18

2.1K 259 22
                                    

20 Januari
1123 words
.
.
.

Lan Wangji untuk kesekian kalinya dibuat terkejut oleh semua hal tentang Wei Wuxian. Dirinya tiba-tiba merasa minder dan kecil.

Si tampan melirik Wei Wuxian yang berwajah cerah lewat ekor matanya.

Saat ini mereka telah sampai di mansion milik keluarga Wei, yang mana papa Wei Cangze dan mama Cangse Sanren sudah menunggu kedatangan mereka di dalam sana.

"Lan Zhan selamat datang di rumahku. Ah, tidak. Ini rumah orang tuaku, aku masih belum punya rumah". Sahut Wei Wuxian dengan senang, tangannya terus menggenggam erat tangan besar dan kasar milik Lan Wangji selama perjalanan dari bandara sampai rumahnya saat ini.

"Mn". Lan Wangji bergumam menanggapi sahutan si cantik.

Mereka berdua melangkahkan kaki menuju pintu besar berwarna hitam di depan sana. Seketika pintu itu terbuka dari dalam, dan tampaklah para pelayan yang berjejer rapi. Berseragam hitam putih, sisi sebelah kiri pelayan laki-laki dan sisi sebelah kanan pelayan perempuan.

Lan Wangji diam seribu bahasa. Wei Wuxian ini benar-benar bukan orang sembarangan ternyata. Jadi untuk apa Wei Wuxian berbohong tentang dirinya sendiri kepada ia dan kakaknya?

Wei Wuxian menghela nafas pasrah di samping Lan Wangji, genggaman tangannya pada tangan si tampan mengerat. Seperti yang ia duga, orang tuanya pasti sudah mengetahui semuanya.

Hidupnya memang tidak pernah bisa lepas dari yang namanya mata-mata sang mama. Ya mama Cangse kan khawatir, tidak akan membiarkan anak perawa— ah maksudnya anak perjaka nya yang cantik jelita sampai kenapa-napa. Makanya dipantau terus.

Di ujung sana, di depan tangga besar yang melingkar, mama Cangse dan papa Wei sudah menuggu kedatangan anaknya bersama dengan calon menantu mereka. Uhuk, calon menantu.

"A-Ying selamat datang kembali nak". Sahut mama Cangse sembari menghampiri putranya yang sudah berjalan mendekat dengan seorang laki-laki di gandengannya. Matanya melirik sekilas pada laki-laki yang ternyata adalah Lan Wangji itu.

'Astaga, ternyata aslinya sangat tampan. Apa kameraku kurang bagus ya?'. Batin mama Cangse.

"Mama, aku merindukanmu". Ujar Wei Wuxian kemudian melepaskan genggaman tangannya beralih memeluk sang mama.

"Ah yang bener? Sepertinya kamu malah betah disana?". Tanya mama Cangse dengan nada main-main sembari melirik Lan Wangji yang berdiri tidak jauh di belakang Wei Wuxian.

Wajah cantik pria berusia dua puluh lima tahun itu merona, dan mama Cangse menyeringai melihatnya. Ia tersenyum mengejek kepada putra semata wayangnya.

"A-Ying selamat datang kembali". Sahut tuan Wei yang tidak lain adalah papa Wei Cangze, yang sedari tadi terdiam di depan tangga dan kemudian berjalan menghampiri mereka.

"Papa~". Wei Wuxian melepaskan pelukannya pada sang ibunda dan beralih memeluk sang ayahanda kemudian.

Tuan Wei tersenyum tipis sembari menepuk-nepuk pelan punggung putranya.

"Apa A-Ying tidak mau memperkenalkannya kepada kami?". Tanya papa Wei yang membuat Wei Wuxian teringat bahwa ia pulang kali ini tidak sendirian.

Kemudian Wei Wuxian melepaskan pelukannya dan berjalan kembali menuju Lan Wangji yang sedari tadi diam dengan wajah datar menyaksikan reuni keluarga yang sedikit membuat dirinya iri.

Wei Wuxian menggandeng kembali tangan si tampan dan membawanya ke hadapan kedua orang tuanya.

"Ma, Pa. Ini Lan Zhan. Ah maksudku Lan Wangji, dan dia banyak membantuku selama di Gusu". Ujar Wei Wuxian seraya memperkenalkan Lan Wangji kepada kedua orang tuanya.

Oh, my Lan Zhan!! [WangXian] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang