Si Kembar

146 18 0
                                    

Setelah kemarin jatuh sakit, Jennie tidak lagi mengurangi asupan tubuhnya. Dia tetap makan seimbang. Memperbanyak sayur dan buah-buahan. Mengurangi makanan yang digoreng dan santan. Badannya sudah jauh lebih ringan dan segar karena pola makan sehat, bukan asal dikurangi.

Kalau ingat pelajaran sekolah, Jennie ingin kembali sakit. Atau pura-pura sakit. Sayangnya musim ulangan akan datang sehingga dia terpaksa harus berangkat sekolah. Mau tak mau.

Dengan semakin dekat acara pesta dansa murid SMA Cikal Bangsa, Jennie semakin enggan untuk berada di sekolah. Setidaknya, dia akan menghindari untuk berpapasan dengan Nick.

Ironisnya, semakin menghindar dia malah semakin sering berpapasan dengan cowok itu. Jennie merasa ukuran sekolahnya menciut.

Padahal dia berharap kehidupan sekolahnya tidak banyak konflik dengan murid lainnya. Cukup pelajaran dan kegiatan memandu sorak yang menguras tenaga dan pikirannya.

Jennie tidak mengerti mengapa Nick bersikeras untuk datang ke pesta dansa dengannya. Berkali-kali sudah sudah di tolak pun cowok itu masih sering menghampiri nya, seperti sekarang.

Jisoo menyalahkan dirinya karena tidak begitu teliti mengawasi sekitar Jennie sehingga mereka masih bisa berpapasan dengan Nick. Ibaratnya, Jisoo itu seperti sedang meronda untuk Jennie. Kini dia hanya bisa jengkel melihat Nick menggoda Jennie.

Wajah yang ditunjukkan oleh Jennie jelas-jelas wajah tidak senang. Nick sepertinya bebal. Atau sifatnya sama seperti Jennie.

"Udah berubah pikiran belum?" Tanya Nick. Cowok itu menghalangi jalan Jennie di koridor sekolah yang sempit.

Jennie mundur satu langkah untuk membuat jarak antara dirinya dengan Nick. Dari dulu Jennie sebal dengan Nick karena selalu mencoba menempel padanya.

"Enggak. Dan enggak akan pernah."

Jisoo mengepalkan kedua tangannya. Kalau orang lain dapat melihat Jisoo, mereka akan melihat cowok itu berdiri berhadapan dengan Nick. Tepat berdiri di depan Nick. Membentengi Jennie.

Nick saja sudah cukup membuatnya kesal. Sayangnya, Nicky tidak akan melewatkan kesempatan itu. Cewek itu seakan muncul dari balik punggung Nick.

"Kenapa sih lo enggak mau datang banget ama Nick? atau enggak bakal mau jalan ama yang sudah pernah mantanan? memangnya masih ada sisa cowok disini yang belum lo pacarin?". Nicky menyeringai dengan kekehan menyusul. Hanya dengan satu tarikan nafas, cewek itu bertanya beruntun.

Jika Nicky yang berkata begitu, Jennie merasa dirinya sangat murahan. Sepasang mata Jennie berkilat-kilat memandangi Nicky dan bergantian ke Nick.

" kenapa Nicky? Lo gak bisa jalan ama cowok kalau bekasan gue, ya?". Jennie bertanya balik.
"Apa lo bilang?" Nicky sewot.

Nicky terlihat kesal karena pernyataan itu benar adanya. Cowok yang Nicky sukai biasanya menyukai Jennie sebelumnya. Setelah tidak berhasil dengan Jennie, mereka akan lari ke Nicky.

"Kenapa sih lo enggak urus kehidupan lo sendiri aja?" Tanya Jennie lagi. " mau soal cowok atau pemandu sorak."
Nicky terdiam.

"Kayak hidup lo itu udah bener aja. Bosan ya sama hidupnya sampai harus bawa-bawa gue ke dalam hidup lo? "
Jennie sudah hilang kesabarannya. Tanpa ampun, dia meluncurkan kata-kata pedasnya.

Belum ada ucapan apa-apa dari Nicky untuk membalas Jennie. Bahkan Nick hanya berdiri tanpa bisa membantu membela Nicky. Mereka mungkin kaget karena biasanya Jennie lebih memilih untuk tidak memperpanjang dengan meladeni tingkah mereka.

"Kenapa lo sekarang diam, hah? " suara Jennie naik satu oktaf. Dagunya terangkat cukup tinggi. "Lo itu harusnya fokus sama gerakan masih kamu. Gimana mau jadi di puncak piramida kalok engga becus."

Jisoo menoleh penuh takjub kepada Jennie. Dia bertepuk tangan menyemangati Jennie.

Tidak hanya Jisoo, beberapa murid lain yang menyaksikan juga ikut berseru untuk Jennie. Mereka hanya kurang popcorn untuk menyaksikan kejadian ini. Bahkan seseorang menyerukan namanya berulang kali. Seruan itu diikuti oleh yang lain.

Nicky menggigit bibir nya sendiri. Dia tahu bahwa dirinya kalah total.

"Balas dong Nicky. Jangan mau kalah."

Ada juga murid yang tidak mau perdebatan itu berakhir secepat mungkin.

"BERISIK! " seru Nicky pada mereka.

Untuk permasalahan adu mulut, Jennie itu memang tidak kenal ampun. Dia tidak pernah tanggung-tanggung mengutarakan apa yang ada dipikirannya. Dia hanya akan berbaik hati jika sedang tidak dalam moodnya.

"Udah ya. Gue enggak ada waktu buat kalian." Jennie membalikkan badannya.

Jisoo masih begitu takjub dengan Jennie yang berhasil membuat si kembar mati kutu. Dia masih berdiri berhadapan dengan Nick. Tampangnya menjadi tengil menantang Nick yang tak bisa melihatnya. "Payah lo! Payah!" Setelah itu, dia mengekori Jennie.

Langkah Jennie begitu cepat. Dia tidak mau bertahan lama di sana dan menjadi tontonan. Sekaligus dia mencegah Nicky berbuat nekat padanya, siapa tahu.

"Gila. Keren banget lo. Gue salut ama lo," puji Jisoo. Jennie tidak mengacuhkan Jisoo. Dia tetap berjalan dengan cepat.

"Ingatkan gue buat enggak cari masalah ama lo, ya. Serem banget." Jisoo terkekeh.

"Cerewet, ah," kata Jennie ketus. Meskipun Nick dan Nicky kalah adu mulut, bukan berarti suasana hatinya tidak ikut memburuk. Dan mendengar Jisoo menyerocos adalah hal terakhir yang diinginkan nya. Akhirnya, Jennie memilih langsung pulang meskipun bel pulang masih lama.

Ada satu alasan jitu untuk perempuan bisa pulang lebih cepat. Sakit akibat datang bulan.

Dalam perjalanan pulang, Jennie tidak bisa bohong bahwa dirinya kesal dengan pernyataan Nicky. Biasanya dia tidak akan sekesal itu. Atau mungkin, karena Jisoo tengah menyaksikannya. Padahal pandangan orang tentangnya itu dia tidak peduli.

Sekarang berbeda.

Jisoo berbeda.

"Lo yakin mau langsung pulang? Lo butuh refreshing, tuh." Jisoo mengamati Jennie yang duduk dikursi belakang tepat dibelakang kursi supir.

Yang dikatakan Jisoo benar adanya. Dia harus melepas kekesalannya lebih dulu. Pulang ke rumah tidak akan meredakannya. Dia hanya akan tambah kesal mengetahui orang tuanya tidak ada usaha untuk menghubunginya.

Tidak ingin terlihat aneh karena berbicara sendiri, Jennie mengeluarkan buku catatan nya untuk membahas gagasan Jisoo. Tulisannya sedikit berantakan karena guncangan laju mobil, tapi setidaknya masih bisa dibaca.

Jennie meletakkan buku catatan nya diantara dia dan Jisoo.

'Boleh juga. Ada ide apa?'

"Apa yang biasanya lo lakukan kalau lagi kesal kayak gini?" Tanya Jisoo. "Apa yang kepengen lo lakuin?"

Ada jeda untuk Jennie berpikir. Dia membayangkan apa yang kira-kira akan membuat nya lupa segala kejadian di sekolahnya itu. Ada beberapa pilihan. Akhirnya Jennie mengambil lagi bukunya dan menulis. Lalu diperlihatkan lagi ke Jisoo.

'Gue mau makan es krim kayak enggak ada besok'

Jisoo terkekeh membaca tulisan Jennie. Dia sama sekali tidak berniat mengomentari apakah makan es krim akan merusak dietnya Jennie. Hari ini adalah pengecualian. Jennie berhak bersenang-senang.

"Oke, kita makan es krim kalau begitu!"
Jennie mengangguk antusias.

Senyum masih bertahan pada Jisoo. "Lo kesenangan kayak anak kecil aja, deh. Lo tahu tempat es krim dimana?"

Sebagai tanggapannya, Jennie mengacungkan jempolnya. Kemudian dia mencondongkan badannya ke depan.

"Pak, " panggilnya. "Bisa tolong antar ke Kemang dulu enggak? Aku mau beli es krim dulu."

Tanpa banyak berpikir, pak supir segera mengangguk dan segera menyetir mobilnya ke tempat yang dimaksud oleh Jennie.

Menemani Setiap Detik Rasa Sepi (Jensoo Version )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang