"baby. Itu grandpa dan opa cepat hampiri mereka " ucap grandma Laurent membujuk Zia yang di angguki laudia dan Zio.
Melihat persetujuan semua orang, Zia dengan pelan menghampiri kedua pria paruh baya tersebut.
Melihat cucunya dari dekat membuat kedua pria tua tersebut terharu dan Segera memeluknya.
"Cucu opa sudah besar" ucap salah satu dari mereka. Terlihat jelas tangan pria tersebut bergetar pelan ketika memeluk baby Zia.
Tak dapat di pungkiri jika ia merasa melihat Aleena kecil, bagaimanapun Aleena adalah satu-satunya putrinya, yang sangat ia cintai. Kematian Aleena adalah pukulan terbesar dalam hidupnya. Namun serapuh apapun dirinya, ia harus bertahan demi baby Zia cucunya.
Sekarang cucunya ada di hadapan dan pelukannya, hal itu membuatnya sangat bahagia dan terharu.
"Perkenalkan ini Opa, ayah kandung ibumu, Aleena. Nama Opa, Savier Geraldy pramidita" ucap savier kepada cucunya ini.
"Opa" ucap Zia sambil menatap mata opanya, terlihat kesedihan mendalam di mata biru opanya tersebut.
Zia memeluk erat opanya dan mengelus punggungnya dengan tangan kecilnya.
"Opa jangan sedih lagi. Zia sudah Disini" bisiknya kepada opanya tersebut. Entahlah, perasaan menjadi sangat emosional saat ini.
Savier tersenyum mendengar bisikan cucunya. Cucunya benar baby Zia sudah ada disini ,yang berlalu biarlah berlalu. Ia akan menjaga cucu satu-satunya mulai detik ini, Agar mereka tak kembali kehilangan.
Setelah puas saling berpelukan dan melepas rindu, Savier segera menyerahkan Zia kepada pria paruh baya di sebelahnya.
Pria itu tidak banyak berbicara, ia segera memeluk baby Zia dengan erat.
"Cucuku" ucapnya dengan suara beratnya yang sedikit bergetar.
Zele memeluk erat pria tersebut dan mengelus punggungnya seperti opanya tadi.
"Hai, ini grandpa. Ayah daddymu itu. Nama grandpa Rogers de Skelton" ucap Rogers kepada cucu kecilnya ini.
"Grandpa" sapa Zia dengan tersenyum cerah.
Rogers tersenyum melihat cucu semata wayangnya. Pribadinya yang pada dasarnya sangat dingin itu, kini hanya tersisa raut kelembutan untuk sang cucu.
Melihat Zia yang mampu beradaptasi dengan semua anggota keluarganya, membuat Zio senang dan bahagia. Begitupula dengan Laurent dan laudia.
Pagi itu, ruang tamu di isi dengan berbagai percakapan antara Zia dan kakek neneknya dari pihak kedua orang tuanya.
Akhirnya, mansion yang telah lama sepi dan sunyi, yang telah lama kehilangan kehangatannya, kini hangat kembali.
Kedua belah pihak keluarga telah lama memutus kontak dan tidak saling bertemu lagi. Bukannya tanpa alasan, Namun untuk keluarga pramidita, Italia adalah sebuah kenangan buruk. Selain kehilangan cucu tercinta mereka juga harus kehilangan putri mereka satu-satunya.
Jika di tanya apakah mereka kecewa dengan keluarga Skelton? Tentu saja. Karna itu, mereka memilih menetap di Asia agar tidak semakin memperburuk hubungan kedua belah pihak keluarga.
Walaupun semua bukan kesalahan keluarga Skelton, namun bagaimanapun itu ulah musuh Skelton.
Keluarga Skelton tidak menyalahkan sikap Laudia dan Savier. Mereka juga merasa ini semua salah keluarga mereka. Seandainya mereka tidak memiliki musuh, atau setidaknya memiliki bodyguard-bodyguard yang lebih handal, mungkin semua petaka buruk ini tidak akan terjadi.
Jika ditanya siapa yang lebih menyedihkan, tentu keluarga Pramidita lebih terpuruk lagi. Mereka kehilangan putri satu-satunya dan juga cucu mereka.
Setidaknya, Skelton masih memiliki Leonzio. Namun pramidita, siapa yang mereka miliki?
Karna itu pula Laurent dan Rogers tidak pernah menyuruh ataupun memaksa Leonzio untuk menikah lagi. Bukan semata-mata karna rasa bersalah, namun bagi mereka Aleena adalah menantu mereka satu-satunya.
Bagaimanpun, mereka juga turut merawat Aleena kecil, rasa sakit ketika Aleena meninggalkan mereka untuk selamanya juga menjadi pukulan berat untuk kedua belah pihak keluarga.
Meskipun banyak dari rekan bisnis mereka yang ingin menjodohkan putri-putri mereka dengan Leonzio, namun Laurent dan Rogers menanggapi hal-hal tersebut dengan acuh.
Dengan kembalinya cucu mereka, membuat hubungan kedua belah pihak membaik kembali. 7 tahun juga waktu yang lama untuk membuat pikiran Laudia dan Savier lepas dari rasa kecewa yang mendalam.
"Jadi, bunda dan ayah akan menetap di Italia kembali atau tetap di Thailand?" Tanya Zio kepada kedua mertuanya.
"Benar, Ludia apa kau akan kembali menetap di Italia?" Tanya Laurent kepada sahabatnya itu yang telah lama tak pernah bertemu.
"Kami berencana kembali menempati rumah lama kami di sini tepat di seberang sana. Aku ingin dekat dengan baby Zia" ucap Laudia menanggapi pertanyaan Zio dan Laurent.
"Ya, kurasa sudah waktunya kami kembali kesini" lanjut Savier.
Zio senang kedua mertuanya memutuskan kembali kesini. Begitupula Laurent dan Rogers.
"Bagus. Mommy Dan Daddy juga akan kembali ke mansion utama di sebelah" ucap Laurent yang di angguki Rogers.
Zia hanya mendengarkan percakapan orang-orang dewasa ini.
"Emm kenapa opa Oma dan grandma grandpa tidak tinggal Disini saja semuanya?" Tanya Ziana memandang mereka semua dengan tatapan lucunya.
"Tidak bisa baby, bagaimanpun kita memiliki mansion sendiri. Tapi tenang saja tidak jauh kok, mansion Oma dan opa tepat ada di depan mansion kalian" jelas Laudia kepada cucunya itu.
"Benar, grandma dan grandpa juga memiliki mansion utama yang lama tak di huni. Daddymu tidak ingin menghuni mansion utama karena mansion ini adalah mansion daddymu dan mommymu " ucap Laurent.
"Mansion kami juga tidak jauh kok, tepat di sebelah mansion ini. Baby pasti melihat kan mansion besar di sebelah" lanjut Laurent kepada cucunya.
Zia mengangguk paham,walaupun ia agak sedih namun tidak masalah, toh rumah mereka semua dekat hehe
Setelah membahas banyak hal, kepala pelayan segera menginterupsi mereka untuk makan siang.
Makan siang kali ini terasa ramai walaupun keluarga besar mereka hanya terdiri dari 6 orang. Namun hal itu cukup membuat bahagia karna kehadiran cucu mereka.
TBC~
👇Vote!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Ziana Second Life (END)
Roman pour AdolescentsFollow dulu sebelum membaca!! Xixixixi :3 Ziana, seorang anak yatim piatu yang seumur hidupnya di sibukkan hanya untuk mencari nafkah. memenuhi kebutuhan hidup dan makan sehari-hari. bukannya menghadap sang tuhan setelah tanpa sengaja terhantam ba...