Ini Gara-Gara Lo!

132 18 3
                                    

Jennie kebingungan saat menyadari baju yang baru dikenakannya terasa sempit. Biasanya tidak sesempit ini. Buru- buru dia beranjak ke cermin di kamarnya. Dia mengamati pipinya agak lebih tembam dari biasanya. Dugaannya benar.

Kalau Jisoo takut dengan film hantu, Jennie takut dengan kejadian yang sedang dialaminya. Was-was, dia mencoba menaiki timbangan digitalnya. Ternyata benar. Berat badannya bertambah 5 kilogram.

Sebelumnya hal ini jarang sekali terjadi. Jennie selalu menjaga asupan makanannya. Dan tidak jarang dia kurang bernafsu makan. Semenjak ada Jisoo dia bisa dengan mudah mengunyah makanan. Mungkin karena kebanyakan marah- marah itu menguras energi sehingga dia mudah lapar.

Pintu kamarnya sengaja tidak ditutup yang berarti Jisoo boleh masuk. Jennie hanya duduk bersimpuh meratapi berat badannya yang bertambah. Kepalanya tertunduk. Sejujurnya, Jennie masih tidak percaya dia mengalami krisis seperti ini Terutama kejadian ini belum pernah terjadi sepanjang hidupnya sebagai pemandu sorak.

Tak lama Jisoo muncul. Dia heran melihat Jennie seperti kehilangan sesuatu yang berharga.

"Lo kenapa?" tanya Jisoo. Dia berdiri tidak jauh dari Jennie.

Jennie mendongak. Telunjuknya mengarah pada Jisoo. Sepasang matanya menatap nyalang. "Ini semua gara-gara lo, tahu!"

"Apaan?" Jisoo tertegun. "Gue aja baru masuk ke dalam kamar lo.

"Gara-gara lo gue jadi makan terus."

"Bagus, dong?" Jisoo tidak mengerti apa yang harus dikeluhkan oleh Jennie. "Bersyukur masih bisa makan. Mungkin ada orang yang enggak bisa makan di dunia ini."

"Tapi... tapi... gue enggak boleh gemuk." Suara Jennie bergetat. Jika seperti ini, Jennie terlihat rapuh. "Gue itu pemandu sorak." Mananya yang gemuk, sih? Dahinya mengernyit. "Masih kayak papan seluncur gitu."

Entah Jennie harus senang atau sedih dikatai papan seluncur seperti itu.

"Tapi kalau mau ada di puncak piramida," jelas Jennie, "gue harus balik lagi ke berat badan sebelumnya."

"Ya, udah. Kan lo juga banyak gerak. Masih muda harusnya metabolisme masih bagus." Jisoo masih mencoba menghibur Jennie.

"Kenaikan berat badan itu bukan akhir dari dunia." "Oke, mulai sekarang... gue bakal diet."

Jennie tampak sangat bertekad. Matanya seolah berapi-api. Jika Jennie sudah membulatkan niatnya, dia akan berusaha semaksimal mungkin. Dia harus kembali ke berat badan semula agar tetap berada di posisi yang disukainya. Terutama tidak lama lagi mereka akan memandu sorak di pertandingan basket di sekolah musuh bebuyutan sekolahnya. Jennie harus tampil prima.

Jennie tetap diet meski jadwal latihannya sangat padat. Asupan yang masuk ke dalam tubuhnya semakin sedikit. Kalaupun ada, hanya oatmeal dicampur granola dan smoothies. Jennie menjaga ketat apa yang masuk ke dalam pencernaannya. Bahkan dia semakin cermat menghitung jumlah kalori yang masuk.

Setiap hari setelah pulang sekolah, Jennie menimbang berat badannya. Melihat apakah sudah berkurang berat badannya. Dia berharap akan cepat kembali ke berat badan semula.

Jisoo berulang kali mengingatkannya untuk makan dihiraukan oleh Jennie, Cowok memang tidak mengerti persoalan ini. Apalagi seorang hantu yang tidak perlu berurusan dengan timbangan.

"Lo udah kurus, Jennie." Jisoo terlihat cemas. "Udah bener lima hari ini lo makannya enggak benar."
Begitu yang dikatakan Jisoo setiap ada kesempatan. Entah Jennie sedang di kelas waktu pelajaran atau Jennie sedang berlatih dengan tim pemandu sorak.

Kejadian yang ditakuti oleh Jisoo akhirnya terjadi pada saat latihan.

Dari pinggir lapangan, Jisoo mengamati tiap gerakan Jennie. Gerakannya lebih lambat dari tempo. Belum lagi ketika Jennie berada di atas piramida, dia kehilangan keseimbangannya dan terjatuh. Untung saja anggota lainnya siap menangkap Jennie. Kejadian ini menjadi kejutan untuk semua anggota pemandu sorak dan pelatih. Selama ini, Jennie tidak pernah melakukan kesalahan fatal. Hari ini historinya bisa berbeda. Jennie terduduk di tengah lapangan. Dia menjulurkan kedua kakinya. Sejujurnya, dia terkejut karena bisa terjatuh seperti itu. Beruntung dia tidak membentur permukaan lapangan. Wajahnya masih terlihat pucat pasi. Perasaan kaget dan kekurangan makan berlebur menjadi kesatuan.

Menemani Setiap Detik Rasa Sepi (Jensoo Version )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang