Tidak jauh dari sana, Mina mengusap dagunya yang sudah robek, Ratu Iguelen tengah menyiapkan sihir hebatnya.Kaki Ratu pincang, ia tidak bisa bangkit menolong Mina. Pertumpahan darah sudah terlanjur terjadi.
"Mina!" Felix berteriak, masih menangkis pasukan penyerang. Mina menggeleng menyarankan mereka agara tidak menyelamatkan dia, karena keadaan sudah berbahaya.
Mina menutup mata, mengeluarkan segala sihir yang tiba-tiba saja muncul tanpa berlatih. Ia hanya sempat membaca beberapa artikel sihir tadi malam.
"Kau hanya seorang indigo biasa selama ini. MENGAPA KEKUATAN SIHIR ADA PADAMU HEH!"
Mina menggeleng lemah, pandangannya kabur, Bagan terus-menerus meluncurkan sihir.
"Mengapa sejak hari itu kau mengeluarkan sihir gadis kecil?" Bagan mendekat, mengusap darah disekitar dagu dengan kukunya yang panjang. "Selama ini kau tinggal didunia manusia. Kenapa bisa!" bentak Bagan sekali lagi. Menodong kepala Mina, ia menyoroti mata Bagan tajam.
"Kenapa kau tidak menjawab saya gadis kecil?" Bagan berteriak kencang, entah urat suaranya hilang atau tidak.
Mina menatap benci, rasa sakitnya terasa ringan dibandingkan rasa benci.
Akhtar berlari ke arahnya, tidak ada yang menyerang kala Akhtar mendekati Mina. Tapi itu salah.
Felix yang ada di sana di tangkap olehnya menggunakan akar benalu. Ia tertawa renyah, sisi licik tua bangka itu menjengkelkan.
"Akan kubunuh temanmu ini Gadis kecil."
Sekali menyerang Bagan langsung menyiksa Felix, mempererat ikatan rumputnya.
"Beberapa menit lagi, tali benalu ini akan mencekik temanmu. Tapi kalau kau ingin mengikuti perintahku, akan kubebaskan dia."
Mina terdiam, memberhentikan penyerangan. Bersitatap dengan Akhtar. Sementara Felix bersuara parau, "Jangan ikuti kemauannya."
Kebingungan menghampiri mereka, Mina tidak mengerti apa yang harus ia putuskan. Felix temannya tidak mungkin ia kembali tanpa membawa Felix. Namun jika menuruti perintah Bagan apakah semuanya akan berjalan lebih baik?
Mina menghembuskan nafas berat. "Lepaskan dia Bagan, aku akan menuruti perintahmu." Akhtar melirik kaget, begitu pula para Prajurit yang setengah sadar mendengar keputusan itu.
Bagan tersenyum licik. "Baiklah Gadis." Felix di lepaskan, Akhtar menghampiri. Meski dimata Felix ia merasa kecewa. "Kenapa lo lakuin ini Min?" Mina berjongkok, tersenyum meyakinkan. "Jangan khawatir. Kita jalani saja dulu," tutur Mina Akhtar mengangguk setuju.
Senyuman itu tak pertahan lama, di luar sana dentuman hebat mengguncang mereka. Air laut masuk seketika. "Apa yang terjadi? Bukankah istana ini menggunakan perisai anti air?" tanya Akhtar, air melahap setengah badan mereka.
"Bagaimana ini, kita hanya manusia biasa kan," desis Felix bangkit.
Ratu mengacungkan lengan, Mina mendekat. "Ada apa wahai Ratu?" Mina meraih lembut jari jemarinya. Ratu memberikan ia sebuah kunci kuno berwarna keemasan.
"Portal aka kembali tiga hari kedepan. Sebelum itu pergilah ke tempat lain lewat kunci ini."
"Kau adalah keturunan leluhurku, aku bersamamu selama ini didunia manusia. Mungkin saat ini waktunya diriku pergi, Minari."
"Maaf Ratu. Tapi aku bukan Minari, aku Rea. Aku bukan Minari milikmu. Aku bertransmigrasi, walaupun mustahil tapi—"
"Aku sudah tahu."
"Demi mengembalikan jiwa Minari, ikuti saja alur ini. Mina memang sedang dikurung di suatu tempat bahkan aku pun tak tahu dimana. Kekuatan yang amat besar, diperkirakan dia adalah Raja Jin kafir di samudera Hindia dalam."
"Lalu aku harus apa untuk kesana?"
Belum sempat Ratu menjawab, ia menghadapi kematiannya.
Mina membeku, kini pasukan mereka benar-benar menipis.
"Apa yang terjadi?" Akhtar mendekati, menyumpal hidung agar tak terhirup air.
"Ratu meninggalkan kita."
"Tidak mungkin," jawab Felix dan Akhtar hampir bersamaan.
Mina melamun sendu. Air semakin membuat mereka sesak.
Anggota Bagan tidak merasakan apa-apa, mereka memiliki kekuatan layaknya seorang Jin.
Sinar merah muncul dari mahkota Ratu. Semakin besar hingga membentuk cahaya portal seperti sedia kala mereka datang kemari.
Di sana mereka bergegas loncat, anggota Bagan tidak sadar mereka melarikan diri.
Mina berteriak, kali ini lebih mainstream. Pusaran angin bercampur air membuat mereka merasakan panas di hidung. Air laut mengikuti tujuan mereka.
Tidak lama, mereka turun di suatu hutan. Baju ketiga anak tersebut basah kuyup.
Mereka mengendik geli, pepohonan hutan sangat aneh, hewan-hewan seperti burung bertubuh besar, Mina mendongak ke atas. "Apakah itu sekelompok burung?"
"Tidak itu dinasaurus berjenis microraptor."
"Apa? Apa hewan itu karnivora?"
"Mungkin. Tapi sepertinya dia suka daging kecil."
Ketiga anak itu berlari, ngeri membayangkan jika mereka dimakan oleh makhluk aneh tersebut.
Mereka kehilangan arah, tidak tahu harus kemana. Semakin dalam rasanya mereka memasuki kawasan hutan lebat, Mina menetralkan nafas, matanya lelah.
"Apa yang kita harus lakukan?"
Mina mengeluarkan sebuah kunci, tidak ada cahaya ataupun yang lain. Dia melamun selintas teringat sesuatu. "Buku coklatku pasti hanyut disana," keluh dia menunduk.
Felix dan Akhtar terdiam, tidak tahu harus merespon bagaimana. Buku coklat memang tertinggal di istana, kini hanya ada sebuah kunci kuno.
Tapi kesedihan mereka tidak berlama-lama. Dinasaurus yang mereka takuti datang berbicara layaknya manusia. Menawarkan tumpangan diatas badan nya yang besar dan empuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Indigo [Sudah Terbit]
FantasyIni kisah Rea gadis kota yang pemberani masuk ke raga Mina seorang indigo yang sama sekali tidak ia kenal dan memiliki puluhan rahasia. Perjalanan Rea menjadi petualangan dengan misteri dan fakta paranormal yang harus ia pecahkan satu persatu, bahka...