The First Meet Cute

98 9 0
                                    

Meet cute (n) : a cute, charming, or amusing first encounter between romantic partners (as in a movie)


Anyelir, 7 tahun.


Rumah yang kini menjadi rumahnya dan Angkasa terlihat begitu besar di matanya.

"Wow!" Suara Angkasa yang terkagum-kagum mewakili apa yang dia rasakan saat ini.

"Nek, rumahnya besar banget," ujar Anyelir sambil menggandeng tangan neneknya.

Sang nenek tersenyum teduh mendengar celotehan kedua cucunya.

"Nanti kalian tinggal di sini, tapi bukan di rumah besar ini. Itu di paviliun belakang bersama nenek. Bapak yang punya rumah gedong ini berbaik hati mengizinkan nenek membawa kalian."

Ucapan nenek yang cukup panjang tersebut tak semuanya terserap dalam otak dan pemikiran simpel Anyelir kecil.

Yang kini dia pahami, dia bisa tinggal terus bersama nenek, setelah Anyelir melihat kedua orangtuanya dikebumikan beberapa hari lalu. Peristiwa membingungkan yang masih belum dapat dicerna dengan baik untuk anak seusianya.

"Nanti Mama sama Papa bakal jemput kita kan, Nek? Kapan Mama pulang?" tanya si Anyelir kecil dengan nada polos. Walaupun sejurus kemudian bibirnya bergetar karena menangis rindu akan mamanya.

"Hush, jangan menangis lagi, Lir..." Sang kakak bergegas mendatanginya dan memeluk serta menepuk pelan punggung Anyelir. Mencoba menenangkan gadis kecil itu yang masih begitu sulit memproses arti sebuah kehilangan abadi. Meskipun tak lama kemudian Angkasa menyusulnya dan ikut menangis bersama.

Yang tak dilihat Anyelir kecil adalah sang nenek yang ikut mengusap pipi berkerutnya karena tragedi yang menimpa anak dan menantunya seminggu yang lalu. Kedua orang tua Anyelir mengalami kecelakaan motor nahas yang menyebabkan mereka meninggal dunia di tempat.

Hingga hari ini banyak sekali yang perlu nenek urus dan karena tak ada sanak keluarga yang mau menampung Anyelir dan Angkasa yang masih kecil, makanya nenek mengambil alih tanggung jawab dalam membesarkan kedua anak kembar yatim piatu yang masih bocah ini.

Nenek Harini memandang kedua cucunya dengan tatapan sedih. Ayah si kembar merupakan pegawai honorer yang menyambi hidupnya dengan mengojek, sedangkan mendiang ibu mereka ibu rumah tangga yang mengisi waktunya berdagang nasi uduk gerobak pagi hari di depan sekolah dasar mereka seraya menunggu anak-anak pulang sekolah.

Tubuh kurus namun tinggi kedua anak tersebut mengundang rasa iba, terlebih lagi jika dilihat dengan baju mereka yang mengecil dan membuat siluet cungkring tergambar jelas dari figur Anyelir dan Angkasa.

"Udah, ayo kita masuk ke dalam, kalian pasti lelah, 'kan? Di rumah ini ada kolam renang yang sangat besar, lho! Nanti Nenek tunjukkan kepada kalian." Sang nenek mencoba mendistraksi pikiran pendek kedua bocah tersebut dan mengajak mereka menyusuri jalan setapak di pinggir perimeter tembok rumah yang dipenuhi rerumputan.

Jalur tersebut dibuat khusus untuk para pekerja rumah tangga dan staf yang tinggal di rumah besar ini supaya tak menghalangi kepentingan pemilik rumah–serta yang terpenting, agar tatanan estetik rumah tidak terganggu dengan lalu lalang mobilitas para staf.

Rasa duka Anyelir dan Angkasa kecil pun bisa teralihkan sejenak karena nenek mereka yang begitu telaten merawat keduanya. Beberapa staf rumah yang tahu akan latar belakang kedua anak kecil yang baru datang ini pun banyak yang bersimpati serta membuka tangan mereka lebar-lebar dan menganggap si kembar layaknya anak maupun cucu mereka sendiri.

Sketsa AnyelirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang