31

1.8K 210 8
                                    

1 Februari
1127 words
.
.
.

Kedatangan Lan Wangji beserta rombongan keluarga Wei membuat heboh Relung awan. Karena ada tiga mobil hitam yang mengkilap memasuki pemukiman itu dan berhenti di depan rumah kecil milik kakak beradik Lan.

Ngabisin jalan itu mobil.

Kenapa ada tiga? Karena papa Wei membawa seta ajudan dan anak buahnya. Katanya untuk berjaga-jaga.

Dan saat ini mereka sudah berada di depan rumah kecil milik pemuda tampan itu, dengan Wei Wuxian yang bertingkah seolah pemilik rumah membuka pintu yang terkunci itu dengan kunci cadangan yang ia pegang.

Ngomong-ngomong itu milik Lan Wangji.

"Ini rumahmu?". Tanya papa Wei.

"Mn, maaf kalau kecil". Jawab Lan Wangji. Papa Wei menggeleng.

"Kenapa kau meminta maaf huh? Dan lihatlah tingkah anak itu seolah ia pemilik rumah". Ujar mama Cangse.

Lan Wangji tersenyum tipi kemudian menyusul Wei Wuxian ke dalam diikuti kedua orang tua Wei Wuxian.

"Lan Zhan, kakak tidak ada di rumah". Ujar Wei Wuxian yang tiba-tiba muncul dari balik gorden tipis pembatas dapur dan ruang tengah.

"Kakak berjualan".

Karena memang jam sembilan pagi itu Lan Xichen biasanya masih berjualan sayur, si sulung baru akan pulang sekitar jam setengah sebelas.

Wei Wuxian ber-oh ria.

"Ah, tuan dan nyonya Wei silahkan duduk. Buat diri kalian senyaman mungkin, mau minum apa?". Tanya Wei Wuxian sembari tersenyum, udah kayak tuan rumah aja.

Mama Cangse mencibir sembari mendelik melihat kelakuan putranya. Ketiga orang berbeda gender dan usia itupun duduk di sofa yang ada di sana, lebih tepatnya hanya orang tua Wei Wuxian yang duduk di sofa. Sedangkan Lan Wangji duduk di kursi single di sisi lain.

"Hilih, lihatlah kelakuanmu itu nak. Mendalami peran sebagai nyonya rumah eh?". Tanya mama Cangse dengan senyum jahil miliknya.

"A- apa sih ma! Sudahlah aku akan mengambil minum untuk kalian". Wei Wuxian yang merona karena di ledek sang ibu pergi ke dapur sembari menghentak-hentakan kakinya kesal.

Papa Wei mengedarkan pandangannya, melihat rumah kecil milik Lan Wangji.

"Kau tinggal di sini sedari kecil?". Tanya papa Wei.

"Mn". Jawab Lan Wangji singkat.

Kemudian hening setelah itu tidak ada percakapan antara Lan Wangji yang memang tidak pernah membuka topik awal dengan papa Wei yang sedikit canggung karena sifat si tampan.

Sedangkan mama Cangse tengah asyik melihat-lihat album foto milik keluarga Lan yang entah bagaimana bisa ada di bawah meja televisi. Wanita itu cekikikan sendiri, sesekali berkomentar memuji betapa tampannya kedua kakak beradik itu sejak lahir.

Kemudian Wei Wuxian datang dengan sebuah nampan berisi empat gelas dengan cairan berbeda warna.

"Silahkan tuan, nyonya, minuman anda".

"Sableng kau, anakku bukan sih?". Papa Wei mencibir, Wei Wuxian hanya tersenyum lebar menampilkan sederetan gigi putihnya, terlihat dengan jelas kedua gigi kelinci miliknya yang menggemaskan.

Kemudian Wei Wuxian mengambil duduk di sisi sofa yang paling dekat dengan Lan Wangji.

"Kalian mau tidur di mana nanti pa?". Tanya Wei Wuxian.

"Kami akan mencari hotel terdekat". Jawab papa Wei kemudian menyeruput kopinya.

"Kalau begitu di hotel yang kemarin saja aku tinggal di sana". Ujar Wei Wuxian, papa Wei mengangguk.

Oh, my Lan Zhan!! [WangXian] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang