Melani melirik ke arah jendela. Kisi-kisi di atasnya masih gelap. Artinya belum pagi. Kenapa Agas tiba-tiba bangun dan seperti ketakutan begitu?
Wanita itu terheran-heran melihat pakaiannya sudah bertumpuk di atas kasur. Semalam jelas dia mencampakkannya sembarangan di lantai. Bahkan beberapa langsung disobek paksa oleh lengan berotot kekasihnya itu.
Apa jangan-jangan Agas ingin melakukan kegilaan mereka lagi? Jadi Agas ragu karena kasihan padanya yang merasa sedikit lelah. Sesungguhnya, Melani tak keberatan.
"Ayang?" gumam Melani dengan suara lembut, mencoba menyadarkan kebingungan pria yang terduduk di tepi ranjang itu.
Namun, reaksi yang didapat justru sangat berbeda. Agas mundur menghindar.
“Pakai bajunya, Ukhti eh Mbak….”
“Mbak?” Ada tawa renyah terdengar. “Lo pengin kita roleplay dulu? Lo jadi berondong gitu?” Wanita cantik itu mengerling manja dan hendak menjulurkan jemari lentiknya ke perut berotot Agas yang tersembunyi di balik handuk.
"Tolong jangan mendekat!" tolak Agas. Dia bangkit dan berjalan ke sudut kamar. Suaranya serak dan mata yang tak mau menoleh ke wajah Melani.
Melani terkejut. "Ay, lo sakit?” Wanita itu bangkit dan mengabaikan permintaan Agas untuk memakai baju.
Akibatnya, Faiz tambah kelimpungan. Pria yang bahkan tidak pernah disentuh dan menyentuh yang bukan mahram sejak kecil itu akhirnya berlari masuk ke kamar mandi dan menguncinya dari dalam.
“Pakai baju dulu!” seru Faiz panik dari kamar mandi.
“Ini lo mau main roleplay? Serius? Peran gue apa?” Melani masih berpikiran positif.
Sejenak keheningan menyergap sebelum suara Agas kembali terdengar. “Iya. Aku ingin Mbak pakai baju lengkap dulu. Yang panjang. Pakai kerudung!”
“Hah?”
Akhirnya setelah membongkar isi lemari bajunya, Melani menemukan baju panjang dan kain panjang yang harusnya untuk syal leher. Biarlah. Asal Agas senang. Pria itu selalu mampu membuat batinnya terpuaskan dengan cara yang unik dan berbeda.
Setelah mengetuk pintu kamar mandi memberi tahu dirinya sudah berpakaian lengkap, Faiz pun baru memberanikan diri keluar. Dia sudah mandi besar mensucikan tubuhnya. Kepalanya sakit sekali harus melihat aurat pria lain meski secara teknis, ini sudah menjadi tubuhnya sendiri.
“Apa kita mau main satu ronde lagi?” Melani menyeringai penuh hasrat.
“Astagfirullah!” Faiz mengelus dadanya berusaha menenangkan diri. Matanya mencari-cari T-shirt atau apa pun di lantai.
Ada.
Bergegas dia ambil dan mengenakannya. Lengkap dengan celana panjang dan jaket kulitnya.
Melani merasa ada yang tidak beres. Selama ini, Agas selalu hadir dengan ide-ide liar. Belum pernah mereka main roleplay ala dua orang alim. Ini tidak membuatnya nyaman. Nuraninya terusik.
Dirinya memang bejat, tapi tidak berusaha menutupi kelakuannya. Melani bangga memiliki hidup bebas bersama Agas. Karena itu, sikap Agas pagi ini terasa janggal. Meskipun ada ketidakpastian yang melanda diri, Melani mencoba untuk tetap tenang.
"Sudahlah, Ay. Ini ribet!” Melani menarik kerudungnya lepas. “Kalau lo mau kita main lagi, ayo aja. Enggak usah ribet pakai kerudungan!”
“A-apa semalam….”
“Yes, as usual, you made me fly to heaven. Don’t you remember?” terang Melani dengan sabar, mencoba mengingatkan Agas tentang malam sebelumnya.
Namun, Melani bisa melihat reaksi Agas masih penuh kebingungan. Dia terlihat tidak nyaman dan gelisah. "Tidak, ini tidak mungkin," bisiknya dengan suara gemetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Playboy TAMAT
ParanormalFaiz terkejut kala terbangun dalam keadaan telanjang bulat bersama seorang perempuan yang juga tidak berbusana. Parahnya, dia adalah seorang Gus sekaligus penceramah agama yang dihormati, lulusan salah satu universitas ternama di Arab Saudi. Belum...