Satu pukulan jarak jauh berhasil membuat Mina meringkus. Penglihatannya sudah buram.
Mina menyodorkan gelang di tangan, berharap gelang itu membantunya sialnya tidak muncul apapun.
Felix siuman, berusaha meraih pergelangan Mina di sisi kasur nya. "Mi-mi-mina?" lirih Felix.
Salah satu Tey mengempis, menatap tajam. Membuat Felix bungkam. Mina ingin berteriak kala satu seragan di berikan pada cowok itu. Kasihan sekali keadaan nya, Mina takut Felix tak kuat menahan rasa sakit.
Tapi Mina salah. Felix berusaha berbicara, matanya tidak terpejam. Mina sedikit menengok ke arahnya, ia tersenyum tipis meski bibirnya sudah banyak keluar darah segar.
"Menyerahlah Minari." Bagan mendekat perlahan, nafasnya menderu. Felix tidak bisa mengekspresikan wajah kagetnya, ini terlalu lama untuk tenggelam dalam pikiran. Felix merangkak, mendekat ke sisi Mina. Mina meneguk saliva, ia meyakinkan Felix untuk berani.
"Cih, dasar sok kuat. Kau tahu sesuatu Minari? Kau pada dasarnya hanya seorang yang lemah, Kau terlalu polos dan bodoh," ucap Bagan meremehkan.
Mina tertawa serak, bibirnya melengkung sempurna. "Kau yang bodoh Bagan. Bahkan kini Kau tidak berhadapan dengan seorang Minari, tapi seorang Rea. Hello, my name is Rea. Do you understand?"
Bagan menggerutu. "Saya tidak percaya denganmu!"
"Kau ahli sihir terbodoh! Apa ilmumu tak bisa mengetahui jiwa asli seseorang, heh?" tanya Mina penuh penekanan. Felix menyipitkan mata, berusaha mencerna apa yang terjadi. Ini tidak terlalu buruk dibandingkan tadi, pembicaraan ini mengalihkan pertarungan.
"Sejujurnya Bagan, kalau jiwaku bukan Minari yang Kau cari, apa yang Kau akan lakukan? Bukankah ini sia-sia saja?" lanjut Mina bertanya.
Bagan meluruskan tangannya ke atas. Menengok pada Tey. "Bawa mereka ke penjara atas, tidak peduli bagaimana keadaan mereka. Biarkan saja," titah Bagan di angguk hormat.
Felix mengenggam erat pergelangan tangan Mina. Pas sekali mereka bersiaga. Sinar merah muncul di hadapan, sinar itu seperti angin yang bisa menelan siapa saja. Di sisinya ada kumpulan debu-debu. Felix menatap tak percaya ketika dia menyuruh mereka masuk kedalamnya.
Felix menggeleng, Mina tetap pada pendirian. Ia yakin disana jauh lebih baik, dan tanpa berlama-lama mereka tersedot kedalam lubang.
Bagan berteriak amarah pada Tey yang tak mau mengejar, bahkan secepat kilat cahaya itu menyusut.
"Apa yang kalian lakukan, kenapa tidak mengejarnya bodoh!"
Semua Tey menunduk lemah. Bagan mengeluarkan suara menakutkan.
"Kenapa kalian tak mencegah pintu portal!!" bentak Bagan, menyambar satu sihir pada mereka. Dia mengibaskan jubahnya, matanya menyala dan menendang seluruh benda yang ada. "BODOH KALIAN!" bentak Bagan sekali lagi membuat para Tey semakin menunduk.
***
"MINAAAAAAA." Felix, cowok itu berteriak histeris kala melewati portal lorong badan nya berputar-putar.
"SIALAN LO MIN, KALAU ADA MASALAH JANGAN MENGAJAK ORANG." Mina kini bisa tertawa sedikit, lega sekali bisa lolos dari si tua bangka.
Cahaya kembali terbuka, angin semakin menarik mereka keluar ke tujuan.
Mina menatap lamat-lamat, mereka pun terdampar di suatu tempat asing.
"Arghh, gue masih hidup kan?" monolog Felix, meringis kepala.
Sekeliling mereka tampak jeruri besi, berisi manusia tengah terduduk lemah di ruangan sempit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Indigo [Sudah Terbit]
FantasyIni kisah Rea gadis kota yang pemberani masuk ke raga Mina seorang indigo yang sama sekali tidak ia kenal dan memiliki puluhan rahasia. Perjalanan Rea menjadi petualangan dengan misteri dan fakta paranormal yang harus ia pecahkan satu persatu, bahka...