13. Pembagian

45 8 5
                                        

Sesekali Lalitha memegangi jidatnya karena frustasi. Walaupun ia sangat jago matematika, tapi lebih mudah mengerjakan soal dibandingkan membuat soal. Benar-benar melelahkan. Dipikir-dipikir guru Matematika itu sangat mengagumkan ya. Membuat soal bejibun lalu menerangkannya ke siswa yang tak paham-paham, lalu tetap berusaha mengajar walau badai menghadang. Yang Lalitha lakukan sekarang tidak lebih berat dibandingkan perjuangan guru Matematika.

Bau harum makanan yang tak asing bagi Lalitha tercium, seketika rasa frustasinya sirna. Terlihat ayahnya masuk ke dalam sambil membawakan piring berisikan pempek kapal selam dan cuko. Makanan favorit Lalitha.

"Ini untuk anak ayah yang lagi mode rajin." Ayah menaruh piring itu di atas meja belajar yang masih agak lega.

Mata Lalitha berbinar-binar melihat pempek yang baru digoreng itu, begitu menggugah selera. "Ihhh pempek. Makasih ayahku, cintaku. Borong banyak pempek kan habis dari Palembang?"

"Iya dong. Ayah beli pempek sedus, tekwan, dan kemplang bakar. Yaudah ayah tinggal ya, semangat belajarnya." Ayah berlalu pergi meninggalkan Lalitha supaya tetap fokus belajar eh membuat soal sembari menyantap pempek kapal selam yang digoreng oleh ayah.

Meskipun Lalitha belum mendiskusikan dengan Dirga mengenai pembagian soal, tapi ia yakin kalau Dirga pasti mengerjakan bagian soal-soal bahasa, jadi Lalitha sementara ini membuat soal TPA bagian aljabar dan deret angka.

Suara notifikasi Whatsapp mengalihkan perhatian Lalitha. Ia cukup kaget saat mengintip sejenak siapa yang mengirim pesan padanya.

Kak Dirga Cuek Bebek
Dek

Lalitha Pramesti
Ada angin topan apa
yang membuat seorang
Dirga Maisadipta
mengirim pesan duluan
kepada Lalitha Pramesti?

Kak Dirga Cuek Bebek
Selagi mood-ku sedang
bagus, jgn memancing
keributan, bisa?

Lalitha Pramesti
Maaf hamba lancang
Yang Mulia

Kak Dirga Cuek Bebek
Dahlah
Pembagian soal kmu
TPA, aku TBI

Lalitha Pramesti
Ihh curang
TPA kan 120 soal
TBI cuma 60 soal

Kak Dirga Cuek Bebek
Aku kan gak paham TPA
Cuma ngerti TBI

Lalitha Pramesti
Oiya hahaha

Kak Dirga Cuek Bebek
Gausah ngeledek
Kmu pun gtw TBI

Lalitha Pramesti
Wah curang
Mencari-cari
kelemahan orang itu
tidak baik

Kak Dirga Cuek Bebek
Pokoknya malam minggu
udah beres

Lalitha Pramesti
Aduh kak
Bantuin bagian
sinonim antonim aja

Kak Dirga Cuek Bebek
Males

Lalitha Pramesti
Dasar manusia nyebelin

***

Dering telpon berbunyi berulang kali, membuat pemilik ponsel tersebut langsung terbangun. Walau nyawanya belum terkumpul 100% ia tetap mengangkat telpon tersebut.

"Halo tha, kenapa tengah malam telpon?"

"Jazziel, aku butuh bantuan hiks," ucap Lalitha sambil menangis.

Jazziel langsung beranjak bangun dan seketika nyawanya telah terkumpul semua begitu mendengar Lalitha menangis.

"Kamu baik-baik aja? Kenapa tha? Coba cerita sini, siapa tau bisa bantu."

"Aku belum selesai buat soal try out TPA huhu Jumlah soalnya terlalu banyak buatku, Kak Dirga gamau bantuin sama sekali. Mana deadlinenya sehari lagi," keluh Lalitha.

Jazziel terkekeh sejenak, sebab ia kira masalah yang begitu serius menimpa Lalitha. Ternyata hanya perkara soal TPA saja.

"Yaudah nanti aku bantu, lanjut tidur gih. Good night cutie girl, have a nice dream."

"Ahh—Iya zziel. Selamat tidur ya. Maaf mengganggu tidurmu hehe."

Jazziel beranjak dari kasurnya dan bergegas membuka lemari bukunya. Terlihat lemari itu banyak sekali kumpulan soal-soal dan materi persiapan ujian NIT dan persiapan SBMPTN. Buku-buku itu sudah Jazziel koleksi sejak SMP karena ia tak pernah absen membeli buku tiap tahunnya.

Jazziel memilah beberapa buku untuk ia bawa nanti pada Lalitha supaya dia tidak perlu membuat terlalu banyak soal. Berbekal kumpulan soal-soal lawas sudah sangat cukup mengingat ini untuk try out kecil-kecilan grupnya saja. Sembari mengumpulkan buku, acap kali ia terkekeh mengingat Lalitha yang menangis karena perkara yang baginya sepele. Bukan karena memandang remeh kemampuan seseorang, melainkan ia berpikir kalau itu sangat menggemaskan.

Ini kali pertama Jazziel berjumpa dengan seseorang di grup online yang seperti Lalitha. Perempuan satu itu nampak sangat percaya diri mengungkapkan keluh kesahnya walau sangat sepele permasalahannya. Biasanya anak grup hanya bertanya penting-penting saja pada Jazziel, itu pun selalu lewat chat grup.

Di tengah kesibukannya membuka buku-buku lama, tentunya membawa ia ke kenangan masa lalu. Berbagai coretan pensil di buku Jazziel membawanya bernostalgia. Lembar demi lembar buku ia buka secara perlahan sembari menandai beberapa soal yang akan ia beritahu kepada Lalitha, tiba-tiba saja sebuah foto yang menyelip di buku itu terjatuh ke lantai.

 Lembar demi lembar buku ia buka secara perlahan sembari menandai beberapa soal yang akan ia beritahu kepada Lalitha, tiba-tiba saja sebuah foto yang menyelip di buku itu terjatuh ke lantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deg

Denyut nadi Jazziel begitu tak karuan saat melihat foto tersebut. Kenangan terakhir kali bersama mantannya, Widy Keneisha. Ia langsung menggenggam foto itu dengan kuat untuk merusaknya, lalu langsung membuangnya ke tong sampah di kamar. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Virtual CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang