01. Class Meeting

80 42 24
                                    



Suasana kelas begitu sunyi, hanya terdengar gemericik pena dan sesekali embusan napas para siswa yang terjebak dalam keheningan kelas. Lalitha merasa seperti terisolasi meskipun dikelilingi oleh teman-temannya. Semua tampak sibuk dengan aktivitas masing-masing, namun Lalitha merasa tidak tertarik dengan apapun yang sedang terjadi di sekitarnya.

Class meeting terburuk. Batinnya

Bagaimana tidak? Selama dua setengah tahun ia bersekolah di SMAN Bina Cendikia Ungaran, ini kali pertama pengurus OSIS tidak mengadakan perlombaan untuk mengisi kegiatan class meeting. Tanpa penjelasan sepatah katapun. Para siswa diwajibkan untuk tetap berangkat ke sekolah meskipun tidak ada kegiatan apapun. Terpenjara dalam rasa kebosanan.

Jam menunjukkan pukul 9 pagi, namun suasana kelas begitu mati. Jam pulang sekolah pun masih lama, yakni pukul 1 siang. Rasanya waktu berjalan begitu lambat. Dengan raut wajah yang masih bosan-Lalitha memutuskan untuk duduk membungkuk di atas meja kelasnya.

Tangannya sibuk dengan ponselnya. Ia terlihat sibuk menghapus tumpukan gambar screenshot yang terhimpun di galeri ponselnya. Setiap sentuhan di layar membawa sedikit kesibukan dalam kebosanannya. Permainan Piano Tiles 2 yang baru diunduhnya beberapa hari lalu-menjadi teman setianya untuk menghabiskan waktu. Jari-jarinya bergerak lincah menekan ubin-ubin hitam dan putih di layar, menciptakan melodi kecil yang hanya didengarnya sendiri. Meski permainan itu memberi sedikit hiburan, namun rasa bosan belum juga sepenuhnya hilang.

Lalitha yang kembali termenung tiba-tiba teringat dengan Yuvika, teman dekatnya yang berada di kelas 12 IPS 3. Wajah yang tadinya terlihat bosan seketika berubah menjadi antusias. Ia segera beranjak pergi ke kelas Yuvika, tak lupa pula ia membereskan barang-barangnya lalu membawa tasnya untuk ikut beranjak pergi ke kelas Yuvika.

Lalitha melangkah masuk ke kelas Yuvika dengan hati-hati, pintu kelas ia buka dengan perlahan. Yuvika menyadari kehadiran Lalitha yang mengendap-ngendap masuk ke kelasnya. Ia duduk di bangku paling depan, dekat dengan proyektor.

Dilihatnya Lalitha berjalan ke arahnya sambil menggendong tas punggung. "Ciee ngungsi ke sini hahaha," ejeknya.

Lalitha hanya mendengus kesal. Ia menghiraukan ejeken itu dan langsung mendudukkan dirinya di bangku kosong sebelah Yuvika.

Yuvika tengah sibuk berkutat dengan laptopnya, ia sedang mencari film yang akan diputar untuk ditonton beramai-ramai. Lalitha sedikit mengintip ke arah layar laptop-ia mengernyitkan dahinya. Film yang berada di laptop tersebut hampir semuanya film horor.

Yuvika menyadari bahwa Lalitha sedari tadi mengintip ke arah layar laptopnya. Ia pun mengalihkan pandangan sepenuhnya ke arah Lalitha sambil tersenyum nakal

"Hari ini kita mau nonton film horor, loh," ucap Yuvika dengan senyuman jahilnya.

Sedikit tentang Lalitha Pramesti, seseorang yang sangat takut dengan film horor. Walau adegan horor di suatu film hanya sedikit, dia tetap saja ketakutan untuk menontonnya. Prinsip hidupnya sebisa mungkin menghindari nonton film horor. Bahkan ketika dia menonton adik laki-lakinya bermain game zombie Resident Evil 4 pun menutup mata terus-menerus.

Hari ini adalah pengecualian, sebab bagi Lalitha lebih horor saat menghadapi kejenuhan di kelasnya dibandingkan menonton film horor. Mereka akan menonton film horor dari Thailand yang berjudul Runpee atau bahasa indonesianya adalah Senior. Filmnya terbilang udah ketinggalan jaman karena rilis setahun yang lalu, tetapi mereka memilih untuk menontonnya karena memang belum pernah nonton film tersebut.

Film baru saja dimulai, tetapi degup jantung Lalitha begitu cepat. Rasa tegang melanda pada dirinya. Ia menarik napasnya, lalu membuangnya dengan gusar. Berusaha menenangkan dirinya yang tegang. Lagipula kegiatan ini lebih mending dibandingkan harus berdiam diri di kelasnya yang membosankan selama berjam-jam. Mengisi kegiatan kosong untuk bersenang-senang dengan siswa kelas lain menambah pengalaman yang seru, bukan?

Runpee atau Senior merupakan film horor yang berlatar tempat di sekolah biarawati. Bercerita tentang seorang siswi bernama Mon yang memiliki bakat rahasia terpendam. Dia dapat mengetahui kehadiran arwah orang yang telah meninggal dengan indra penciumannya. Suatu ketika Mon berkenalan dengan sesosok hantu yang merupakan arwah dari kakak kelasnya. Mon memanggilnya dengan sebutan Pee (diambil dari Runpee). Pee meminta bantuan kepada Mon untuk mengungkap sebuah kasus pembunuhan yang terjadi 50 tahun di sebuah istana yang ternyata sudah berubah menjadi sekolah biarawati.

Awalnya Mon tidak mengindahkan permohonan dari Pee, tetapi akhirnya dia diam-diam mulai mencari tahu mengenai kasus pembunuhan tersebut. Pee pun memergoki Mon yang diam-diam bergerak sendiri lalu menertawainya Mon. Akhirnya mereka sepakat untuk bekerja sama, dua detektif dari dua dunia ini mulai beraksi. Beberapa masalah dan arwah-arwah hantu yang tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Mon pun bermunculan. Wujud dari arwah hantu itu begitu menyeramkan. Nampaknya film horor Thailand yang mereka tonton kali ini benar-benar seram, tidak ada unsur komedi sama sekali.

Tadinya Lalitha berpikir kalau film horor Thailand ada unsur komedinya, makanya dia tetap ikutan nonton. Namun, sepanjang film diputar, dia selalu menutup matanya dengan buku milik Yuvika yang tergeletak di atas meja. Yuvika yang melihat tingkah Lalitha hanya terkekeh.

"Kamu nonton apa kalau nutup mata terus?" tanya Yuvika sambil merangkul tengkuk Lalitha.

"Aku nonton pake telinga," jawab Lalitha asal.

"Ye dasar. Dah, taruh gih bukunya, udah mau selesai kok."

Dengan ragu Lalitha mulai menurunkan buku yang menutup matanya dengan perlahan. Berjaga-jaga siapa tau Yuvika berdusta.

Ternyata benar saja, mendekati akhir cerita sesosok arwah hantu yang seram sudah tidak ada. Tokoh utama pada film tersebut yakni Mon, berhasil memecahkan misteri pembunuhan bersama dengan Pee. Ketika rasa penasaran yang menghantui arwah Pee telah terungkap, maka arwah Pee akan pergi ke alam baka. Mon yang sudah terlanjur jatuh cinta pada Pee harus merelakannya pergi. Kisah percintaan mereka tidak memiliki akhir yang baik.

Seisi kelas yang menonton bagian akhir film tersebut terbawa perasaan sedih. Beberapa anak ada yang sampai menitikkan air matanya karena ikut bersedih, tak terkecuali Lalitha. Ia yang paling banyak meneteskan air mata sampai-sampai menggunakan dasinya untuk menyeka air mata.

Tanpa mereka sadari, bel pulang sekolah berbunyi lantang dan nampak anak kelas lain mulai berhamburan menuju gerbang sekolah. Mereka pun langsung berkemas. Bersiap-siap untuk pulang.

Kini tersisa Yuvika dan Lalitha berdua di kelas. Mereka merapihkan barang bawaan Yuvika dan mematikan proyektor. Tak lupa juga menutup pintu kelas dengan rapat. Letak kelas 12 berada di lantai 3, untuk menuju gerbang Lalitha dan Yuvika menuruni beberapa anak tangga. Mereka berjalan santai sambil mengobrol. Membicarakan hal-hal random yang tiba-tiba terbersit di pikirannya.

Terlihat suasana sekolah sudah lumayan sepi karena murid-murid sudah lebih dahulu pulang dibandingkan dengan Lalitha dan Yuvika. Gazebo yang terletak di sebelah utara tennis kosong, biasanya ada saja yang duduk di sana ketika pulang sekolah. Bahkan ruang guru pun sudah sepi, nampaknya semua orang baik murid maupun guru pada pulang tenggo saat bel sekolah berbunyi.

Halte di depansekolah terlihat tidak terlalu banyak murid. Yuvika dan Lalitha berpamitansebab Yuvika akan ke halte seberang sekolah. Rumah Yuvika sangat jauh darisekolah yakni di daerah selatan tepatnya di Bergas, Ungaran. Berbeda denganrumah Lalitha yang berada di utara sekolah. Mereka menaiki bus yang berbeda karena beda rute.

______________________________________

Halo guys, gimana awalan ceritanya menurutmu?

Btw cerita ini latar waktunya 2016-2017, makanya film yang ditonton jadul xixixi Mungkin dari kalian beberapa ada yang ngga terlalu familiar sama film ini hehe

Virtual CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang