" Hoonie masih gak mau cerita?" Tanya bunda namun hanya ada keheningan Sunghoon tetap diam di tempatnya menatap cermin di depan.
" Haaah, yaudah kalo Hoonie masih gak mau cerita..." Pasrah bunda tapi elusannya pada pundak Sunghoon tak terlepas hingga terdengar suara lirih yang begitu memilukan.
" Aku mau,hiks... Aku,hiks mau per-gi Bun... Hiks..." Air mata Sunghoon menetes membuat semua yang ada di kamarnya terdiam bersiap untuk mendengarkan kelanjutan kata darinya.
" Kamu mau kemana sayang? Di sini rumah mu?" Tanya bunda,ia berusaha mati-matian untuk tidak menangis dia harus lebih kuat untuk anaknya.
Sunghoon menatap mata sang bunda, cairan bening terus saja meluncur membasahi pipinya. Ada raut kecewa dan putus asa di mata itu. Dan hal itu membuat siapa saja ikut merasakan keputusasaannya.
" Aku... Aku i-ingin bersama kakek... kak-kek pernah Jan-ji ba-hiks bakal jemput aku... Aku mau ikut Bun hiks..." Nafas Sunghoon tersengal-sengal.
" Kamu ini ngomong apa?! Kakek kamu itu udah meninggal! Kamu mau mati?!" Marah bunda lalu bangkit dari duduknya menatap sang anak dengan tajam.
" Aku,aku gak mau di sini Bun... Hiks,tapi kalo aku pergi aku mau kemana? Hiks,semua orang benci sama aku Bun..." Kata Sunghoon sangat lirih meluruhkan perasaan bunda lagi lalu memeluknya erat.
" Bilang sama bunda sayang siapa yang bikin kamu kayak gini? Bilang... Hiks" pecah sudah pertahanan sang bunda. Orang tua mana yang tak tega melihat anaknya sudah berada diambang keputusasaan.
Tubuh Sunghoon begitu bergetar, tangisannya terdengar sangat pilu. Bunda tak kalah bergetar tangannya terus saja mengelus rambut lembut anaknya.
" Seberapa jauh mereka sakitin kamu nak" batin bunda.
(´∩。• ᵕ •。∩')
Setelah menenangkan Sunghoon bunda dan saudaranya yang lain meninggalkan kamarnya. Sang bunda merasa pasti ada yang membuat Sunghoon putus asa. Maka ia akan bertanya langsung pada para anak tirinya.
" Ibu yakin pasti ada yang mancing emosi Sunghoon... Padahal kalian tau kalo dia masih dalam masa pemulihan..." Ucap Bunda.
" Ibu tanya sama kalian semua disini,siapa yang gak suka sama kehadirannya? Apa yang ngebuat kalian gak suka sama dia? Apa dia punya salah sama kalian?" Tanya bunda secara beruntun.
Semua anaknya terdiam tidak ada yang berani bersuara. Suara jam yang menuju waktu tengah malam bagai jawaban untuk mereka karena entah mengapa bibir mereka terasa berat untuk menjawab pertanyaan sang ibu.
" Jawab! Kenapa kalian diam? Harus nya kalian ingat kalo selama ini ibu sudah banyak sibuk sama kalian sampai-sampai ibu melupakan anak kandung ibu sendiri... Tapi ibu hanya sedang berusaha memperbaiki semuanya... Kenapa? Kenapa kalian tega sama anak ibu? Hiks..." Hening,hanya ada suara tangis sang bunda.
Hening hanya ada suasana yang suram diantara mereka. Enggan berbicara bahkan mengangkat kepala melihat suasana saja mereka tidak berani. Karena mereka seakan merasa bersalah untuk kesekian kalinya.
Suara langkah kaki yang terburu-buru terdengar meninggalkan atensi mereka yang hanyut dalam keheningan.
" Bun,bunda..." Deru nafas Sunghoon berburu seakan hampir kehabisan oksigen.
Sang bunda langsung menghampiri anaknya lalu berusaha menenangkan Sunghoon yang tiba-tiba saja datang dengan wajah semakin pucat.
" Kenapa sayang?" Hampir saja bunda ikut panik tapi ia harus berusaha tenang.
" Bun,Bun... Tadi ada yang ngetuk-ngetuk jendela kamar Hoonie..." Ucapnya dengan ekspresi ketakutan.
" Bun, sebenarnya dari semenjak Hoonie Dateng tiap malam pasti ada yang ngetuk-ngetuk jendela kamar Hoonie... Hoonie takut Bun..." Adunya tanpa melepas pelukan sang bunda.
Seketika ingatan para saudara Sunghoon berputar kembali saat malam dimana mereka membicarakan tentang dirinya lalu dia datang meminta tolong pada Heeseung untuk menutup kembali jendela kamarnya. Mereka pikir itu hanyalah angin yang membuat jendelanya terbuka tapi bukankah itu sudah lama sekali? Apa selama ini Sunghoon di teror? Apa dia anak indigo? Pikir mereka yang terlalu berlebihan.
" Udah jangan takut,gimana kalo tidurnya sama bunda aja? Mau kan?" Tawar bunda.
" Mau bunda... Hoaam..." Jawab Sunghoon diselingi dengan menguap.
" Tapi besok harus mau periksa ya..." Tambah sang bunda lalu Sunghoon melepas pelukan mereka.
" Kok gitu Bun..." Keluhnya tak terima.
" Yaudah kalo Hoonie gak mau bunda juga gak mau temani Hoonie tidur..." Kata bunda lalu hendak meninggalkan Sunghoon.
" Jangan gitu dong Bun... Iya deh Hoonie mau..." Pasrahnya sambil memajukan bibir nya karena kesal.
" Nah,gitu dong... Yaudah ayo kita tidur... Kalian juga cepat tidur jangan ada yang begadang..." Ucap bunda tak lupa mengingatkan para anaknya.
Setelah bunda dan Sunghoon pergi mereka yang masih duduk di tempat saling pandang memandang. Tapi ada dua orang yang masih saja menundukkan kepala.
" Jungwon,Niki jangan bilang kalian yang membenci Sunghoon..." Ucap Heeseung tiba-tiba membuat kedua pemilik nama itu menegang.
" Jadi beneran kalian... " Tambah Jay karena tidak ada jawaban dari kedua pelaku.
" Tapi kita gak suka karena ada Sunghoon,dia udah ngambil perhatian kalian sama ibu... Aku takut Abang semua lupa sama kita, karena gimanapun kita yang lebih butuh perhatian... " Suara sang bungsu membuat Jungwon disebelah nya semakin menunduk.
" Terus selama ini apa kita pernah memperlakukan kalian seperti itu? Apa pernah kita mengabaikan kalian? Ingat baik-baik perkataan Abang... Kita gak ada hak buat mengambil semua perhatian dari ibu karena ibu itu bukan ibu kandung kita,ingat kalian bahwa disini yang hanya anak kandung ibu adalah Sunghoon... Dan Abang gak pernah membeda-bedakan adik-adik Abang, semuanya Abang kasih perhatian dan kasih sayang sama rata... Tapi kalian benar-benar membuat Abang kecewa... Untuk kesekian kalinya..." Kata Heeseung terdengar lembut namun tegas lalu ia meninggalkan ruang keluarga.
Terdiam,semua yang ada di ruangan itu kembali hening. Jungwon dan Niki semakin merasa bersalah lalu ditatap sebal oleh saudara lainnya.
" Renungkan kesalahan kalian..." Ucap Jay lalu meninggalkan ruangan diikuti saudara Jake dan Sunoo.
" Gini amat bang... Tapi, gimanapun emang salah kita..." Sesal Niki.
" Haaah,capek gue..." Keluh Jungwon lalu menyandarkan tubuh ke sofa.
Aei~
Typo banyak
KAMU SEDANG MEMBACA
Uri Sunghoonie
FanfictionKehidupan yang terombang-ambing bagai ombak air laut. Menerima kekecewaan yang tak pernah usai, selalu mendapat harapan palsu yang sebenarnya memuakkan. Padahal dirinya hanya ingin diakui keberadaanya.