3

2.9K 297 31
                                    

8 Januari
1151 words
.
.
.

Wei Wuxian terus tersenyum sepulang dari Gusu.

Kadang-kadang cengengesan sendiri dan tiba-tiba merona. Mirip remaja yang sedang kasmaran, padahal dirinya sudah bukan remaja lagi.

Sang asisten- Wen Ning -menatap bosnya dengan tatapan heran. Wei Wuxian memang orang yang ramah, tapi kalau untuk terus-terusan senyum seperti ini pasti otaknya sedang korslet atau paling tidak bosnya itu dapat lotre.

"Bos? Kau baik-baik saja?". Tanya Wen Ning hati-hati, sebenarnya sedikit menyeramkan ketika melihat Wei Wuxian saat ini.

Bagaimana tidak, dengan segelas coklat panas yang masih terisi penuh ditangannya, ia tersenyum malu-malu, kadang terkekeh sembari menutup mulutnya dengan punggung tangan dan tersipu.

Sial, Wen Ning tidak yakin apakah pulang dari Gusu bosnya itu salah makan.

"Bos?". Panggil Wen Ning kembali karena tidak Wei Wuxian tidak kunjung merespon pertanyaan pertamanya.

Di panggilan kedua pun Wei Wuxian masih belum merespon dan sibuk tersipu.

"Bos?! Kau baik-baik saja?". Tanya Wen Ning kembali sembari menggoyangkan bahu Wei Wuxian, tiba-tiba si asisten bermata lucu itu takut kalau bosnya kesurupan.

Walaupun kelakuan bosnya sebelas dua belas sama setan. Kurang ajar.

Wei Wuxian tersentak kaget dan melotot kepada si pelaku yang tak lain adalah asistennya sendiri.

"Tck! Apa mau mu? Kau mengganggu ku! Kembali bekerja sana!", Usir Wei Wuxian kepada Wen Ning sembari mendelik.

"Astaga bos! kau tahu betapa takutnya aku jika kau kesurupan tadi?". Protes Wen Ning.

"Matamu kesurupan! Sembarangan sekali kalau bicara!". Sahut Wei Wuxian dengan judes.

"Lalu kau yang senyum-senyum sendiri tadi itu apa namanya? Jatuh cinta?". Tanya Wen Ning dengan sarkas, tiba-tiba Wei Wuxian terdiam dengan pipi yang merona.

Wen Ning melotot melihatnya. Sialan, pakah pertanyaannya tepat sasaran?

Dengan tergesa si pria pemilik mata bulat yang lucu itu menghampiri bosnya dan ikut duduk disebelahnya.

"Jangan bilang kalau kau benar-benar sedang jatuh cinta?". Gumam Wen Ning yang masih bisa di dengar Wei Wuxian.

Wei Wuxian tertunduk sembari meraba-raba gelasnya. Wen Ning kembali melotot. Ternyata tebakannya benar.

"Siapa wanita sial yang mencuri hatimu bos?". Tanya Wen Ning dengan tatapan tidak percaya, kini giliran Wei Wuxian yang melotot.

Dengan sayang ia menggeplak kepala si asisten, membuat Wen Ning meringis.

"Kurang ajar sekali mulut mu itu! Minta di sekolahin ha?". Tanya Wei Wuxian sarkas.

"Lagi pula aku jatuh cinta dengan seorang pria. Memangnya ada wanita yang lebih cantik dariku?". Lanjut si cantik sembari bertanya dengan sedikit narsis.

Tapi itu memang benar adanya, para karyawan perempuan di kantornya merasa minder jika berdekatan dengan bos mereka. Bukan karena bau duitnya yang menguar, tapi karena tampang  bos mereka yang cantiknya luar binasa untuk ukuran seorang pria melebihi kecantikan seorang wanita.

"Iya si paling cantik". Cibir Wen Ning sembari memutar bola matanya malas.

"Jadi, mau bercerita?". Tanya Wen Ning, Wei Wuxian kembali tersipu.

"Kemarin itu- ".

...***...

Lan Xichen sudah siap dengan barang dagangannya di gerobak. Sayur-sayur segar yang ditanam di pegunungan Gusu, masih basah dan berwarna cerah.

Oh, my Lan Zhan!! [WangXian] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang