Lembar 3

26 6 0
                                    

“Kemana perginya yang lain? Kenapa hanya kamu seorang?”

“Ras kami dibantai oleh kalian, manusia, saat terjadi konflik ratusan tahun lalu. Termasuk kedua orangtuaku, hanya aku satu-satunya yang tersisa. Selain Blood Demon, ada ras lain yang dibantai habis-habisan seperti ras Elf, mereka sudah lama punah akibat konflik tersebut.”

Seketika, wajah Hwanwoong menunjukkan raut bersalah dan sedih. “Maafkan kami. Aku tidak pernah tahu soal itu. Tapi yang jelas aku berbeda dengan mereka, aku tidak akan menyakitimu selama kamu tidak menyakitiku.”

“Tidak apa-apa. Aku paham tidak semua dari kalian seperti itu.”

Hwanwoong tersenyum tipis mendengar jawaban Leedo. Tiba-tiba wajahnya menjadi murung dan Leedo sadar akan hal itu.

“Ada apa?” tanya Leedo sambil mengamati wajah Hwanwoong.

“Aku kepikiran sesuatu. Ponselku tertinggal di jalan saat aku hampir diculik tadi.”

“Ponsel? Apa itu?”

“Oh—em ... itu semacam alat komunikasi jarak jauh. Kau tahu surat? Nah seperti itu, tak hanya membaca tulisan, kita juga dapat mendengar suara lawan bicara dari jarak ribuan kilometer. Keren, bukan?”

Leedo mengangguk, ia setuju bahwa benda bernama ‘Ponsel’ memang terdengar menakjubkan. “Apa yang terjadi saat kau kehilangan ponsel?”

“Ya ... aku jadi tidak bisa menghubungi orang lain.” Hwanwoong beralih menatap langit malam “Terutama kekasihku ....”

“Kau punya kekasih?” tanya Leedo dengan alis terangkat.

Tentu saja Hwanwoong mengangguk dan seketika air wajahnya terlihat berseri-seri. “Dia seorang pilot. Kau tahu? Menerbangkan pesawat, menjelajahi langit.” Hwanwoong menjelaskan sambil menggerak-gerakkan tangannya, sesekali menunjuk ke atas langit.

“Jadi dia juga bisa terbang, ya? Mungkin lain waktu kami bisa berpapasan saat terbang,” celetuk Leedo yang membuat Hwanwoong terkekeh.

“Ya, mungkin saja,” balas Hwanwoong. “Ngomong-ngomong, kapan aku bisa kembali? Eh ... maksudku sampai kapan aku harus tinggal di kastil ini?”

“Setidaknya sampai lukamu membaik. Akan repot jika aku membawamu kembali dalam kondisi kesakitan saat kubawa terbang.”

“Kamu seriusan mau bawa aku terbang? Kembali ke kota?”

“Memangnya kau sanggup jalan puluhan kilometer keluar dari hutan?”

Hwanwoong meringis sambil menggeleng. Membayangkannya saja sudah membuat Hwanwoong bergidik ngeri.

Selanjutnya mereka berbicara satu sama lain, Hwanwoong menceritakan pada Leedo mengenai kehidupan modern. Hingga tak sadar langit mulai menunjukkan semburat kemerahan pertanda mentari hendak bangkit dari peristirahatannya.

Hwanwoong pun kembali terlelap sementara Leedo beristirahat di kamar lain.

•  •  •  •

Seoho duduk di kasur hotel dengan cemas sembari memandang ponselnya. Sudah dua hari ia belum juga mendapatkan perkembangan kabar dari pihak kepolisian mengenai hilangnya Hwanwoong.

Seoho melaporkan kejadian itu. Di mana terakhir kali ia menelpon Hwanwoong, terdengar suara Hwanwoong yang tiba-tiba terpotong dan kegaduhan di tempat Hwanwoong berada. Setelahnya, pria mungil itu tak dapat dihubungi hingga saat ini.

Laporan Seoho pada polisi sudah diproses menjadi laporan orang hilang karena sudah lewat 1x24 jam. Sementara itu belum diketahui perkembangan lebih lanjutnya.

Tok Tok Tok

Seoho menoleh pada pintu hotel tempatnya menginap sementara. Kemudian ia berjalan ke arah pintu dan membukanya.

Di depan pintu, seseorang telah berdiri dengan manis dan Seoho mempersilakannya masuk. Seoho mengunci pintu dan kemudian bibirnya disambut dengan sebuah ciuman oleh orang tersebut, sebuah ciuman yang hangat disertai aktivitas tangan yang bergerak di tubuh Seoho.

Dengan lembut Seoho menahan kedua tangan tersebut dan menatap sepasang netra hitam di depannya. “Hey, hey. Slow down. Aku sedang tidak dalam mood untuk bermain, okay?” ucap Seoho secara halus sembari mengusap pipi orang di depannya.

“Apa ada masalah?”

“Kekasihku saat ini sedang dilaporkan hilang dan belum ditemukan. Pikiranku cukup terkuras, belum lagi kita harus kembali ke bandara jam 7 pagi nanti. Kita bisa cuddle seperti biasa tanpa bermain, ya?”

“Baiklah ....”

•  •  •  •

Hwanwoong duduk di balkon kastil sambil berpangku tangan pada pembatas balkon. Dia menunggu kedatangan Leedo dari aktivitas berburu. Ini sudah lewat dua hari sejak ia diselamatkan oleh Leedo, sedikit banyak Hwanwoong mulai terbiasa dengan aktivitas pria Blood Demon tersebut.

Tak lama kemudian ia melihat Leedo terbang ke arah kastil dari kejauhan. Sontak Hwanwoong langsung tersenyum sumringah dan melambaikan tangannya pada Leedo.

Duk!!

Kedua kaki Leedo mendarat di pembatas balkon. Dapat Hwanwoong lihat Leedo membawa buruan baru. Hwanwoong yang cukup terbiasa memakan daging olahan hasil buruan Leedo, tentu saja tak sabar menunggu pria itu mengolahnya.

Tepat satu jam kemudian Leedo membawakan hidangan berupa ikan bakar. Mereka berdua pun menyantap makan siang mereka sembari berbincang.

“Kurasa luka di tubuhku sudah mulai membaik,” ujar Hwanwoong sambil mengambil daging ikan di depannya.

Leedo melirik Hwanwoong dan memerhatikannya dari atas hingga ke bawah. “Benarkah?”

Tentu saja Hwanwoong mengangguk. “Serius. Sepertinya aku sudah bisa kembali hari ini.”

Leedo memakan makanannya tanpa bergeming. Dua hari terakhir ia merasa senang atas kehadiran Hwanwoong di kastilnya, pria mungil itu sangat ceria dan banyak menceritakan hal-hal baru pada Leedo. Dua hari yang menyenangkan dalam kehidupannya selama 298 tahun. Lalu Hwanwoong berkata ingin kembali, itu artinya sebentar lagi Leedo harus menjalani hari-harinya yang penuh rasa kesepian seperti biasanya.

“Kenapa hanya diam? Apa kamu sedih aku akan kembali?” tanya Hwanwoong pada Leedo.

Lantas Leedo menjawab, “Aku tidak sedih. Aku sudah biasa tinggal di sini sendirian. Ada atau tidak adanya kau, bukan masalah yang besar.”

Hwanwoong tersenyum manis. Ia tahu ada sedikit kebohongan dalam ucapan Leedo, terlihat dari raut wajah Leedo.

“Kita masih bisa bertemu, aku berjanji akan membawakan buku-buku yang bagus untukmu setiap kita bertemu.”

Ujung bibir Leedo terangkat. Ia senang mendengarnya. “Baik. Aku akan membawamu kembali tepat tengah malam nanti.”






To Be Continued ....

Into The Blood Moon •ONEUS•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang