Setelah kemarin Jennie membolos, hari ini dia akan masuk sekolah. Kembali ke rutinitas biasanya. Belajar dan latihan pemandu sorak. Akan tetapi, dia belum bisa membayangkan bagaimana menjalani harinya. Rutinitas nya sama, tetapi keadaan sekarang berbeda.
Ada hantu bernama Jisoo mengikutinya.
Hantu yang cerewet pula.Marah-marah pada Jisoo berefek Jennie jarang meratapi rasa sepinya, ternyata. Tetap saja ujung-ujungnya dia merasa emosinya terkuras.
Semalam dia memilih tidur cepat agar tidak ada kesempatan bagi Jisoo untuk bertanya-tanya lagi. Dalihnya ingin beristirahat. Capek ngomong sama hantu.
Beranjak dari tempat tidur nya, Jennie berjalan menuju kamar mandi. Dia membuka piyama lalu menaruh nya di keranjang baju kotor di dekat pintu kamar mandi. Dia baru saja akan membuka pakaian dalam ketika suara itu menyapa.
"Jennie, udah bangun belum? " Jisoo menyembulkan kepalanya ditengah daun pintu kamar. Wajahnya sumringah dengan senyum merekah.
Mereka saling bertatapan dengan sepasang mata membulat karena sama-sama terkejut. Jennie menjerit, lalu refleks melempar keranjang baju ke arah pintu masuk sehingga isinya betebaran ke lantai. Lalu kedua tangannya menutupi bagian tubuhnya yang terekspos.
"CABUL! MESUM! PERGI SANA! MATI AJA SANA! " Urat-urat pada leher nya terlihat. Bahkan kepalanya terasa cenat-cenut.
"Maaf, maaf, maaf. Enggak sengaja! " Jisoo segera hilang ke sisi luar pintu kamar.
Pagi-pagi sudah emosi, Jennie itu. Sepanjang dirinya mandi, dia tidak bisa tenang. Lihat kiri kanan, atas bawah, depan belakang. Selalu melihat ke segala arah penjuru kamar mandinya. Takut tiba-tiba muncul kembali hantu ganteng tapi mesum itu.
Kalau dipikir-pikir tadi dia meminta Jisoo untuk mati. Menyuruh seorang hantu mati lagi ini agak janggal. Tapi kalau kejadiannya seperti barusan, Jennie ingin Jisoo mati berulang kali. Dia malu bukan main bagian tubuhnya terlihat cowok walaupun cowok itu hantu.
Rasanya tidak nyaman selalu berwaspada seperti ini. Dia harus berpikir untuk mencari jalan keluar nya. Setelah selesai mandi dan mengenakan seragam, Jennie membuka pintu kamar nya. Dia memanggil Jisoo.
Jisoo duduk di anak tangga. Waktu berbalik menoleh ke Jennie, wajahnya terlihat pucat pasi. Lebih pucat daripada orang melihat hantu. Rupa-rupanya jisoo masih syok gara-gara tadi.
Jennie bersidekap. Matanya menatap seolah siap mengutuk Jisoo yang masih merasa tidak enak.
"Lo enggak mesum, kan?" Tanya Jennie
"Enggak, kok. Tadi enggak sengaja." Jisoo menggeleng-geleng, wajahnya dipenuhi rasa bersalah.
Jennie menyalang. "Enggak usah ada alasan! Jawab aja pertanyaan gue! "
"I-iya." Jisoo menunduk seperti anak kecil yang dibentak ibunya.
"Lo enggak cabul, kan? " Jennie menelaah tiap perubahan raut wajah Jisoo.
"Enggak. Sumpah. Enggak. "
"Lo bukan penguntit, kan? "
"Bukan."
"Oke. Gue pegang omongan, lo." Intonasi Jennie masih penuh penekanan. Tatapan matanya masih dipenuhi rasa curiga. "Mudah-mudahan omongan lo enggak cuma nembus kayak badan lo. "
"Jahatnya." Jisoo memegangi dadanya seolah perkataan Jennie berhasil menyayat perasaannya.
"Bukan gue yang tiba-tiba seenaknya masuk ke kamar anak perempuan, tahu. "
"Iya, kan gue udah minta maaf juga. "
"Enggak cukup minta maaf. Kita perlu ada aturan kalau lo memang bakal ngehantuin gue buat seterusnya. " Jennie mendapatkan ide cemerlang untuk menjaga tekanan darah nya agar tidak naik terus-menerus. "Ikut gue. "Perintah itu langsung dituruti oleh Jisoo. Dengan kepala yang masih menunduk seperti orang lesu, dia mengekori Jennie ke dalam kamarnya.
Lalu Jennie mengambil selembar kertas dan pulpen dan tas, lalu duduk di kursi belajar. Dia menaruh kertas itu di atas permukaan meja belajar. Tangannya mulai menulis.
![](https://img.wattpad.com/cover/358181750-288-k534368.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Menemani Setiap Detik Rasa Sepi (Jensoo Version )
FantasíaJennie cantik dan anggota pemandu sorak terbaik di sekolahnya. Tapi setiap latihan dan pertandingan dia merasa kesepian di dalam keramaian. Dia punya teman-teman, dulu. Dia punya keluarga sangat bahagia, dulu. Semua berubah setelah setiap detik rasa...