8• Pentolan AHS

24 3 0
                                    

⚊HAPPY READING⚊

●●●

Setelah mendapatkan bangkunya, Renata beserta para sahabatnya kini berada dikantin AHS, yang ternyata sudah ramai akan murid-murid yang tengah mengisi perut mereka.

Setelah mendapatkan meja, yang berada paling pojok, Aileen dan Cila pergi ke stand makanan untuk memesan.

Jujur saja, ketujuh gadis itu sedikit risih, ah ralat, hanya mereka berenam. Zifa sih, bomat. Pikirnya.

Mereka risih, karena sedari mereka memasuki kantin, banyak yang membicarakan ketujuh gadis itu bahkan terang-terangan menatap mereka dengan tatapan—errr, memuja? Suka? Iri? Ah, ntahlah mereka tak tau!

"Nih, makanannya." Aileen, dan Cila beserta satu pelayan kantin datang membawa nampan berisi pesanan mereka.

Setelah pelayan kantin itu pergi, mereka mulai memakan pesanannya.

"Buset dah ... ni bakso enak bener, oi!" celetuk Renata antusias.

Elsa mengangguk membenarkan. "Kalah sama bakso Mang Cecep." sahutnya.

"Yee, bakso Mang Cecep mah, beda lagi! Mang Cecep 'kan jualnya bakso bakar, dongo!" timpal Daisy.

"Serah lu, Sy!"

Kantin mendadak sunyi, namun sedetik kemudian suara-suara teriakan mulai terdengar. Membuat mereka yang penasaran menoleh ke asal suara.

Tepat dipintu kantin terdapat tujuh pemuda, tiga pemuda dari mereka sedang tebar pesona.

Pentolan AHS masuk, wee!

Mana? Mana? Aaaaa, yayang Arga makin tampan, bjir!

Yang tengah milik akuuu!

Davara! Kiw-kiw!

Heh! Dibacok mampus lu!

Bara love you!

Haikal kalo jadi pacar gue, mau nggak ya?

Mana mau, Haikal ma lo. Lo aja mirip juriq!

Jancuk!

Darren anak kita nyariin dirumah, sayang!

Pfftt.... Bwahahahaha!!

Ketiga dari tujuh pemuda itu tertawa ngakak kala mendengar teriakan yang berasal dari ibu-ibu penjaga stand makanan penutup.

"BWAHAHAHA! Ren, sana! Anak lu nyariin, hahahaha!" Dean berucap dengan tangan yang menepuk-nepuk lengan Haikal yang kebetulan berada disampingnya.

Haikal menggeram. "Gue patahin tangan lo." ujarnya dingin.

Dean seketika berhenti tertawa, yang digantikan cengiran miliknya. "Hehe, peace."

'Haikal nyeremin, nying!' batinnya sebal.

Arga, dan Dean kembali dengan aktivitas mereka. Tp-tp pada setiap siswi yang menatap mereka.

Davara, Haikal, Devano dan satu pemuda lainnya hanya memasang wajah datar. Sedangkan Darren mendengus sebal.

"Sok cakep lo bedua!" sungut nya tiba-tiba.

Arga dan Dean sontak menengok kearahnya, lalu tersenyum miring. "Iri? Bilang babu!" kompak mereka berdua.

"Ck, au ah. Mending gue ngomong ama empat tembok, nih!" cibir Darren kesal.

Arga mengangguk. "Kalo direspon ya! Soalnya 'kan, tuh tiga tembok emang udah tembok."

Renata [Slow Update || Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang