03

608 42 0
                                    

Pagi itu sedang turun hujan deras membuat siapa saja enggan untuk melepas selimut dan malas turun dari ranjang.

Namun tidak untuk Heeseung,ia sudah bangun sejak beberapa menit yang lalu dan sedang membersihkan diri.

Setelah selesai ia langsung pergi ke dapur untuk memasak sarapan. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin memasak padahal biasanya yang sibuk di pagi hari ibunya dan Jay.
Tapi sejak tadi Heeseung tak melihat keberadaan sang ibu membuatnya makin acuh. Ia sangat kecewa pada ibunya yang ia anggap berhati malaikat dan selalu menjaga anak-anak nya dengan ketulusan hati ternyata menelantarkan salah satu darah dagingnya sendiri.

" Haaah,ibu ada-ada saja..." Gumamnya heran kepada sikap sang ibu.
" Loh bang,tumben masak..." Jay datang lalu langsung mendekati kulkas mengambil air.
" Pengen masak nasi goreng..." Jawab Heeseung.
" Sini biar aku aja..." Kata Jay karena bagaimana pun ia lebih piawai dan merasa bahwa memasak adalah tugas wajibnya.
" Nggak usah, mending kamu mandi sana,masih bau bantal juga udah mau masak..." Ejek Heeseung.
" Yaelah bang,gitu aja pake ngejek... Walaupun aku gak mandi setahun pun ketampanan ku gak bakal ilang bang..." Ucap Jay menyombongkan diri.
" Heleh,gak mandi setahun aja bangga... Udah sana!" Perintah Heeseung lalu di balas cengiran oleh Jay.

Tiba-tiba datang ibu membawa sebaskom kecil yang berisikan air. Entah kenapa Heeseung makin malas untuk melihat wajah sang ibu,tapi ia berusaha menetralkan wajahnya.

" Bang,ibu minta tolong ya masakan bubur buat Sunghoon dia demam soalnya..." Ucap bunda

Awalnya Heeseung ingin menolak tapi mendengar kata Sunghoon sedang demam ia langsung bergegas mencari bahan untuk membuat bubur. Sang ibu pun datang hanya untuk mengganti air lalu pergi lagi menuju kamar Sunghoon.

Semalam seperti biasanya sang ibu mengecek keadaan anak-anaknya terlebih dahulu sebelum ia beristirahat. Tapi saat memasuki kamar anak tengahnya itu perasaan bunda nya Sunghoon sungguh tak enak. Ia melihat wajah Sunghoon begitu pucat dan seperti menggigil,dengan cepat ia mengambil kompres dan memberikan tambahan selimut karena Sunghoon terus bergumam kedinginan.

" Bun-bunda... Ja-ngan tinggalin Hoonie... Hiks..." Lagi sang anak kembali menangis entah untuk keberapa kalinya. Bunda tidak tega melihat Sunghoon dalam keadaan lemah seperti ini, seperti ia merasa kesakitan juga.
" Iya sayang,maaf ya bunda tinggal tadi..." Ucap sang bunda lalu kembali mengompres Sunghoon.

Bunda mendekap Sunghoon berusaha agar mendapatkan kehangatan karena hujan masih belum reda dan malah semakin deras. Ia terus saja menenangkan sang anak yang sejak semalam terus saja bergumam tak jelas sambil menahan rasa sakit.

Beberapa kali juga bunda menelpon dokter pribadi tapi karena masalah cuaca kali ini menjadi hambatan.

Tak berselang lama kemudian saudara Sunghoon yang lain datang saat mendengar bahwa ia sedang demam. Bahkan mereka belum ada yang membersihkan diri kecuali Heeseung dan Jay.

" Bu,ini buburnya..." Ucap Heeseung sambil menyerahkan semangkuk bubur.
" Nah, sayang makan dulu ya... Nanti minum obat dan langsung tidur lagi..." Bujuk bunda yang dibalas gelengan oleh Sunghoon.
" Pu-pusing Bun, Hoonie gak ku-at..." Suara serak Sunghoon seperti rasa sakit bagi mereka yang mendengar.
" Sini Abang bantu,nanti kalo mau muntah bilang ya..." Ucap Heeseung duduk di sebelah Sunghoon dan menyandarkan Sunghoon pada dada bidang nya.
" Di-dingin..." Gumam Sunghoon yang hanya didengar Heeseung.
" Jay, tolong Carikan baju tebal lagi untuk Sunghoon..." Perintahnya pada Jay.

Dengan bergegas Jay menunjukkan lemari Sunghoon dan mencari dua sekaligus baju hangat.

Sunghoon benar-benar terlihat lemah bahkan untuk menelan bubur yang lembut saja ia sangat kesulitan. Dengan pelan dan telaten sang bunda menyuapkan Sunghoon walau Sunghoon lebih banyak jeda dan mengeluh.

Setelah dipakaikan dua pakaian hangat kini Sunghoon menggunakan tiga lapis baju hangat ditambah empat lapis selimut yang bahkan masih membuat nya kedinginan.

" Makin gak tega aku liatnya... Sini Bu biar aku kurangi rasa dingin Sunghoon..." Ucap Jake membuat sang ibu bingung.

Jake menaiki ranjang Sunghoon dan langsung memeluknya erat berharap rasa dingin bergantian dengan rasa hangat dari pelukannya. Tak mau kalah, Sunoo juga ikut naik dan memeluk Sunghoon erat.

" Jangan terlalu kuat meluknya nanti Sunghoon sesak..." Peringat sang ibu yang dibalas anggukan oleh Jake dan Sunoo.

" Yaudah yang lain sarapan dulu aja sana..." Kata Heeseung.
" Mau disini aja bang, nemenin kak Sunghoon..." Jawab Niki.
" Eee, gak-gak... Udah ada Jake sama Sunoo... Cepet sana makan keburu dingin nanti masakan Abang..." Omel Heeseung dibalas gerutu oleh ketiga adiknya.
" Ibu juga sarapan dulu yuk sama yang lain... Biarin Sunghoon istirahat dulu... Kayaknya dia udah agak nyaman..." Kata Heeseung dan ibu langsung menurutinya.
" Nanti kalo ada apa-apa cepet panggil kita... Kalo Sunghoon masih belum baikan kita ganti kalian juga perlu sarapan..." Ucap Heeseung lalu meninggalkan kamar Sunghoon.

Jake dan Sunoo sama sekali tidak menutup mata, mereka masih setia mendengar purauan Sunghoon yang begitu menyiksa seakan mereka juga merasakannya.

" Sa-sakit nek,ka-kaki Hoonie sakit jangan pu-pukul lagi nek,jangan..." Gumam Sunghoon dia bawah alam sadar.

" Bang, kayaknya kak Sunghoon punya trauma deh," bisik Sunoo yang dibalas anggukan oleh Jake
" Kita harus bisa sembuhkan trauma Sunghoon gimanapun caranya..." Balas Jake lalu memberikan kata-kata penenang untuk Sunghoon dan Sunoo pun melakukan hal yang sama.











~Aei

Uri Sunghoonie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang