16. Di Balik Pertengkaran

29 5 2
                                    

Melani menyeret koper merah mungilnya sepanjang jalan besar. Mobil yang cewek itu kemudikan tidak bisa masuk ke gang pesantren dan harus diparkir sekitar dua ratus meter di jalan besar. Dalam hati, cewek itu menggerutu kenapa Agas bisa terjebak di tempat seperti ini. Apa benar dia kesambet malaikat?

Pesantren yang dia tuju ada di sebelah kanan dan sudah mulai terlihat. Mata Melani menyipit ketika menyaksikan sosok yang sangat dia kenal tengah berdiri di hadapan seorang pria yang baru saja direbut rokoknya.

Alis Melani menukik tajam. Kenapa Agas malah membuang putung rokok dan menginjaknya dengan ekspresi kesal? Padahal biasanya pria itu malah meminta rokok juga. Aneh. Melihat ada gelagat tidak beres, Melani memutuskan bergerak melambat dan mengangkat kopernya yang memang tidak begitu berat karena hanya berisi tiga set pakaian. Mengendap cewek itu menyembunyikan diri di balik batang pohon tepat di sebelah taman. Ekspresi Agas yang kesal dan pria asing yang justru mengingatkannya pada Agas, membuat Melani bingung. Apa pria itu saudara Agas?

Kedua pria jangkung itu berdiri berhadap-hadapan dengan tatapan saling menusuk. Melani berhenti sejenak. Mata cewek itu memperhatikan dengan saksama. Dia mendengarkan setiap kata yang mereka lontarkan meskipun masih dalam jarak yang aman. Tak lupa Melani menyalakan ponselnya untuk merekam dan disembunyikan di saku blazernya. Dia khawatir pria itu akan menyakiti Agas. Jika begini, dia punya bukti untuk menolong kekasihnya jika ada masalah.

Suara Agas terdengar tegas, tapi penuh kecemasan. "Jaga bicaramu! MELANI HAMIL!" raungnya.

Melani menganga mendengar bagaimana Agas malah menceritakan soal kehamilannya pada orang asing. Bukankah dia berniat menjadikan ini rahasia antara mereka saja?

Yang aneh, Agas terlihat gugup. Sesuatu yang tidak pernah dilihat Melani sebelumnya. Sementara pria bersorban putih di hadapannya, justru menguarkan kesan acuh tak acuh yang pekat.

"Ya sudah, kalau lo merasa gue ribet, suruh aja Melani gugurin kandungannya. Beres, kan?" sahut pria bersorban dengan nada yang dingin dan tanpa empati, seolah-olah mengusulkan solusi yang begitu saja tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain.

"Tidak! Aku tidak akan pernah setuju dengan itu. Kita harus bertanggung jawab atas tindakan kita," balas Agas dengan tegas, menunjukkan ketidaksetujuannya yang kuat.

"Kita?" tawa pria itu pecah. "Yang hamilin Melani kan lo! Ya lo aja yang tanggung jawab!"

Agas lagi-lagi menggeram. Melani tidak pernah melihat Agas kefrustasi ini sebelumnya. Dan kenapa Agas malah bilang kalau mereka lah yang menghamilinya. Melani tidak mabuk saat mereka bercinta. Mereka juga bukan kembar hingga Melani tak bisa membedakan wajah keduanya, walaupun ada aura sejenis Agas di pria bersorban itu. Yang janggal lagi, kenapa cara bicara Agas jadi begini sopan sementara lawan bicaranya justru mirip Agas?

"Ya, kan? Paling gampang, lo aja yang nikahin Melani! Gue gak mau terlibat dalam masalah ini!"

Melani menanti reaksi Agas berikutnya. Namun, kekasihnya itu tetap bergeming.

Pria bersorban putih tertawa keras. "Gue udah bilang berkali-kali, Faiz. Itu urusan lo sekarang. Kenapa juga lo bawa-bawa gue ke dalam masalah lo sendiri?"

Melani bisa melihat Agas menggeram sebelum melayangkan tinju ke muka pria bersorban. "JAGA MULUTMU, GAS! KAMU YANG MENGHAMILI MELANI DENGAN TUBUH INI! TERUS KAMU MALAH NYURUH AKU MENIKAHI PEREMPUAN YANG BAHKAN BELUM PERNAH AKU SENTUH!"

Pria bersorban tampak tidak rela dipukul dan hendak menonjok balik. Akan tetapi, perhitungannya meleset. Agas mampu menangkis dan langsung membanting pria bersorban itu ke tanah. "LEPASIN GUE, BAJINGAN! FAIZ! LEPASIN GUE!"

Jemari Melani yang menggenggam koper terlepas. Dia membeku berusaha memahami apa yang terjadi. Seperti khayalan yang tidak terasa nyata. Namun, kalau dipikir-pikir itu memang terjadi. Suara yang keluar dari tubuh Agas itu terdengar begitu berbeda. Nada bicara Agas menjadi sopan dan baku meski di saat dia marah. Benarkah yang bicara di tubuh itu adalah Faiz? Itu berarti Agas benar-benar tidak menganggapnya sebagai kekasih dan hanya sebatas FWB seperti yang mereka utarakan sebelumnya? Rasa marah bercampur rasa penasaran menggiringnya semakin dekat. Ia memutuskan untuk tidak lagi bersembunyi.

Gus Playboy TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang