Lembar 10

21 6 2
                                    

"Leedo?"

Mata Hwanwoong terpaku menatap Leedo di atas panggung yang kini tengah menari bersama pemeran lainnya. Bahkan beberapa kali Hwanwoong mencoba mengedipkan mata untuk memastikan bahwa ia tidak salah melihat.

“Ada apa, Sayang?” tanya Seoho yang menyadari tingkah aneh kekasihnya itu.

Sementara Hwanwoong menggeleng dan tersenyum tipis, “Tidak, aku hanya kagum pada kostum mereka,” jawab Hwanwoong.

Mereka pun lanjut menonton teater hingga selesai. Meskipun sejujurnya ada seribu pertanyaan yang bersarang di benak Hwanwoong kala itu.

Menit demi menit berlalu, hingga sampailah mereka di penghujung pertunjukan teater. Semua orang berdiri dan bertepuk tangan dengan meriah, merasa puas dengan pertunjukan malam itu.

“Sayang, aku ingin permisi ke toilet sebentar,” ujar Seoho pada Hwanwoong. Hwanwoong pun mengangguk.

“Iya, nanti aku tunggu di depan pintu ruang teater,” jawab Hwanwoong.

Matanya menatap Seoho yang kini berjalan menjauh ke pintu keluar. Setelah dirasa tubuh kekasihnya itu telah hilang di balik pintu, kini atensi Hwanwoong sepenuhnya tertuju pada panggung yang saat ini telah tertutup tirai panjang.

Hwanwoong harus menemui Leedo!

Hwanwoong pun berjalan membelah keramaian, langkah kakinya membawa ia untuk pergi ke backstage demi memastikan bahwa aktor yang berada di atas panggung tadi adalah Leedo.

Ketika ia memasuki backstage, matanya mengedar menatap sekitar. Kemudian pandangannya itu tertuju pada seseorang yang tengah membelakanginya. Ah, dia kenal betul siapa pemilik punggung tegap itu.

Dengan jantung yang berdegup kencang, perlahan-lahan ia menghampiri orang itu.

“... Leedo?” panggilnya pelan.

Lantas pria itu berbalik badan, seketika itu pula dua pasang mata bertemu kembali.

“Hwanwoong!” seru Leedo dengan wajah sumringah. Bahkan ia reflek membawa tubuh mungil Hwanwoong ke dalam dekapannya.

Tanpa sadar Hwanwoong terhanyut dalam dekapan pria Blood Demon itu. Ia memejamkan mata sejenak, tak dapat menampik rasa rindu yang membuncah di dalam dada.

Hingga sebagian kesadarannya berteriak bahwa apa yang ia rasakan tak seharusnya terjadi. Hwanwoong pun membuka kembali matanya dan menjauhkan tubuh Leedo darinya.

Astaga, apa yang barusan aku lakukan? Batin Hwanwoong.

“Leedo, b-bagaimana kamu bisa berada di sini??” cerca Hwanwoong dengan suara agak pelan, takut terdengar orang lain.

“Panjang jika kuceritakan sekarang. Yang jelas seseorang bernama Xion menawariku untuk menjadi figuran.”

“Oh! Jadi pria yang Xion maksud itu kamu!” Hwanwoong menunjukkan ekspresi terkejut.

“Kau kenal Xion?” tanya Leedo.

“Tentu. Dia itu sahabatku.”

****

“Hey, Xion. Sini,” panggil staff penanggungjawab acara kepada Xion yang tengah berjalan di lorong.

“Ya, ada apa?”

“Ini bayaran untuk si aktor baru. Sampaikan juga terima kasih padanya karena telah membantu pertunjukan malam ini.”

“Baik.”

Into The Blood Moon •ONEUS•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang