4• Tunangan?

23 6 2
                                    

TYPO BERTEBARAN!!

●●●


Hari yang cerah untuk berbelanja. Itulah yang dikatakan Renata. Setelah weekend semalam mereka jogging, sekarang gadis itu mengusulkan—sehabis pulang sekolah untuk pergi berbelanja. Lagi.

Gadis dengan crop-top hitam, celana jeans biru tua, serta cardigan berwarna hitam itu, sudah rapi. Rambut hitam sedikit coklatnya dibiarkan tergerai indah. Renata mengambil sling-bag miliknya yang ada diatas meja rias. Memasukkan ponsel, lipbalm, dua black card, serta beberapa lembar uang merah, dan uang biru.

Setelah dirasa lengkap, Renata berjalan keluar kamar menuju ruang tamu. Disana sudah ada keenam sahabatnya.

"Yok." ujar gadis itu.

Zifa, Aileen, Elsa, Cila, Raisya, dan Daisy mengangguk. Lalu bangkit dari duduknya. Mereka bertujuh berjalan keluar, menuju mobil Lamborghini Veneno Roadster milik Daisy, yang jika dirupiahkan harganya—64 Miliar.

Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang. Berhenti didepan gedung tinggi yang besar. Gedung mewah dengan nama SUN MALL'S itu begitu memukau. Arsitektur nya begitu mempesona.

Para gadis itu turun dari mobil, setelah diparkirkan. Berjalan memasuki Mall tersebut. Menuju lantai atas—tempat peralatan khusus untuk wanita. Berkeliling sebentar, langkah mereka berhenti disebuah Toko baju.

Mereka masuk kedalam Toko itu. Memilih beberapa pakaian, membayarnya, lalu kembali mengelilingi Mall.

Setelah selesai mengelilingi Mall besar itu. Ketujuh gadis itu memutuskan untuk pergi ke Caffe yang baru-baru ini buka.

Setelah mencari tempat duduk yang menurut mereka nyaman, waiters laki-laki datang menghampiri mereka.

"Selamat siang, dan selamat datang di Caffe Father And Son's. Kami akan pastikan pelayanan terbaik kami, akan membuat Anda nyaman." waiters laki-laki itu membungkuk hormat. "Bisa Saya catat pesanannya?" tanya waiters itu sopan.

Renata dan yang lainnya mulai melihat-lihat buku menu, lalu mengusulkan untuk pesan yang sama. "Em ... Cake millo chocolate, sama Millo ice." ujar Zifa. "Semuanya samain aja, ya."

Waiters itu mengangguk, lalu sedikit membungkukkan badan, setelah itu berlalu pergi.

"Pelayanannya ramah, cocok dah jadiin tempat favorite." ucap Renata.

"Iya, suasananya berasa kek asli. Padahal karangan loh ini." sambung Aileen.

"Gimana kalo kita kesini aja? Kapan-kapan lah gitu." usul Renata membuat yang lain tersenyum lalu mengangguk setuju.

Tak berselang lama, waiters itu kembali dengan seorang chef laki-laki dibelakangnya—yang tengah mendorong troli makanan.

"Silahkan dinikmati. Pelayanan cepat, diantar dengan aman. Jika rasanya tidak sesuai, Anda bisa langsung temui chefnya. Untuk mengkonfirmasikan rasanya." setelah mengatakan itu, mereka berdua pergi pamit.

Dengan mata berbinar Renata menyantap makanannya. "What the—enuaakk banget anjir. Rasanya no pek-pek, no tipu-tipu. Aaaa ... besok kita kesini lagi, ya? Ya? Ya? Okay, deal." dengan lahap gadis itu memakan makanannya.

"Pelan-pelan, Ren." peringat Elsa pada gadis itu. Menoleh kearah yang lainnya, lalu bertanya. "Gue ngerasa bakal terjadi badai."

Zifa menghentikan aktivitas makannya. "Maksud lo?" tanyanya heran. Elsa mengedikkan bahunya. "Ntahlah, gue juga nggak tau."

Renata [Slow Update || Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang