04. Tryout

74 39 15
                                    

Pukul 3 dini hari di Ungaran. Udara begitu dingin dan pastinya sangat nyaman jika tidur di bawah selimut. Hanya sedikit cahaya remang-remang yang menyinari kamar tidurnya. Di saat orang-orang masih tertidur lelap, Lalitha sudah beranjak dari tidurnya untuk mandi dan siap-siap berangkat try out di Semarang. Semalam Yuvika menelepon Lalitha, dia memberi tahu bahwa di SMAN Pelita Ilmu ada tryout SPMB NIT. Infromasi tersebut baru Yuvika ketahui kemarin saat penerimaan raport, anak-anak di sekolah sibuk membicarakan soal tryout, saat itu Lalitha sudah pulang duluan bersama ayahnya sedangkan Yuvika masih lama di sekolah sebab namanya belum juga dipanggil oleh wali kelas saat mengambil raport.

Hari ini mereka harus berangkat sepagi mungkin karena rumah mereka sangat jauh dengan lokasi tryout, kira-kira sekitar 2 jam perjalanan jika ditempuh dengan menggunakan BRT (Bus Rapid Transit). Akhir pekan Semarang nampak sangat macet, jika mereka tidak berangkat lebih awal, maka habislah sudah karena akan terjebak macet dengan puluhan kendaraan lainnya.

Tryout dilaksanakan pukul setengah 8 pagi, itu berarti Lalitha dan Yuvika harus berangkat sebelum pukul 5 pagi karena mereka harus membeli tiket OTS (On The Spot) terlebih dahulu. Itu pun belum tentu mereka dapatkan mengingat peminatnya cukup banyak. Namun, mereka tetap percaya diri nekat berangkat ke sana.

Lalitha sudah sampai di halte SMAN Bina Cendikia pukul setengah 5 pagi. Ia janjian dengan Yuvika untuk berangkat dari halte sekolahnya sendiri. Lalitha nampak gusar memandangi jam tangannya karena Yuvika belum juga datang.

Suara sepeda motor mengalihkan pandangannya yang sedari tadi melihat jam tangan. Dari kejauhan ia nampak tak asing dengan sepeda motor tersebut. Benar saja, ternyata Yuvika datang diantar ayahnya. Yuvika yang baru sampai mencium tangan ayahnya lalu langsung menghampiri Lalitha.

"Maaf ya telat hehehe."

"Iya, santai aja. BRT belum lewat sih, jadi masih kebagian bus pertama."

Selang beberapa menit kemudian, nampak cahaya bus menyinari halte tempat Lalitha dan Yuvika menunggu. BRT pertama di hari ini sampai juga di halte tersebut, dengan segera Lalitha dan Yuvika naik. Belum ada penumpang satu pun, merekalah penumpang pertama. Supir bus menyambut mereka dengan hangat. Lalitha dan Yuvika membalas sambutan terssebut dengan senyuman.

Bus pun melaju meninggalkan Ungaran, mengantarkan sang penumpangnya menuju Semarang kota. Di sepanjang perjalanan, Lalitha dan Yuvika justru terlelap. Mereka sangat mengantuk karena waktu tidurnya terpotong karena harus bangun jam 3 pagi. Bus yang mereka naiki saat ini tidak begitu ramai, sehingga mereka merasa aman untuk tidur di dalam bus.

Dua jam sudah mereka menempuh perjalanan menuju Semarang kota, tepatnya SMAN Pelita Ilmu, lokasi tryout hari ini. Lalitha dan Yuvika dengan segera berlari ke luar dari BRT. Mereka hampir saja jatuh karena terlalu tergesa-gesa untuk turun. Bukannya membenarkan posisinya berdiri, Lalitha malah langsung lari sekuat tenaga. Jarak dari halte menuju ke lokasi tryout 500 meter, cukup jauh dan jika mereka berjalan santai pastinya akan telat bahkan mungkin kehabisan tiket OTS.

Sesampainya di meja panitia pendaftaran tryout, napas Lalitha dan Yuvika masih tak karuan. Belum sanggup untuk bersuara, mereka berlutut sembari menunggu pernapasannya stabil. Panitia yang berada di tempat nampak terheran-heran dengan dua anak tersebut. Salah satu di antara mereka dengan nampak ragu bertanya.

"Gimana dek? Mau daftar? Tapi tiketnya sisa satu saja nih," ujar salah satu panitia. Perkataannya sontak membuat mereka berdua terkejut. Bagaimana tidak, mereka datang jauh-jauh dari Ungaran dengan harap ikut tryout bersama-sama, namun kenyataan pahit harus mereka terima.

Derap langkah kaki seseorang terdengar berjalan ke arah Lalitha dan Yuvika, seorang laki-laki dengan tinggi sekitar 176 cm mendatangi mereka berdua. Ia nampak memegang 2 buah tiket try out. Pandangan Lalitha beralih ke tiket tersebut, benda yang dia harap bisa memilikinya.

"Maaf, kalian mau beli tiketku ndak? Temanku ndak ikut, jadi mau kujual," tawar lelaki tersebut.

Tanpa ragu-ragu Lalitha langsung mengiyakan tawaran laki-laki tersebut. Transaksi sebuat tiket OTS itu ditonton oleh panitia yang berada di bagian pendaftaran. Senyum merekah terlukis di wajah Lalitha, ia merasa diberkati oleh kehadiran laki-laki di hadapannya. Saat laki-laki itu membuka dompetnya, Lalitha tidak sengaja melihat nama di kartu pelajarnya, terlihat dengan jelas kalau nama laki-laki itu ialah Jazziel Sandyakala.

Mulut Lalitha langsung membulat, ia tak menyangka bertemu dengan admin grup padahal baru masuk grup sehari yang lalu.

Lelaki itu mengernyitkan dahinya, lalu bertanya pada Lalitha. "Kenapa?"

"Kamu Jazziel kan? Aku Lalitha, anak grupmu. Itu juga Yuvika, kamu pasti tau kan," Lalitha bergantian menatap Jazziel dan Yuvika. Ia mengarahkan jarinya ke Yuvika untuk mengenalkan diri.

"Ah iya, baru ingat kamu anak Ungaran. Salam kenal. Semoga sukses tryout-nya. Aku permisi dulu," jelasnya lalu pergi meninggalkan Lalitha dan Yuvika di tempat.

Mereka berdua terus menatap Jazziel sampai punggungnya tak nampak di pelupuk mata. Tak disangka bahwa mereka akan secepat ini bertemu dengan salah satu anak grup, terlebih lagi bertemu dengan adminnya langsung.

Bel ujian berbunyi lantang, membuyarkan lamunan Lalitha dan Yuvika yang sibuk memikirkan Jazziel. Mereka pun segera bergegas ke ruang ujian, peserta yang membeli tiket secara OTS ditempatkan di ruangan yang sama. Tentu saja mereka berdua seruangan dengan Jazziel. Dia duduk di kursi depan pojok kiri, tepat berhadapan dengan pengawas, sedangkan Lalitha dan Yuvika duduk di kursi deret keempat dan sebaris dengan Jazziel. Peserta yang duduk di meja paling depan membagikan soal ke peserta di deretannya. Jazziel yang duduk di depan pun membagikan soal ke peserta yang duduk di deretannya, termasuk Lalitha dan Yuvika. Saat membagikan soal ke Lalitha, ia nampak tersenyum. Lalitha pun membalas senyuman dari seorang Jazziel.

Waktu mengerjakan soal dimulai, semua peserta mulai fokus mengerjakan soal tryout satu persatu. Tes pertama yakni TPA (Tes Potensi Akademik), soalnya terdiri dari sinonim anonim, numerik, dan logika. Lalitha cukup menguasai tes ini, terlebih di bagian hitungan. Dia mengerjakan semua soal numerik dengan percaya diri, begitupun di bagian logika dan silogisme. Namun saat di bagian sinonim dan antonim, Lalitha cukup kesulitan sebab dia tidak terlalu mahir di bidang bahasa. Alhasil dia mengerjakan soal di bagian tersebut seadanya, berbeda dengan bagian soal lain yang berhasil dia kerjakan semua.

Selanjutnya yakni TBI (Tes Bahasa Inggris), bagian paling horor yang akan Lalitha hadapi. Kelemahan di bidang bahasa benar-benar membuatnya frustasi, pada saat tes ini dia sibuk menghitung kancing untuk menjawab soal demi soal. Dari 60 soal TBI, Lalitha hanya sanggup mengerjakan 30 soal, tidak sampai setengah dari jumlah keseluruhan TBI. Meskipun sisa waktu masih 20 menit lagi, Lalitha lebih memilih untuk tidur. Berbeda dengan Yuvika dan Jazziel yang masih terus fokus mengerjakan soal TBI sampai waktu berakhir.

______________________________________

Hola hola guys, maaf ya kalo boring hahaha

Part ini Lalitha dan Yuvika udah ketemu aja nih sama anak grup

Lalitha malah tidur pas ujian TBI 🫨 Nanti nilainya bagus nggak tuh? Hahaha

Virtual CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang