Mina menatap rak buku. Malam ini ia keluar untuk menjelajahi ketenangan malam, lagi.
Semua buku terlihat kuno, bahkan sampul buku miliknya sendiri banyak terjejer disana.
Jam besar di ujung menunjukkan pukul 11:00 malam. Mina mengurai rambutnya yang panjang, duduk di karpet merah.
"Hei Nak, kamu sedang apa?" bisik emban yang lewat membawa nampan berisi kopi. "Eh Bi, aku sedang membaca buku,"jawab Mina matanya menyipit, tersenyum.
"Semalam ini?"
"Tidak masalah bukan," gumam Mina. Ruangan yang begitu besar jika sedikit mengeraskan suara akan menggema.
"Bawa saja bukunya ke kamar. Itu akan lebih baik," tutur Emban. Mina memiringkan kepala bingung. "Mengapa Bi?"
"Jika sudah beranjak esok, para leluhur terdahulu melintasi lorong ini." Emban terdiam, mengusap ujung rambut Mina. "Apa kau tidak akan takut?" lanjut dia bertanya.
"Tidak. Aku sudah terbiasa." Mina meraih tangab Emban, meyakinkan dirinya.
"Baiklah, selamat malam." Emban tersenyum lalu pergi, ketika Mina merasa punggung emban semakin memudar ia tersenyum kecut. "Ga perlu takut, tadi aja lo ngomong sama Jin kok. Idih," batin Mina untuk dirinya sendiri.
Ia mengeluarkan posisi buku paling belakang, buku berjudul Berontak Istana membuat Mina terpukau isi di dalamnya, menjelaskan elemen-elemen makna istana. Berjam-jam ia larut dalam pikirannya sendiri sampai lupa sudah berdiri puluhan menit.
Klontang
Mina tersentak, menengok spontan ke arah suara. Terlihat sinar biru di sudut persimpangan lorong, menampakkan sosok tinggi putih.
"Sudah datang kah para leluhur dahulu?"
Mina mengumpat dibalik lemari, mengamati apa yang sosok itu lakukan.
Sosok tersebut berhenti pada sebuah patung besar menggantung di tembok.
Mereka mengeluarkan mushaf Al-Qur'an dari kantong, jelas sekali mata Mina terbelalak, apa itu? Dia Jin muslim?
Mina membalikkan badan, mengeluarkan buku diary. Mencatat apa yang terjadi.
"Weh, lo ngapain jongkok disitu sih?" tanya seseorang membuat Mina melompat kaget. "Stt lo keluar dari kamar ngapain." Terlihat disana Akhtar keluar dari kamar, alasannya ingin mencari udara segar.
"tu tuh liat tuh ada... Eh? Kok hilang." Mina mengernyit, sosok tadi hilang seketika.
Akhtar celingak-celinguk mengangkat bahu. "Apaan sih, ga ada apapun kok."
"Jelas ada tadi."
"Ada apa emang tadi?"
"Enggak, ga jadi. Lo si udah mirip setan, bikin kaget aja," ucap Mina berdusta.
Akhtar memajukan bibirnya. "Udah dibilang baca buku boleh, tapi jangan kemalaman."
"Diem ah, sok tahu."
"Ckckck, kalo tiba-tiba pertarungan itu di percepat mampus dah lo!"
Baru saja berhenti berbicara satu detik.
Dor
Diharapkan pada seluruh anggota istana, di luar gerbang ada penyerangan. Harap berhati-hati, kunci pintu ruangan masing-masing.
"Penyerangan? Kok omongan gue nyata sih."
"Tau ah, omongan tuh doa. Makan tuh kenyataan."
"Minari, kenapa masih di luar, masuk ke kamarmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Indigo [Sudah Terbit]
FantasyIni kisah Rea gadis kota yang pemberani masuk ke raga Mina seorang indigo yang sama sekali tidak ia kenal dan memiliki puluhan rahasia. Perjalanan Rea menjadi petualangan dengan misteri dan fakta paranormal yang harus ia pecahkan satu persatu, bahka...