Pagi itu, pesantren diwarnai dengan berita bahwa Gus Faiz—pemuda yang disegani banyak orang di pesantren—jatuh dan mengalami luka di pipi. Syukurlah, hasil pemeriksaan dokter menyatakan bahwa kondisinya baik-baik saja. Tidak ada cedera serius, hanya pipi yang lebam dan bengkak cukup besar. Berita ini menenangkan hati banyak orang, tapi tidak dengan Nurul. Kabar aneh ini semakin membuatnya bertanya-tanya. Apa ini jawaban istikharahnya? Bahwa Faiz terluka wajahnya dan tidak mau menikahinya? Atau justru dirinya harus merasa kasihan dengan luka pria itu? Allahualam.
Agas, yang ada di dalam tubuh Faiz, memanfaatkan perhatian semua orang di rumah sakit. Rasa senang melingkupinya karena banyak yang mengira dirinya adalah Gus Faiz, sosok terpandang dan berwibawa. Agas pun pulang dari rumah sakit pagi-pagi sekali dengan perasaan jumawa. Bahwa dia akan segera mendapat perhatian Nurul dan membuat perempuan bercadar itu menggeliat di atas ranjang menyebut namanya. Ah, nama Faiz maksudnya, tapi tak apalah. Agas tetap menantinya.
"Kenapa Nurul nggak nengok gue, sih?" Agas mengeluhkan ketiadaan Nurul di rumah sakit. "Yang nengok laki semua. Sepet mata gue!"
Faiz yang sedang membaca Al Quran menghentikan bacaannya di ayat terakhir dan berkata, "Cuma semalam saja menginapnya. Lagi pula, bukan jam jenguk. Yang boleh nengok hanya petinggi pesantren. Pun kamu lama di rumah sakit, ya jelas nggak akan ada akhwat yang datang. Kalian bukan mahram. Bahkan Ustadzah Nurul juga tidak akan melakukannya." Faiz sudah lelah dengan sikap Agas yang seenaknya. Sekarang pria itu pasrah dan menggunakan jalur langit. Memohon agar Allah memberikan mukjizat dan mengeluarkannya dari masalah pelik ini.
Agas berdecak. Setidaknya dia masih bisa berada di pesantren ini. Sikap Faiz yang menarik diri dari dirinya juga membuat Agas semakin besar kepala.
"Ya udah, gue jalan-jalan dulu."
"Saya ikut."
Agas menekan bahu Faiz dan memaksanya kembali duduk. "Lo dilarang keluar kamar, kan? Kalau ketahuan, lo bakalan diseret balik ke sini, kok!"
Kali ini Faiz hanya bisa beristighfar dan kembali meneruskan bacaannya dan berdoa kalau Agas tidak melakukan hal buruk dengan tubuhnya.
***
Di sisi lain, dengan memanfaatkan posisi Faiz, Agas mulai semakin nekat. Ini hari libur. Tidak ada kegiatan mengajar. Santri hanya melakukan murojaah di kamar masing-masing. Pagi itu, Agas berniat untuk mengunjungi Nurul di asrama guru, meskipun ia tahu ini melanggar aturan ketat pesantren. Namun, Agas tidak peduli. Menggunakan pesona tubuh Faiz dan aura kewibawaannya, Agas merasa bisa mengakali siapa pun yang akan menghalangi jalannya.
Dengan langkah penuh percaya diri, ia memasuki kawasan kos putri. Benar saja, satpam mengizinkan masuk ketika Agas beralasan ada hal penting yang harus disampaikan tentang keluarganya pada Nurul sebelum pernikahan. Tak lupa ucapan terima kasih berupa lembaran dua puluh ribu pada masing-masing satpam. Uang Faiz tentu saja.
Suara ketukan pintu terdengar lembut ketika Agas mengetuk kamar Nurul dan mengucap salam. Tentu saja Nurul terkejut bukan kepalang. Jarak antara kamar kos dan pos satpam cukup jauh hingga dia bebas tidak berjilbab di dalam kamar. Dan sebelum masuk ke lorong, ada pintu lagi yang melindungi dari pandangan luar. Tidak pernah ada laki-laki yang menjejakkan kaki ke lorong meskipun seorang Gus maupun guru besar. Kenapa Faiz tiba-tiba di sini?
"Kenapa Gus Faiz ke sini?" bisik Nurul memakai cadarnya.
Melani membuka mulut penuh keterkejutan. Faiz? Itu berarti Agas, kan?
"Gus Faiz? Kenapa datang ke sini? Ini arena khusus akhwat!" tanyanya terkejut. Hati Nurul semakin penuh dengan perasaan ganjil yang sulit dijelaskan.
Agas tersenyum tenang, seakan yakin bahwa ia bisa mengendalikan keadaan. "Calon istriku, aku hanya ingin berbicara. Aku ingin kita lebih dekat, sebagai calon suami-istri," jawabnya dengan nada menggoda yang tidak biasa. Hilang sudah alasan soal keluarga yang diucapkannya pada satpam. Cara bicaranya dibuat sesopan mungkin, tapi tetap memancing.
Nurul merasakan ketidaknyamanan yang semakin dalam. Ia mundur selangkah, mencoba menjaga jarak. "Gus... ini tidak pantas dilakukan. Apalagi di kos putri... sebaiknya Gus pulang."
"Kenapa? Satpam mengizinkan."
"Lo pasti bikin alasan, kan?"
Suara Melani menyentak Agas. "Lo.. eh.. Kamu... kenapa ada di sini?" Pria itu mendelik ingin menghajar Melani atas perbuatannya kemarin telah membuat pipinya bengkak. Namun, dia tidak mungkin melakukan itu di depan Nurul.
"Gus kenal dengan Mbak Melani?"
"Di-dia..." Agas berdeham "Dia kekasihnya Agas. Tidak ada hubungannya denganku."
Mendengar kalimat itu, dada Melani seperti dicubit. Agas benar-benar sudah tidak memedulikannya dan sudah memiliki incaran baru. Nurul, gadis yang benar-benar polos dan tidak pantas bersanding dengan jiwa Agas yang kotor! Melani memang iri pada Nurul, tapi dia tidak rela kalau perempuan sebaik Nurul harus dirusak oleh Agas!
Namun, Agas tak menggubris. Ia justru maju mendekati Nurul, mencoba meraih tangannya. "Nurul, kenapa kamu selalu menjauh dariku? Bukankah kita akan segera menikah?"
Nurul semakin ketakutan. Sesuatu dalam dirinya menyadari bahwa lelaki di depannya ini bukanlah Faiz yang ia kenal. "Gus, tolong jaga jarak!" Nurul menggigit bibir yang tersembunyi di balik cadar. "Akhirnya istikharah saya sudah jelas. Saya sudah yakin untuk membatalkan khitbah kita!"
Kata-kata itu seketika membuat wajah Agas berubah. Rasa marah dan tidak terima memenuhi hatinya mengubah perangai pura-puranya. "NGGAK BISA GITU DONG! LO NGGAK BISA SEENAKNYA MAIN BATAL!!" ujarnya sambil menarik tubuh Nurul mendekat dengan kasar.
Nurul menjerit, berusaha meronta sambil menarik tangannya yang ditahan oleh Agas. Melani langsung bangkit dan ikut mendorong tubuh Agas sekuatnya. Namun, tenaga Agas yang penuh amarah begitu kuat. Dia menarik cadar Nurul dan membuat paras cantiknya terbuka. Nafsu berahi Agas yang sudah ditahan berhari-hari memuncak. Pikirannya gelap. Dia langsung mendorong tubuh Nurul hingga terjengkang ke lantai.
081124
Trope populer Wattpad apa lagi, ya?
Saya mau coba buat cerita baru setelah ini tamat.
Kalau ada kritik dan saran tentang bagaimana saya menulis dan kisah ini, boleh ditulis. Saya akan sangat berterima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Playboy TAMAT
ParanormalFaiz terkejut kala terbangun dalam keadaan telanjang bulat bersama seorang perempuan yang juga tidak berbusana. Parahnya, dia adalah seorang Gus sekaligus penceramah agama yang dihormati, lulusan salah satu universitas ternama di Arab Saudi. Belum...