Malam makin larut,udara semakin menusuk dan suasana lebih sunyi. Lampu-lampu sudah mulai padam dan para makhluk telah memasuki dunia mimpi. Tapi tidak dengan remaja yang masih terduduk di ranjang sambil menatap kosong di depannya.
Pikiran Sunghoon berkelana jauh menuntun untuk terus menggunakan otaknya seakan enggan menutup mata.
Tubuhnya terasa lelah bahkan seperti remuk mendekati hancur. Tapi pikirannya lebih kacau,kepala sakit dan akhirnya ia menangis tanpa suara.Flashback on*
Sunghoon dibaringkan secara perlahan di atas ranjang. Bunda datang menghampiri dan mengelus surai lembut sang anak. Tubuh Sunghoon terasa dingin ia ingat bahwa sang anak memiliki riwayat penyakit hipertemia.
Bunda dan Heeseung merawat Sunghoon dengan penuh kasih sayang seakan memanglah itu yang harus ia dapatkan. Dalam keadaan sadar tapi masih menutup mata pada saudaranya masuk.
" Bu, seharusnya ibu bersyukur punya kita yang sehat daripada ngurusin dia yang gak berguna..." Ucap Jungwon lalu disenggol oleh Sunoo.
" Setidaknya dia merasakan rasanya kasih sayang yang selama ini belum pernah dia rasakan..." Ucap bunda sambil menyisir rambut Sunghoon.
" Bu,kenapa sih ibu masih saja terima dia? Udah cukup kita aja jangan bawa beban kayak dia..." Emosi Jungwon.
" Jungwon! Kamu ini kalo ngomong dijaga!" Heeseung tersulut emosi.
" Apa sih bang?! Yang aku omongin bener kan? Dia itu beban dan sampai kapanpun aku gak akan pernah mau anggap dia kakak..." Pancing Jungwon membuat suasana menjadi suram.
" Karena dia emang bukan kakakmu Jungwon... Dia anak bunda,bukan anak ibu..." Kata bunda yang masih fokus pada Sunghoon.
Suasana makin hening bahkan untuk bernafas saja begitu sulit. Jungwon meninggalkan kamar Sunghoon diikuti oleh Niki dan sisanya tetap pada tempatnya.
" Kalian jika ada yang sepemikiran dengan Jungwon maka tunggu tanggal kepergian ibu dan Sunghoon..." Ucap bunda.
Flashback off*
Bukannya merasa lebih baik karena sang bunda membelanya tapi Sunghoon merasa khawatir jika Jungwon semakin membenci dirinya dikemudian hari.
Dia takut, Sunghoon benar-benar tidak ingin dibenci untuk kesekian kalinya apalagi dengan saudaranya sendiri dia tidak mau. Apapun akan dia lakukan asal jangan membenci dirinya.
Langkah Sunghoon mengantarkan ke arah balkon,ia membuka pintu lalu keluar.
Udara dingin menusuk-nusuk kulitnya yang memang sudah dingin. Wajahnya semakin pucat dan matanya terlihat sayu. Seperti tidak mempunyai kehidupan mungkin itu cocok untuk mendeskripsikan keadaan Sunghoon saat ini.
Walaupun waktu sudah memasuki hampir fajar tapi Sunghoon tetap ingin menginjakkan kakinya di balkon.
" Ya Tuhan bantu aku..." Gumam Sunghoon.
(* ̄(エ) ̄*)
Seragam sekolah telah apik digunakan oleh Sunghoon padahal sudah berapa kali ia diperingati untuk tidak pergi ke sekolah. Hanya pada dasarnya Sunghoon memang orang yang keras kepala hingga membuat bundanya menyerah.
" Sarapan yang banyak Hoonie..." Ucap bunda.
" Kenapa gak pake nasi?" Tanya Sunoo melihat piring Sunghoon yang hanya diisi dengan sup tanpa nasi.
" Pengen aja..." Jawab Sunghoon.
" Hoonie,nanti pulang sekolah tunggu bunda ya..." Ucap bunda.
" Gak usah Bun,aku bisa pulang sendiri naik bus..." Jawab Sunghoon.
" Udah gak usah banyak alasan... Nanti Lo drop kita yang susah lagi..." Kata Jungwon.
" Jungwon dimana tatak rama mu?!" Sentak Heeseung.
" Loh? Bener kan bang? Nanti dia yang drop pastinya kita yang susah..." Kata Jungwon lagi.
" Udah jangan bertengkar, Hoonie nanti diantar saja ya sama bang Heeseung..." Ucap bunda dan dibalas anggukan oleh Sunghoon.
(=`ェ´=)
Bel istirahat telah berbunyi tapi Sunghoon enggan untuk beranjak dari bangku nya. Ia tertidur dengan lelap diantara lipatan tangan.Kebetulan kelas juga sedang sunyi dan hanya dirinya yang berada di dalam.
Lalu beberapa siswa masuk ke dalam kelas,ada tiga siswa yang tengah asik mengobrol santai lalu duduk tak jauh dari bangku Sunghoon.
" Jadinya berapa tadi total gwe pinjem duit Lo?"
" Kan udah gwe bilang gak usah diganti..."
" Gak bisa gitu, tinggal bilang aja..."
" Kalo gak salah 56 deh..."
" Ooo tunggu,..."
Percakapan singkat itu membuat tidur Sunghoon terganggu,ia hanya sekedar membuka mata tapi masih dengan posisi yang sama.
" Loh, guys dompet gwe ilang..."
" Ah,yang bener Lo? Jangan ngaco..."
" Ih,beneran... Ini udah gwe acak-acak tapi gak ada..."
" Coba di laci,siapa tau ada di situ..."
" Gak ada,nih kosong..."
Mereka mulai panik dan membantu mencari dompet temannya yang hilang.
" Tunggu,coba kita tanya dia..." Usul salah seorang dari mereka sambil menunjuk pada Sunghoon.
Mereka pun menghampiri Sunghoon.
Brak*
" Heh! Lo kan yang ngambil dompet gwe!" Sentak seorang siswa menggebrak meja hingga Sunghoon terkejut.
" Dompet?" Bingung Sunghoon sambil mengelus dadanya.
" Halah,gak usah pura-pura gak tau Lo... Di kelas ini tadi cuman ada Lo pastinya pelakunya cuman Lo,ngaku!"
" Ta,tapi aku beneran gak tau..."
" Bawa aja dia ke ruang BK, bisa-bisanya murid baru udah berani nyuri..."
" Aku,aku beneran gak tau apa-apa..."
Ketiga siswa itu langsung menarik tangan Sunghoon dengan paksa hingga mereka menjadi pusat perhatian.
Tepat beberapa saat kemudian Jay dan Jake bertemu dengan Sunghoon yang kebetulan mereka adalah OSIS.
" Kak,ini murid baru udah berani nyuri di kelas kita..."
" Eng,nggak... Aku gak nyuri..."
" Halah bohong,Lo tadi sendirian di kelas pasti Lo yang nyuri..."
" Masalah apa lagi yang Lo buat?" Suara Jake membuat kericuhan seketika sunyi.
" Nggak,aku beneran gak nyuri aku gak bohong..." Bela Sunghoon pada dirinya sendiri.
Dengan emosi Jake langsung menarik paksa tangan Sunghoon untuk meninggalkan kerumunan lalu di kejar oleh Jay yang membuat para siswa-siswi kebingungan.
*Drap,drap...
Suara langkah cepat Jake dan Sunghoon berjalan dengan kepayahan untuk mengimbangi. Tak henti-hentinya juga Sunghoon berusaha menjelaskan pada Jake walaupun tidak ada respon sama sekali.
Sampailah mereka di sebuah ruangan yang berada di paling ujung lorong dan seperti jarang ada orang datang ke sana.
* Brak
" Lo bisa gak sih gak bikin malu kita? Masih untung kita mau nampung Lo... Ini belum seberapa, anggap aja ini hukuman buat Lo..." Ucap Jake lalu meninggalkan Sunghoon.
" Jake, Jake aku mohon jangan tinggalin aku... Jake tunggu..." Purau Sunghoon saat pintu sudah tertutup dengan rapat.
* Brak-brak ...
" Buka pintunya Jake buka... Hiks..." Tangis Sunghoon pecah lalu ia merosot ke bawah memeluk kakinya.
" Aku takut,di sini gelap bunda... Takut...Hiks..."
Aei~
KAMU SEDANG MEMBACA
Uri Sunghoonie
FanfictionKehidupan yang terombang-ambing bagai ombak air laut. Menerima kekecewaan yang tak pernah usai, selalu mendapat harapan palsu yang sebenarnya memuakkan. Padahal dirinya hanya ingin diakui keberadaanya.