Setelah tertidur selama 5 jam ziana mulai terbangun dari tidurnya.
Alarm menunjukkan pukul 5 pagi. Zia harus segera bersiap-siap untuk berangkat bekerja.
Zia memiliki 2 pekerjaan yang harus di lakukan setiap harinya. Di mulai dari Jam 07:00 pagi - 15:00 siang, yang akan Zia habiskan untuk bekerja di restoran cepat saji. Setelah pergantian shift ia akan segera menuju pekerjaan selanjutnya, yaitu menuju pabrik tempat penyortiran kepiting yang akan berakhir pada pukul 12 malam.
Setiap hari akan melakukan rutinitas yang sama berulang-ulang. Apakah ia lelah?? Tentu saja.
Kedua pekerjaan tersebut sangat melelahkan dan sibuk. Zia tidak memiliki waktu hanya sekedar untuk beristirahat, kecuali ketika waktu makan.
Namun apa boleh buat, kedua orang tuanya meninggal karna kecelakaan ketika umurnya masih 15 tahun. Zia adalah anak tunggal. Orang tuanya tidak meninggalkan apa-apa kecuali rumah kecil yang menjadi tempat tumbuh kembangnya, itupun dengan bonus hutang sebesar 200jt. yang entah bagaimana orang tuanya bisa memiliki hutang sebesar itu.
Untuk anak remaja yang belum pernah melihat uang sebesar itu, membuatnya sangat takut memikirkan Masalah kedepannya. Memutuskan berhenti bersekolah, Zia mulai mencari pekerjaan apapun yang bisa ia lakukan.
Hari berganti hari bulan berganti bulan. Tak terhitung bertahun-tahun sudah berlalu, diusianya yang ke 25th, ia belum pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi seperti remaja-remaja lainnya.Menikmati bermain, menjalin kasih ataupun bersenang-senang. Jangankan memikirkan hal tersebut, memikirkan hutang yang masih tersisa 60jt saja sudah sanggup membuatnya sesak nafas.
Hasil kerjanya selama ini hanya habis untuk membayar hutang dan juga memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bukannya tidak pernah terpikirkan cara untuk mencari jalan yang salah ataupun mengakhiri hidupnya.
Namun ia terlalu takut melakukan hal tersebut. Lebih baik bekerja hingga mati daripada melakukan hal-hal yang memalukan.
Pagi ini cuaca terlihat mendung, Zia segera bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Ntah kenapa hari ini perasaannya tidak terlalu baik.
Ketika berjalan di persimpangan lampu merah, dapat ia lihat anak-anak sekolah yang sedang tawuran. Dengan wajah terkejut Zia segera menjauh dan mencari jalan lain.
Namun, entah sial atau tidak, namun dapat di pastikan jika ini benar-benar sangat sial. Salah satu peserta tawuran tersebut tanpa sengaja melemparkan batu besar yang seharusnya ditujukan ke pihak lawan, justru malah terlempar menuju tepat ke kepala Zia.
'yatuhan jadi begini akhir kehidupanku. Tidak apalah, setidaknya aku akan cepat bertemu dengan ayah dan ibu. Aku akan bertanya kepada mereka, kenapa membiarkan ku hidup menyedihkan seperti ini' batin Zia di detik-detik kesadarannya.
*****
Di bagian ibukota dengan kawasan kumuh, terdapat seorang gadis kecil yang kira-kira berusia 9 tahun.
Dengan penampilan yg sangat kotor dan dekil ia terlihat sedang mengais-ngais isi bak sampah.
"Ana lapar, kenapa tidak ada makanan" sedihnya, sibuk membongkar-bongkar bak sampah.
Karna tak kuat lagi menahan rasa lapar yang sudah sejak 2 hari lalu ia tak makan. Anak tersebut mulai kehilangan kesadarannya di samping bak sampah tersebut.
Setelah beberapa jam berlalu tanpa ada seorang pun yang menolongnya. Anak tersebut mulai terbangun.
"Eunghh, dimana ini?" Ucapnya dengan pandangan melihat sekeliling nya
"Sial. Anak-anak tidak bertanggung jawab. Bukannya di bawa ke rumah sakit tapi malah di buang ke tempat sampah" marahnya ketika melihat sekeliling yang kumuh dan banyak sampah
Ia sungguh tak habis pikir, seberandalan apapun siswa-siswa tersebut setidaknya memiliki tanggung jawab untuk menolongnya.
"Haih. Memangnya apa yang di harapkan dari sekelompok anak-anak yang sedang tawuran" gerutunya jika memikirkan peristiwa terakhir.
"Akhhh. Kenapa aku merasa sangat lapar" gumamnya sambil menekan perutnya.
"Ada apa dengan pakaian ku? Kenapa pakaianku sangat kotor?tidak-tidak kenapa suara dan tanganku lebih kecil?" Kagetnya setelah menyadari ada hal yg aneh.
"Tidak mungkin kan?"
Dengan terburu-buru Zia segera berjalan menuju kaca-kaca yang ada di toko-toko sekitar. Betapa terkejutnya ia setelah melihat tubuh yang bukan tubuhnya dan juga dengan keadaan yang mengenaskan.
"Tuhan. Sepertinya kau sangat suka melihatku menderita. Lihat! bukannya bertransmigrasi ke tubuh anak orang kaya. Tapi kau hukum aku menjadi seorang pemulung kecilll. Huwaaaaa apa kesalahan yang ku perbuat di dunia ini hiks! " ucap Ziana yang histeris hingga menangis menghadapi cobaan yang sama berulang kali.
"Berapa lama lagi aku harus menjalani kehidupan seperti ini?Dilihat dari umurnya saja sudah terlihat, usianya tidak lebih dari 10 tahun. Bukankah kau memperpanjang waktu penderitaan ku di dunia ini Tuhan?"
Usianya dulu sudah 25 tahun. Dan sekarang ia harus menjalani kehidupan di tubuh berusia 10 tahun. bukankah ini sama saja memperpanjang penderitaan nya di dunia ini?
"Aish, dan juga ini ada di kota mana?" ucapnya sambil melihat sekelilingnya yang terasa sangat asing.
Benar saja, setelah mencari tau kesana kemari ia menemukan fakta jika dirinya berada di ibukota.
"Yang benar saja. Dimana anak ini tinggal? Jika kami ada di kota yang sama aku hanya perlu mendatangi rumahku. Tapi sekarang? Uang pun tidak punya bagaimana caranya diriku kembali?" Frustasinya menghadapi keadaan yang ada. Belum lagi perutnya terasa sangat lapar.
TBC~
👇Vote
KAMU SEDANG MEMBACA
Ziana Second Life (END)
Teen FictionFollow dulu sebelum membaca!! Xixixixi :3 Ziana, seorang anak yatim piatu yang seumur hidupnya di sibukkan hanya untuk mencari nafkah. memenuhi kebutuhan hidup dan makan sehari-hari. bukannya menghadap sang tuhan setelah tanpa sengaja terhantam ba...