I Scream For Ice Cream

255 26 4
                                    

Karena pulang sebelum waktunya, jalanan Jakarta tidak begitu penuh. Mengingat jarak Kemang dengan sekolahnya juga tidak begitu jauh. Hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk Jennie sampai ke kedai es krim favoritnya.

Setibanya di kedai es krim mereka disambut oleh jendela bertuliskan 'I Scream Ice Cream'.

"Ini liquid nitrogen," jelas Jennie.
"Oh, jadi di bekuin gitu?" Tanya Jisoo.
Jennie terlihat sangat antusias. "Iya, pokonya ini tempat favorit. Es krim terenak yang pernah gue coba."

"Gue kepengen jadinya." Jisoo terkekeh melihat Jennie tiba-tiba seperti anak kecil.

Jennie lupa kalau Jisoo sama sekali tidak bisa mencicipi. Apa pun yang disentuh oleh cowok itu hanya akan menembus.

Memikirkan kenyataan ini membuat Jennie jadi tak enak hati juga. Dia membayangkan apakah cowok itu rindu saat masih menjadi manusia? Saat masih hidup?

Mungkin ada alasan nya kenapa Jisoo tidak begitu mengingat kehidupan lamanya. Kalau ingat, pasti rasanya menyedihkan. Menjadi hantu dengan rasa keinginan untuk hidup yang tinggi seperti itu.

Mengekori Jennie, Jisoo ikut masuk ke dalam kedai itu dan disambut pemandangan dapur pembuatan es krimnya.

"Selain rasanya, yang gue suka itu karena bahan baku alami. Jadi enggak takut amat jadi gendut." Jennie begitu semangat menjelaskan hal yang disukainya ini. Matanya terlihat berbinar-binar.

Tempatnya memang tidak terlalu luas. Interior kedainya manis meskipun minimalis. Terdapat hiasan di langit-langit juga di beberapa tempat lainnya. Dasarnya sebagian lantai marmer dan sebagian lagi kayu. Selain menjual es krim, tempat ini juga menjual makanan. Kali ini tujuan Jennie hanya untuk es krim.

Jisoo melihat menunya. "Paling lo mesen fresh mint." Mau tak mau, Jennie tersenyum. Aneh jika mereka hampir selalu bersama tiap harinya tapi Jisoo tidak tahu es krim apa yang akan Jennie pesan.

"Iya, yang lo bilang rasanya kayak odol," bisik Jennie.

Jisoo terkejut karena porsi es krim itu cukup banyak untuk dihabiskan sendiri. Tapi hari ini adalah pengecualian. Hari ini Jennie harus bersenang-senang. Hanya sesekali makan es krim tidak akan membuatnya berdosa atau membuat timbangan nya semakin mengarah ke kanan.

Waktu kedatangan mereka pas jika menginginkan suasana yang sepi. Jennie sengaja mengambil meja di pojok sehingga dia tidak perlu membatasi diri untuk berinteraksi dengan Jisoo.

Jennie mulai menyendok es krimnya. Suapan pertama membuatnya kegirangan. Satu tangannya menangkup pipinya. Matanya terpejam merasakan es krim lumer di dalam mulutnya. Jisoo di hadapannya hanya terkekeh melihat sisi Jennie yang seperti ini.

Akhirnya, Jennie menyadari Jisoo mengamatinya.
"Kalau lo ngeliatin gue kayak gitu, rasa es krim nya jadi hambar," ujar Jennie, merasa salah tingkah.

"Soalnya lo lucu. Kayak hamster lagi dikasih makan," jawab Jisoo.

Jennie menyerngit. "Memangnya lo tahu hamster dikasih makan kayak gimana?"

"Tahu. Gue lihat waktu lo lagi nonton acara binatang di TV terus ketiduran. Lagipula enggak mungkin tiba-tiba rasanya hambar. Kelihatan banget lo keenakan."

"Iya, dong." Jennie menyeringai. "Mau coba?"
"Lo ngledek, nih?" Jisoo meringis.

Jennie menggeleng. "Gue cuma berharap lo bisa nyobain es krim ini beneran."

Dia tidak bisa membaca arti senyuman Jisoo kali ini. Satu senyuman dapat menyembunyikan berbagai perasaan.

"Oke." Akhirnya, Jisoo membalas.

Lalu Jennie menyendok es krim dan mengarahkannya pada Jisoo. Dia seolah menyuapi cowok itu. Jisoo terlihat membuka mulutnya. Berpura-pura dia menyantap es krim yang masih bertahan di sendok itu.

"Enak sekali."

Mendengar komentar Jisoo itu perasaan Jennie berdenyut perih. Wajah Jisoo seperti benar-benar menikmati es krim tersebut. Untuk sepersekian detik Jennie memercayai ucapan Jisoo tersebut karena terlihat seperti sungguhan.

"Enggak kayak odol, kan?" Jennie meneruskan sandiwara ini.

"Enggak, ternyata." Jisoo juga menyambut sandiwara dengan baik.

Jisoo terkekeh. Jennie mencoba memaksakan senyum terulas pada parasnya.

"Lo tahu apa yang bakal gue lakukan sekarang kalau bisa?" Tiba-tiba Jisoo bertanya.

"Apa?" Jennie bertanya balik.

Tangan Jisoo terulur pada Jennie. Agak terkesiap, Jennie itu. Mengingat Jisoo tidak mungkin bisa menyentuhnya, seharusnya Jennie mengulurkan tangan ke wajahnya bisa membuat jantungnya berdegup lebih cepat.

"Apa?" Jennie mengulang pertanyaan. Kelopak matanya mengerjap. Dia berusaha untuk meredakan degup jantungnya.

"Kalau gue bisa, gue mau rebut es krim nya dari lo. Soalnya makan lo lahap banget."

Jennie hanya menjulurkan lidahnya. Kembali menyantap es krim nya sebelum mencair, tidak mengindahkan pernyataan Jisoo. Biarkan momen ini menjadi miliknya dan es krim rasa mint ini

"Lo makan es krim kayak anak kecil," komentar Jisoo. Ada kekehan yang menyusul.

"Menggemaskan, tahu."

"Abisnya enak banget." Jennie masih asyik menikmati es teh krimnya. Wajahnya begitu berseri-seri.

"Tiap makan es krim lo langsung kayak gini?" Jisoo mendengus gemas.

"Kenapa? Enggak boleh?" Jennie merengut. Dia tetap sibuk menyendoki es krim nya.

Jisoo cengengesan. "Tahu gitu gue bakal ajak lo makan es krim dari awal ketemu."

"Ngaku-ngaku jodoh tapi enggak pernah ajak makan es krim." Jennie memutar bola matanya. Menggoda Jisoo.

"Baru sekarang ini aja."

Jisoo menertawakan dirinya sendiri. Kepayahan menahan tawa. Jennie menyadari wajah Jisoo agak berbeda.

"Lo mikir apa?" Jennie tanpa ragu langsung bertanya daripada berasumsi.

"Enggak mikir apa-apa. Gue cuma lagi lihatin lo aja." Dengusan lolos dari Jennie. Pada akhirnya, dia tersenyum juga. "Kalau lo tahu enggak apa yang gue pikirin?"

"Gue hantu bukan cenayang, kan. Mikir apa memangnya?"
Jennie memberikan jeda. Dia tersenyum simpul. Matanya tak lagi mengarah pada Jisoo. "Gue ngerasa kayak lagi kencan sama lo."

Jisoo mengerjap beberapa kali. "Kencan? Lo sama gue?"
"Kenapa? " hardik Jennie. "Lo enggak suka dibilang kencan sama gue?"

"Justru itu pertanyaan gue. Lo kencan sama hantu enggak masalah?"

"Enggak." Jennie menggelengkan kepalanya. "Yang penting gue bisa makan es krim enak."
"Dasar. Itu sih lo kencan ama es krim."
"Eh, gimana kalau habis ini kita nonton aja? Usul Jennie.
Matanya kembali berbinar-binar. "Ada Kemang Village dekat sini. Enggak bakal film horor, deh. Film yang seru."

Jennie terkekeh sendiri mengingat ketika dirinya dan Jisoo menonton film di bioskop kali pertama. Jisoo yang seorang hantu itu ketakutan sampai menjerit terus tiap ada adegan yang menganggetkan.

"Enggak, ah. Lo enggak usah ingetin ke kenangan buruk, deh." Jisoo mencibir. "Kalau memang ini kencan, kayaknya gue enggak bakal ngajak lo ke tempat standar kayak gitu."

"Memangnya lo mau ngajak gue kemana?" Dahi Jennie mengerut.

"Gue rasa gue bakal ajak lo ketempat yang bakal mengalahkan semua kencan yang pernah lo jalani sama cowok-cowok lo yang lama."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menemani Setiap Detik Rasa Sepi (Jensoo Version )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang