29

1.7K 207 8
                                    

29 Januari
1217 words
.
.
.

Madam Yu memandang pintu kamar Jiang Cheng dari lantai satu. Sejak malam sebelumnya ketika Jiang Cheng pulang larut diantarkan Lan Xichen, pintu itu belum terbuka sampai sekarang. Terkunci dari dalam. Di gedor-gedor pun tidak ada sahutan.

Ada yang aneh dengan putra bungsunya!

Dan ia harus cari tahu. Kepada siapa ia akan bertanya?

Tentu saja Lan Xichen adalah yang pertama.

"Madam, tuan muda tidak mau membuka pintunya. Saya panggil-panggil juga tidak ada sahutan". Ujar seorang asisten rumah tangga yang  bekerja di rumah keluarga Jiang, diketahui namanya bibi Sisi.

"Benar-benar tidak ada sahutan apapun bi?". Tanya si madam.

"Iya madam". Jawab bibi Sisi.

Madam Yu menggigit kukunya, kebiasaan buruk ketika ia sedang cemas.

"Kalau si Chenchen lewat, suruh dia ke sini. Bilang saya yang minta. Saya mau cari suami saya dulu". Ujar madam Yu, diangguki oleh bibi Sisi.

"Baik madam, laksanakan".

"Ah, lihat suami saya tidak?". Tanya madam Yu lagi.

"Tuan besar di belakang madam, habis mandikan cinta, melati sama putri". Jawab bi Sisi, madam Yu mengernyitkan dahinya.

"Ngapain dia? Anaknya sedikit aneh dan gawat sekarang, dia malah bermain dengan ketiga setan kecil itu?". Pekik madam Yu sembari menyusul tuan Jiang di halaman belakang yang katanya habis memandikan si cinta, melati sama putri.

jika kalian bertanya-tanya siapa mereka bertiga? Mereka adalah anjing milik Jiang Cheng yang berkelamin jantan.

Lupakan madam Yu yang sebentar lagi pasti akan meledak, bi Sisi langsung melaksanakan tugas dari majikannya. Wanita paruh baya yang bergaya nyentrik itu melesat keluar rumah dan berdiam diri di pinggir jalan, menanti kedatangan si tukang sayur tampan sesuai perintah madam Yu, sekalian dirinya modus juga.

Astaga bi.


...***...

Di ruangan yang gelap itu Jiang Cheng meringkuk di dalam selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Tubuhnya menggigil, matanya kosong. Tidak jarang dirinya menangis dalam diam, beruntung tidka histeris sampai menjambak rambutnya. Hanya saja, level depresi Jiang Cheng diam-diaman.

Sesungguhnya Jiang Cheng terguncang.

Secara mental maupun fisik.

Sudah hampir dua hari dirinya mengurung diri di dalam kamar, tanpa makan dan minum. Berkali-kali juga ia bisa mendengar suara ibunya atau ayahnya dan asisten rumah tangganya memanggil dirinya, mengantarkan makanan untuknya.

Tubuh pemuda itu yang sedikit mengurus kembali bergetar. Mengingat peristiwa yang merusak hidupnya tempo hari. Kelima orang bedebah itu menggerayangi tubuhnya dan hanya ketua mereka mengambil kesuciannya, beruntung kedatangan polisi berhasil menyelamatkannya. Jika tida, kondisinya mungkin lebih parah dari ini, ia mungkin tidak bisa berlari menemui Lan Xichen malam itu.

Mengingat kembali pria tampan itu membuat Jiang Cheng kembali menangis.

Walaupun si sulung Lan itu berkata akan menikahinya, Jiang Cheng merasa tidak pantas. Dirinya sudah kotor dan merasa tidak pantas untuk pria itu, juga kemungkinan besar Lan Xichen seperti itu atas dasar kasihan atau sekedar balas budi terhadap orang tuanya.

Jiang Cheng bangkit, keluar dari buntalan selimut yang mengurungnya selama ini. Ia berjalan ke arah meja belajarnya dan meraih sebuah cutter yang tergeletak disana.

Oh, my Lan Zhan!! [WangXian] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang