tahu letak kesalahannya.

Theory 247  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang