Lembar 1

54 9 0
                                    

"Jam berapa kamu boarding, Sayang?" Hwanwoong menjepit ponsel di antara kepala dan bahunya saat ia memindahkan kantong belanja ke tangan kirinya.

"Ah, okay. Nanti jangan lupa untuk kabari aku jika ada waktu luang....Ya, aku hendak kembali ke rumah....Mh-hm, iya iya, okay."

Mata Hwanwoong yang tadinya fokus menatap jalanan saat sedang menelpon kekasihnya, kini beralih menatap sebuah mobil hitam yang tampak berjalan pelan. Dan benar saja, mobil itu berhenti di depannya.

Dua orang pria turun dari mobil tersebut dan menghampiri Hwanwoong. Hwanwoong tak menaruh curiga karena tampilan dua pria tersebut seperti layaknya pria biasa.

"Permisi, Tuan. Maaf sebelumnya, untuk pergi ke Grand Station arahnya kemana, ya?" tanya salah satu dari dua orang pria tersebut. Sontak Hwanwoong mengangguk dan mengalihkan pembicaraan ke telepon sejenak guna meminta izin pada kekasihnya, yaitu Seoho, untuk meladeni dua pria itu.

"Sebentar ya, Sayang. Ada orang yang bertanya arah ja-mmmm!!!"

Tanpa Hwanwoong sangka, satu dari dua pria tadi membekap mulut Hwanwoong saat Hwanwoong tengah berbicara dengan Seoho. Seketika itu juga ponsel beserta kantong belanjaan yang Hwanwoong bawa jatuh ke tanah.

Hwanwoong berusaha meronta-ronta, tapi sialnya saat itu keadaan jalanan tengah kosong sehingga tak ada orang lain yang melihat atau membantunya.

Sementara itu, satu pria lainnya sudah terlebih dahulu berjalan masuk ke bagian kemudi dan menunggu di dalam, sedangkan pria yang membekapnya berusaha mendorong Hwanwoong ke arah kursi mobil bagian belakang.

Tanpa diduga, Hwanwoong menggigit tangan yang digunakan pria itu untuk membekap mulutnya, kemudian ia menendang kemaluan pria tersebut sehingga dirinya dapat lolos.

Hwanwoong pun berlari sekuat tenaga ke sisi jalan dan menerobos hutan yang ada di depannya.

Satu pria tadi berlari mengejarnya diikuti pria yang lainnya di belakang sana.

Jantung Hwanwoong berdegup kencang disertai air mata yang bercucuran. Ia ketakutan, sangat ketakutan. Rasa takutnya itu membuat tubuhnya hampir lemas. Akan tetapi insting bertahan hidupnya memaksa kedua kaki Hwanwoong untuk terus berlari tak kenal lelah menerobos pepohonan yang lebat dan gelap. Hingga tanpa ia sadari di depan sana terdapat sebuah jurang-atau mungkin turunan--yang tidak terlalu terjal namun cukup untuk membuat dirinya jatuh berguling-guling. Hwanwoong jatuh terjerembab ke bawah sana

"Akhh!!!"

Hwanwoong meringis saat tubuhnya terpelanting dan terkapar di atas tanah. Jurang itu tidak terlalu dalam sehingga Hwanwoong masih selamat. Akan tetapi, tubuhnya dipenuhi luka-luka karena tergores ranting pepohonan dan batu-batu.

Suasana saat itu sangatlah gelap, hanya bulan purnama yang menjadi sumber penerangan di kala itu. Mata Hwanwoong tidak terlalu tanggap melihat kondisi sekitarnya, yang ia ketahui hanyalah dirinya berada di dasar jurang yang cukup lapang.

Kemudian dari atas sana ia melihat dua kepala pria tadi melongok ke bawah menyoroti keberadaan Hwanwoong. Dengan sekuat tenaga Hwanwoong berusaha bangkit untuk melarikan diri jika saja dua pria itu turun dan hendak menangkapnya.

Namun, belum sempat tubuhnya bangkit, dari arah seberang ia melihat bayangan sepasang sayap yang terbentang di angkasa dan terbang mendekat ke arah dua pria tadi. Benar saja, dua penculik itu berlari menjauh saat melihat hewan--atau entah makhluk apa itu--terbang ke arah mereka.

'Sial!' batin Hwanwoong. Setelah penculik, kini ia harus menyelamatkan diri dari seekor burung atau hewan buas yang mungkin saja akan memangsanya malam ini.

Hwanwoong menyeret tubuhnya yang penuh luka sambil berkali-kali menengok ke atas, memastikan hewan itu tidak kemari.

Sedetik kemudian, matanya tak sengaja menangkap sosok pria dengan rambut hampir sebahu dari atas sana yang tengah berdiri dan melihat dirinya di tepi jurang.

Hwanwoong menyipitkan mata sesaat, ia sangat yakin orang itu bukanlah salah satu dari dua penculik tadi. Baju dan tampilannya jelas berbeda.

"T-Tolong!! Tolong aku, kumohon!" rintih Hwanwoong pada pria tersebut. Akan tetapi tubuh Hwanwoong langsung membeku kala mendapati bayangan sepasang sayap muncul dari balik punggung sosok tersebut. Sosok itu pun terbang dan mendarat di samping Hwanwoong, begitu cepat hingga Hwanwoong tak sempat mencerna apa yang ia lihat barusan.

Hwanwoong masih terdiam mematung antara ketakutan, putus asa, dan kaget. Sosok itu lalu menggendong tubuh Hwanwoong dengan tangan yang masing-masing berada di bawah lutut dan bawah leher Hwanwoong, ala bridal style. Hal terakhir yang Hwanwoong ingat adalah sayap besar dengan bentuk menyerupai sayap kelelawar yang berwarna hitam kemerahan terkena pantulan sinar bulan. Sedetik kemudian Hwanwoong kehilangan kesadarannya di dalam gendongan sosok itu.






To Be Continued....

Into The Blood Moon •ONEUS•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang