40

1.6K 183 11
                                    

12 Februari
1160 words
.
.
.

Waktu terus berlalu, hari berganti hari sampai bulan berganti bulan dan tidak terasa si cantik Wei Wuxian yang tengah hamil kini menginjak usia lima bulan kehamilannya.

Perutnya terlihat membuncit lucu dan kecantikannya tambah menguar, apalagi dengan rambutnya yang ia biarkan memanjang. Sungguh, jika orang asing yang melihat pasti mereka mengiranya itu bumil bukan pamil.

Selama itu pula Lan Wangji yang berstatus sebagai menantu keluarga Wei menggantikan posisi sang istri di perusahaannya sembari melanjutkan jenjang pendidikannya. Katanya biarlah Lan Wangji yang bertanggung jawab sepenuhnya mengurus semua harta perusahaannya, Wei Wuxian ingin pensiun saja dan menjadi istri yang hanya menunggu kepulangan suaminya di rumah.

Sebentar, memangnya kapan kau pernah bekerja dengan serius?

Rasanya selalu Wen Ning yang melakukan pekerjaanmu.

Dan siapa sangka, Lan Wangji ternyata seorang yang jenius berotak cerdas.

Sedangkan untuk Lan Xichen juga tidak lagi menjadi pedangan setelah menikahi bungsu Jiang itu dan tidak pula bekerja di bawah pimpinan mertuanya. Akan tetapi ia membantu sang adik di perusahaan, intinya Lan Xichen dan Jiang Cheng juga ikut ke Yunmeng bersama Lan Wangji dan Wei Wuxian.

Kesampingkan itu, mari kita bahas si cantik yang tengah berbadan dua saat ini.

Pria cantik yang membawa sebuah nyawa lain di perutnya itu kini tengah berbaring dengan malas di sofa ruang tengah, televisi di hadapannya menampilkan acara gosip yang membicarakan pasangan fenomenal abad ini, siapa lagi kalau bukan Wang Yibo dan istrinya Wang-Xiao Zhan yang baru saya pulang berbulan madu dari luar negeri, kembali ke tanah air membawa kabar bahwa istrinya tengah mengandung buah hati mereka yang ke dua.

"Perasaan aku yang menikah waktu itu, tapi mereka yang berbulan madu". Gumam Wei Wuxian dengan malas.

"Kau sedang apa?". Tanya Jiang Cheng yang baru kembali dari dapur membawa segelas susu ibu hamil.

"Aku sedang menonton televisi". Jawab Wei Wuxian.

"Ini minumlah". Jiang Cheng menyodorkan segelas cairan berwarna coklat itu kepada Wei Wuxian yang di terima oleh si pamil.

"Terimakasih A-Cheng".

"Mn, sama-sama".

Hening sesaat diantara mereka, Wei Wuxian diam Jiang Cheng juga diam. Mereka sama-sama diam dan televisi menonton mereka. Iya, televisinya yang menonton mereka, kalian tidak salah baca.

Ngomong-ngomong soal kehamilan, Wei Wuxian tidak pernah merasakan gejala apapun yang dirasakan setiap ibu hamil, ia hanya merasa berat badannya bertambah dan perutnya membesar. Sudah, itu saja.

Wei Wuxian tidak pernah ngidam apalagi mengalami yang namanya morning sickness. Iya Wei Wuxian tidak, tapi Lan Wangji yang mengalami semua itu. Lan Xichen sampai harus sujud syukur karena melihat adiknya yang mengeluarkan beragam ekspresi.

"Ah! Aku punya ide". Seru Wei Wuxian tiba-tiba duduk dengan tegap.

Jiang Cheng melirik pamil itu sekilas dengan malas kemudian melanjutkan kegiatannya mengganti saluran televisi dengan random.

"A-Cheng dengar kau harus tahu ini!". Ujar Wei Wuxian dengan nada semangat.

"Hm?". Jiang Cheng membalas dengan gumaman malas.

"Ayo kita keluar, aku sangat bosan di sini. Temani aku belanja ya?". Pinta Wei Wuxian dengan puppy eyes-nya mencoba meluluhkan hati si bungsu Jiang.

"Shit! Jangan menatapku seperti itu sialan!".

Oh, my Lan Zhan!! [WangXian] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang