Lembar 4

39 8 2
                                    

“Kau sudah siap?” tanya Leedo pada Hwanwoong. Saat ini mereka berdua tengah berada di balkon kastil, Leedo akan mengantar Hwanwoong pulang.

Leedo pun mendekati Hwanwoong lalu menggendong Hwanwoong ala bridal style. Sementara Hwanwoong menatap ke arah lain tanpa mengalungkan tangannya ke leher Leedo atau semacamnya. Ia merasa sedikit canggung berada dalam posisi demikian.

Kemudian Leedo mulai membentangkan sayapnya dan mengepakkan sayapnya sehingga tubuh mereka berdua terangkat.

Dari situ Hwanwoong baru menyadari bahwa sayap Leedo sangatlah kuat, hanya dengan satu kepakan sayap dapat mengangkat beban tubuh Leedo dan tubuhnya.

Leedo pun terbang melintasi udara. Hwanwoong melirik ke bawah dan jantungnya berdegup kencang, ia tidak biasa dengan ketinggian.

Sepertinya Leedo menyadari hal tersebut. Ia pun mengeratkan pegangannya pada tubuh Hwanwoong.

“Kita akan terbang lebih tinggi supaya aku dapat melihat arah kotamu dengan mudah,” ujar Leedo kemudian tubuhnya terangkat di udara lebih tinggi dari sebelumnya.

Kesiur angin malam menerpa wajah Hwanwoong. Rasanya dingin, sama seperti kedua tangan Leedo yang terasa dingin menggendong tubuhnya.

Ujung bibir Hwanwoong terangkat saat matanya menatap cahaya kota yang tampak berpendar dari kejauhan. Semuanya terlihat jelas dari atas sini. Ini pertama kalinya Hwanwoong menyaksikan pemandangan yang demikian.

“Indah sekali ...” gumam Hwanwoong.

Leedo mendengarnya dan tersenyum samar. Ia terbang ke arah cahaya perkotaan.

“Apa kau tahu titik lokasi tempat tinggalmu jika dilihat dari sini?” Leedo memelankan lajunya ketika mereka sudah berada sekitar 10 kilometer dari pinggir kota. Leedo membiarkan Hwanwoong menatap sekitarnya.

Hwanwoong tampak berpikir sejenak kemudian mengangguk. “Iya, ke arah sana,” jawab Hwanwoong sambil menunjuk arah selatan.

“Baiklah.”

“Leedo, kamu mau antar aku sampai rumah? Bagaimana jika ada orang lain yang melihat kita?”

Pandangan Leedo beralih ke Hwanwoong dan ia tersenyum. “Tenang saja, aku memiliki kekuatan untuk membuat diriku tak terlihat. Aku bisa mengaktifkannya saat terbang.”

Hwanwoong terdiam. Bukan, bukan karena jawaban Leedo. Melainkan dirinya salah fokus karena ia baru menyadari bahwa Leedo memiliki fitur wajah yang sempurna untuk dikatakan tampan sebagai seorang manusia. Meskipun kulitnya putih pucat tak seperti kebanyakan manusia, namun hal tersebut tak membuat ketampanannya hilang.

Wushhh!!

Hwanwoong tersadar dari lamunannya saat Leedo terbang dengan kecepatan penuh. Sayapnya bergerak membelah udara dan melintasi pepohonan di bawah mereka.

Beberapa saat kemudian Hwanwoong merasa tempat tinggalnya sudah dekat, tanpa Hwanwoong sadari Leedo telah mengaktifkan mode menghilangnya sejak tadi. Hwanwoong pun menunjukkan jalan pada Leedo. Hingga sampailah mereka tak jauh dari sebuah gedung.

Leedo langsung terbang lebih rendah dan pelan, hingga mereka mendarat di rooftop sebuah gedung. Leedo pun menon-aktifkan kekuatan tak terlihatnya, lalu menurunkan Hwanwoong dari gendongannya.

“Sudah sampai.”

“Terima kasih. Sejujurnya, tadi itu pemandangan yang menakjubkan. Baru pertama kali ini aku 'terbang' sungguhan,” celetuk Hwanwoong diakhiri kekehan ringan.

“Ini juga pertama kalinya aku mengunjungi kota manusia setelah 200 tahun lamanya. Banyak yang berubah, terutama bentuk bangunan.” Mata Leedo mengedar ke sekelilingnya, mengamati kemajuan peradaban manusia setelah ia bersembunyi dan mengisolasi diri dari manusia selama 200 tahun lebih.

Into The Blood Moon •ONEUS•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang