Suara beberapa mesin fotocopy tua bersahut-sahutan, kertas yang dihasilkan oleh mesin tersebut keluar terus-menerus tiada henti. Bau tinta dan kertas tercampur di udara, menciptakan aroma khas tempat tersebut. Penjaga toko sibuk berkutik dengan mesin pemotong kertas, menambah suara-suara yang membuat toko tidak begitu hening. Pukul 10 malam di Malang, namun tempat fotocopy tersebut masih buka dengan cahaya putih neon menyala menyinari ruangan. Ruko-ruko lain di daerah tersebut sudah gelap gulita, menyisakan sebuah tempat fotocopy yang masih buka.
Seorang pelanggan dengan wajah serius tergesa-gesa menghampiri tempat fotocopy tersebut. Ia menaruh setumpuk kertas di atas etalase toko secara asal. Berkali-kali sibuk mencari barang yang ada di tas punggungnya. Benda yang dimaksud tak kunjung juga ketemu.
Penjaga fotocopy yang melihatnya sibuk mencari sesuatu menatapnya dengan tatapan heran. Ia berusaha mengenali wajah pelanggan tersebut, sebab tak asing dengan wajahnya.
"Juan?" panggil penjaga fotocopy.
"Oy Dirga!" sahutnya.
Dirga yang mengetahui bahwa pelanggan tersebut ialah Juan, teman satu grupnya, lalu mengerti dengan kegelisahan Juan. Ia membuka laci yang berada di sudut ruangan, diambilnya sebuah flashdisk berwarna putih dengan stiker merah berinisial J. Benda yang dicari-cari sejak tadi oleh Juan.
Dirga pun langsung menghampiri Juan. "Cari ini kan?"
"AH ITU! Dicariin daritadi kagak ada, sampe stress gue," gerutu Juan.
"Untung aja ketinggalannya di sini."
"Kan gue langganan di tempat elu. Thanks."
Juan menaruh kertas yang dibawanya ke dalam tas dan tak lupa pula flashdisk yang sudah ditemuinya itu. Dilihatnya Dirga meneruskan kesibukannya tadi yakni memotong kertas.
"Lu masih lama kagak? Balik bareng yok," ajak Juan.
"Udah mau kelar sih ini. Ayok balik bareng," ujar Dirga. Ia merapihkan kertas yang dipotongnya sejak tadi, lalu bergegas menutup toko dibantu oleh Juan.
Suasana di sekitar pertokoan tempat Dirga kerja sangat sunyi pada malam hari. Jalanan yang sebelumnya ramai oleh kendaraan yang berlalu-lalang pada siang hari mulai mereda. Dirga dan Juan berjalan santai di trotoar sambil sesekali berbincang. Menikmati udara malam yang segar selama perjalanannya menuju kosan. Suara gemeretak langkah kaki mereka menambah suasana jalan yang sepi menjadi hidup.
Kosan mereka berdua berada di sebuah perumahan yang lokasinya tak jauh dari Universitas Brawijaya. Suasananya nampak sunyi, bahkan beberapa blok di perumahan tersebut sudah tertutup oleh palang pintu, termasuk area kosan Dirga dan Juan. Suka tak suka, mereka pun harus melompat supaya bisa balik ke kosan, aktivitas yang sudah tak asing bagi mereka karena sering pulang larut malam. Satpam yang berjaga pun sudah terbiasa, lagipula mereka memang penghuni di area perumahan tersebut. Mereka masuk mengendap-ngendap ke dalam kosan supaya tak menganggu penghuni lain. Kamar Dirga berada di lantai atas, sedangkan juan berada di lantai bawah.
Dirga membuka pintu kamarnya, nampak sangat gelap dan begitu pengap karena seharian ini ventilasi udara ditutup olehnya. Lampu kamar pun dinyalakan. Membuat seisi kamar terlihat jelas olehnya. Nampak ada stiker klub bola Real Madrid terpampang di tembok kamarnya, terdapat beberapa poster Cristian Ronaldo menghiasi dinding menemani stiker.
Cermin dinding yang berada di area meja belajar terlihat penuh oleh sticky note berwarna-warni. Berisi catatan penting mengenai materi TBI, namun TPA lebih mendominasi.
Ia merebahkan dirinya ke kasur yang sejak tadi menunggu sang empunya tidur di sana. Dirga belum ingin tidur, ia mengambil ponselnya, ingin membuka chat yang menumpuk karena tidak sempat ia baca selama seharian kerja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Virtual Crush
RomansKata orang cinta itu buta. Tak bisa dirasakan oleh indra penglihatan, namun dapat dirasakan oleh hati. Bagaimana kalau cinta itu benar-benar buta? Menyukai seseorang yang kita sendiri tidak tahu wujudnya seperti apa. Dunia maya itu penuh dengan kepa...