Sunghoon mengikuti arah jalan dari aplikasi yang ia gunakan. Sungguh ia benar-benar kelelahan seharian mencari alamat rumah yang membuatnya pusing. Untungnya ada orang baik yang mau menolong dan memberikannya tumpangan gratis jadi ia sampai di tujuan tanpa gangguan.
" Kita sudah sampai paman?" Tanya Sunghoon.
" Sudah anak muda,itu rumahnya sebelah sana..." Jawab paman itu sambil menunjukkan rumah yang di maksud.
" Kalau begitu terima kasih paman,sudah mengantarku..." Ucap Sunghoon dengan ramah.
" Iya sama-sama anak muda..." Kata paman.Sunghoon keluar dari mobil paman yang bernama lengkap Jeon Wonwoo itu. Ia sangat beruntung dapat bertemu dengannya. Paman begitu baik dan ramah seperti orang-orang di desanya.
Ya, Sunghoon hanyalah remaja desa yang di paksa untuk pergi ke kota oleh neneknya atas perintah ibunya. Sebenarnya Sunghoon tidak ingin meninggalkan sang nenek tapi karena itu perintah dari bunda nya maka ia tidak bisa menolak lagi. Jujur saja ia sudah merinduka sosok yang ia sebut sebagai bunda. Terakhir kali ia bertemu mungkin kelas 5 SD entah ia pun tak tau pasti saking lamanya tak bertemu.
Sunghoon memasuki pekarangan rumah yang memiliki halaman yang begitu luas dan membuat Sunghoon takjub. Ia tidak menyangka bahwa ia akan tinggal di sini.Tiba-tiba saja ada orang yang menghampirinya.
*Puk
Pundak Sunghoon di tepuk oleh seseorang." Anda siapa?" Tanya orang itu.
" Saya Park Sunghoon... Apa anda pemilik rumah ini?" Tanya Sunghoon.
" Oh,kau yang di maksud ibu... Tidak buruk untuk anak desa seperti mu... Ayo ikuti aku..." Ucap orang itu.Sunghoon sedikit tak mengerti apa yang dikatakan remaja di depannya itu. Tapi sebisa mungkin ia menetralkan mimik wajahnya.
Saat memasuki rumah Sunghoon mendengar suara keributan dari beberapa remaja,ia tak berani untuk melirik ataupun melihat apa yang terjadi karena ia bersembunyi dibelakang remaja yang membawanya tadi.
" Ibu... Kak Sunghoon sudah datang!" Teriak remaja itu.
Sontak jantung Sunghoon seperti berdetak begitu cepat saat kata ibu keluar dari mulut remaja itu. Pikirannya terus berkata bahwa apakah itu bundanya atau pemilik rumah ini?
" Oh,Niki... Kapan kau kembali?" Suara seorang wanita paruh baya terdengar di telinga Sunghoon. Ia mengenali suara ini dan ia sangat merindukan sosok ini ibunya.
" Baru saja... Bu,kak Sunghoon sudah datang..." Ucap sekali lagi remaja itu yang baru saja dipanggil Niki.
" Benarkah? Mana? Ibu sudah sangat merindukan anak manis ibu..." Ucap wanita itu.
Suara kebisingan di ruangan itu tiba-tiba senyap dan mulai penasaran dengan orang yang di bawa masuk oleh Niki.
" Kak,jangan bersembunyi dibelakangku... Itu ibu sudah menunggu kakak sejak kemarin..." Ucap Niki berbalik menghadap kakaknya yang lebihnya pendek.
"A,aku malu..." Bisik Sunghoon yang masih dapat di dengar oleh satu ruangan.
" Ya ampun ternyata anak manisnya bunda belum berubah ya... Sini sayang, bunda sudah benar-benar merindukanmu..." Ucap wanita paruh baya itu sambil menghampiri kedua anaknya.
Kepala Sunghoon mendongak dan terlihat sudah menahan tangis.
" Bunda... Hiks..." Sudah pecah pertahanan Sunghoon ia menangis dan langsung memeluk bundanya.
Seisi ruangan memperhatikan Sunghoon dengan tatapan gemas mereka tak menyangka bahwa mereka memiliki salah satu saudara yang menggemaskan.
" Ooo ya ampun,apa anak manis bunda ini masih saja manja? Kau pasti sangat merindukan bunda kan?" Tanya bunda hanya di balas anggukan oleh Sunghoon.
Sunghoon benar-benar memeluk erat bundanya melepaskan rindu bertahun-tahun tak bertemu ia benar-benar seperti tak ingin berpisah lagi dengan bunda.
" Coba sini liat anak bunda... Ooo ya ampun sayang kenapa kau begitu manis? Sudah jangan menangis..." Ucap bunda sambil menghapus sisa air mata pada wajah Sunghoon.
" Bun, bunda kenapa gak pernah jenguk Hoonie lagi? Hiks,Hoonie rindu bunda...Hiks..." Kata Sunghoon dengan nafas tersengal-sengal.
" Maaf ya sayang bunda gak pernah nepati janji... Pasti kamu kecewa sama bunda?" Tanya Bunda yang dibalas gelengan oleh sang anak.
" Eng,nggak kok... Hiks,ka-kata nenek bunda selalu sibuk jadi Hoonie ngerti kok Bun..." Jawab Sunghoon membuat sang bunda semakin tak tega membohonginya.
Sekali lagi bunda memeluk sang anak begitu eratnya. Ia benar-benar menyesal telah melupakan anaknya yang berjuang sendirian. Ia dengan teganya membiarkan anaknya tersiksa dan menahan kerinduan begitu lama ia benar-benar menyesal.
" Nah,sudah... Sekarang Hoonie siap-siap dulu ya... Setelah itu kita makan siang sama-sama... Heeseung tolong antarkan adikmu..." Kata bunda pada salah satu remaja yang duduk tenang di sofa.
" Baik Bu..." Jawab remaja itu lalu membawakan koper Sunghoon. Sedangkan yang memiliki barang masih sibuk menangis sambil memeluk bundanya.
" Loh? Koper Hoonie mau di bawa kemana? Bunda,Hoonie gak diusir kan Bun?" Ucapan Sunghoon membuat seisi ruangan tertawa renyah dengan kalimat yang keluar dari mulutnya yang lucu." Nggak dong sayang... Ini Abang pertama kamu namanya Heeseung,dia hanya mau bantu kamu bawa barang..." Jawab bunda yang sangat gemas pada Sunghoon.
" Sudah ayo... Nangis mulu dari tadi..." Kesal Heeseung tapi ia juga gemas pada Sunghoon.Sekarang Sunghoon dan Heeseung sudah berada di kamar. Sejak tadi Sunghoon tidak berhenti menangis membuat Heeseung jengah.
" Apa air matamu sangat banyak sampai tidak habis-habis airnya?" Tanya Heeseung kesal.
" Hah? Memang air mata bisa habis? Ta-tapi airnya gak bisa berhenti gimana dong bang... Hiks,hiks... Bang gimana ini?" Rengek Sunghoon membuat Heeseung makin gemas.
" Udah jangan nangis,aku juga ngerasain gimana rasa rindu... Apalagi kamu udah bertahun-tahun gak ketemu sama ibu..." Ucap Heeseung yang begitu lembut.
" A-abang gak marah?" Tanya Sunghoon.
" Kenapa marah?" Heran Heeseung.
" Soalnya Hoonie nangis terus dari tadi,kalo Hoonie nangis biasanya nenek marah,emang Abang gak marah?" Tanya Sunghoon lagi.Heeseung diam-diam menggeram emosi, ternyata sang nenek tidak menjaga Sunghoon dengan ketulusan hati melainkan melukainya.
" Sudah jangan nangis,di sini tidak ada yang akan memarahi Hoonie lagi... Udah sekarang kita siap-siap ya..." Ucap Heeseung lembut.
Semua anggota rumah sudah berkumpul di ruang makan tinggal menunggu Heeseung dan Sunghoon yang belum keluar dari kamar.
" Ck,lama banget sih mereka... Jangan-jangan tidur lagi..." Kesal salah satu dari mereka.
" Sabar bang, mungkin Sunghoon nya yang agak rewel..." Ucap Bunda memberi pengertian kepada mereka.
" Aku udah lapar Bu..." Ucap salah satu lagi.
" Iya ibu ngerti kok kalo kalian lapar, mending kalian makan duluan aja... Nanti sisakan buat Abang sama kakak..." Kata bunda.
" Kenapa kakak ke sini sih Bu? Aku gak suka..." Ucap remaja lain lagi.
" Kalian gak boleh benci ya sama kakak kalian... Gimana pun kakak kalian itu beda sama kalian..." Kata bunda lagi membuat mereka bukam.Sebelum ada yang bertanya tiba-tiba Heeseung datang dengan menggendong Sunghoon.
"Loh bang? Kenapa Hoonie nya di gendong?" Tanya bunda.
" Habis jatuh dari kamar mandi..." Jawab Heeseung lalu mendudukkan Sunghoon di salah satu kursi.
" Kok bisa sih Hoonie?" Heran Bunda lalu menghampiri Sunghoon.
" Gak tau Bun, tiba-tiba tadi jatuh..." Jawab Sunghoon sambil cemberut.
" Nggak Bu,tadi dia kesandung gara-gara gak merhatiin jalan..." Jawab Heeseung.
" Lain kali hati-hati ya sayang..." Ucap bunda dengan lembut dia anggukan oleh Sunghoon.
" Loh? Kok tambah lebar birunya,tadi gak selebar itu Bu..." Kejut Heeseung saat melihat ke arah kaki Sunghoon.
" Ah,masa sih bang... Jangan nakut-nakutin Hoonie..." Kata Sunghoon.
" Iya Bu, beneran..." Yakin Heeseung.
" Yaudah bunda panggil tukang urut dulu ya..." Ucap bunda tapi dicegah oleh Sunghoon.
" Jangan Bun,nanti aja... Sekarang bunda makan aja dulu..." Ucap Sunghoon tenang.
" Kalo bunda gak mau Hoonie gak mau makan..." Tambah Sunghoon.
" Yaudah iya..." Akhirnya Bunda mengalah." Baru Dateng aja udah ngerepotin..." Bisik salah satu dari mereka.
~Aei
KAMU SEDANG MEMBACA
Uri Sunghoonie
FanfictionKehidupan yang terombang-ambing bagai ombak air laut. Menerima kekecewaan yang tak pernah usai, selalu mendapat harapan palsu yang sebenarnya memuakkan. Padahal dirinya hanya ingin diakui keberadaanya.